Tidak bisa dimungkiri pengobatan tradisional menjadi pilihan masyarakat. Menariknya ternyata orang kota lebih banyak mengakses pengobatan tradisional dibandingkan orang desa.
JEDA.ID–Nama Ningsih Tinampi tiba-tiba menjadi sorotan. Mantan karyawati pabrik rokok di Pasuruan, Jawa Timur ini menjadi jujugan warga yang mencari pengobatan alternatif. Untuk mendapatkan pengobatan dari Ningsih, pasien harus rela mengantre hingga setengah tahun.
Ningsih Tinampi membuka praktik pengobatan di rumahnya, Gang Lambau, Lebaksari, Karangjati, Pandaan, Pasuruan. Dalam sehari, Ningsih melayani sekitar 150 pasien. Banyaknya warga yang ingin berobat di tempat itu menjadikan antrean untuk mendapatkan pelayanan sudah menumpuh hingga 6 bulan ke depan.
Dia menyebut pasien yang datang kepadanya sebagian besar sudah berobat ke mana-mana namun tak sembuh.
”Saya dititipi ilmu sama Allah cuma untuk membantu. Aku kan orang yang bantu, bukan orang mencari. Mereka datang sendiri. Karena sakit lama, berobat ke mana-mana nggak sembuh, akhirnya datang minta bantuan,” ujar Ningsih di rumahnya, Rabu (18/9/2019), sebagaimana dikutip dari Detikcom.
Perempuan yang kini juga punya usaha katering ini menyebut ratusan pasien yang datang berobat ke rumahnya kena santet. Saat awal datang, kebanyakan mengaku sakit pada umumnya seperti asam lambung atau penyakit lainnya. Pasien yang datang berasal dari berbagai daerah di Jawa sampai luar Jawa.
“Rata-rata yang datang ke sini kena santet, jarang yang sakit biasa. Makanya orang-orang itu sabar menunggu saya karena kena santet. Coba kalau sakit biasa, sudah lari ke dokter dia,” kata Ningsih Tinampi.
Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Pasuruan, Ugik Setyo Darmoko, meminta masyarakat berhati-hati dan bijaksana sebab pengobatan semacam itu tidak bisa dipertanggungjawabkan.
”Yang kami kekhawatiran begini ya, kalau pasien ini jelas-jelas ada gangguan medis. Misalnya ada permasalahan dengan levernya, kemudian sampai muntah darah, lalu dianggap itu santet. Ini yang bahaya karena akan dilakukan penanganan yang tidak semestinya. Ujung-ujungnya nanti, ya maaf ya, adalah duit. Artinya, masyarakat yang polos nanti cenderung akan diambil keuntungannya,” papar Ugik sebagaimana dikutip dari Detikcom.
4 Jenis Kesehatan Tradisional
Tidak bisa dimungkiri pengobatan tradisional menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat selain pengobatan medis lewat tenaga medis terlatih. Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 disebutkan 31,4% warga memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional.
Menariknya ternyata orang yang tinggal di kota lebih banyak mengakses pengobatan tradisional. Tercatat 32,1% orang kota pernah berobat dengan pengobatan tradisional, sedangkan di perdesaan 30,4%.
Kemenkes mengklasifikasi empat jenis kesehatan tradisional. Pertama, ramuan baik kemasan maupun ramuan buatan sendiri. Kedua,keterampilan manual seperti pijat, tusuk jarum. Ini termasuk untuk pijat urut dewasa/bayi, patah tulang, refleksi, sampai bekam.
Ketiga, keterampilan olah pikir/hipnoterapi seperti meditasi. Keempat adalah keterampilan energi adalah teknik pengobatan dengan menggunakan lapangan energi baik dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri misalnya tenaga dalam dan prana.
Dari klasifikasi itu, sebagian besar orang mengakses pengobatan tradisional berupa ramuan dan keterampilan manual. Hanya sebagian kecil yang mengakses keterampilan olah pikir dan energi yang hanya 1,9% dan 2,1%.
Disebutkan masyarakat sebagian besar mendapatkan pelayanan pengobatan tradisional oleh penyehat tradisional yaitu seseorang yang ilmu dan keterampilannya diperoleh melalui turun-temurun atau pendidikan nonformal.
Difasilitasi Kemenkes
Kementerian Kesehatan mengakui tentang keberadaan pengobatan tradisional merupakan salah satu unsur budaya yang tumbuh secara turun-temurun di kalangan masyarakat. Namun, dalam praktiknya diperlukan pengawasan oleh pemerintah agar aman bagi masyarakat.
Sekretaris Jenderal Kemenkes telah membentuk Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) sebagai salah satu bentuk percontohan pusat pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat, salah satunya di Makassar.
”BKTM di Makassar tidak hanya dapat menjadi pusat kajian tanaman obat, melainkan langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat melalui jasa pelayanan kesehatan yang diberikan,” kata dia beberapa waktu lalu sebagaimana dikutip dari laman Kemenkes.
BKTM merupakan pusat pengembangan pelayanan kesehatan tradisional yang memberikan berbagai jenis pelayanan seperti pemeriksaan klinik dan uji laboratorium, akupuntur, akupresur, pijat bayi, terapi spa, pengobatan, serta perawatan tradisional dengan menggunakan obat atau ramuan yang berasal dari herbal.
BKTM itu juga dilengkapi dengan tenaga kesehatan tradisional profesional, dokter, perawat, dan nutrisionis. drg. Oscar mengatakan BKTM juga menerapkan pengobatan tradisional dari warisan nenek moyang berdasarkan kajian empirik dan khasiat (evidence base).
Di Indonesia, kesehatan tradisional telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009. Pada pasal 48 disebutkan bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah pelayanan kesehatan tradisional.
Masyarakat pun diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional. Namun, harus dapat dipertanggungjawabkan, mempertimbangkan keamanan, dan selalu dibina dan diawasi pemerintah.