• Fri, 29 March 2024

Breaking News :

Begini Dahsyatnya Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh

Penulis buku Kisah-kisah dalam Alquran, Harun Yahya, banjir itu hanya terjadi di wilayah tertentu, tempat umat Nabi Nuh berada.

JEDA.ID – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, diterpa hoax di media sosial. Muncul kabar Anies mengeluarkan pernyataan soal banjir Jakarta dikaitkan dengan bajir di masa Nabi Nuh.

Siapa Yang Bisa Ngatasin Banjir, Nabi Nuh Saja Nyerah,” tulis pernyataan yang beredar viral itu. Sementara, bagian atas foto ditambahkan kalimat bertuliskan: “Ya kita semua harus lebih berhati-hati, sebab tak ada yang bisa mengatasi banjir, sekelas Nabi Nuh aja nyerah, ucapnya sembari menuju mobil dinasnya. 12/12/2019.”

Kabar ini langsung dibantah sejumlah situs seperti Suara.com, Tempo, TurnBackHoax.id, dan beberapa situs lain. Dijelaskan akun Facebook Adelia Astuti membagikan ulang tulisan yang sempat dimuat oleh blog Reportase3. Blog ini menyusun artikel yang identik dengan isi pemberitaan situs Tribunnews.com.

Faktanya, dalam artikel asli Anies Baswedan tak pernah menyebutkan “sebab tak ada yang bisa mengatasi banjir, Nabi Nuh aja nyerah”, seperti yang dituliskan dalam narasi unggahan.

Meski begitu, menarik menggali motivasi penyebar hoax mengambil perbandingan dengan banjir di zaman Nabi Nuh.

Maulid Nabi Muhammad: Kisah Penting 10 Tahun Rasul di Madinah

Banjir Nabi Nuh

Banjir terbesar sepanjang sejarah manusia terjadi pada zaman Nabi Nuh. Banjir tersebut menenggelamkan dan menghapus semua peradaban manusia saat itu. Kisah Nabi Nuh diceritakan sejumlah kitab suci termasuk Taurat, Injil, dan Alquran dengan cerita yang sedikit berbeda-beda.

Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di wilayah Selatan Irak modern. Namanya disebutkan sebanyak 58 kali dalam 48 ayat dalam 9 buku Alkitab Terjemahan Baru[4], dan 43 kali dalam Al-Qur’an.

Menurut Al-Qur’an, ia memiliki 4 anak laki-laki yaitu Kanʻān, Sem, Ham, dan Yafet. Namun Alkitab hanya mencatat, ia memiliki 3 anak laki-laki Sem, Ham, dan Yafet.

Kitab Kejadian mencatat, pada jamannya terjadi air bah yang menutupi seluruh bumi; hanya ia sekeluarga (istrinya, ketiga anaknya, dan ketiga menantunya) dan binatang-binatang yang ada di dalam bahtera Nuh yang selamat dari air bah tersebut. Setelah air bah reda, keluarga Nuh kembali me-repopulasi bumi.

Para ahli sepakat bahwa ditenggelamkannya umat Nabi Nuh terjadi karena mereka membangkang atas ajakan Nabi Nuh untuk beriman kepada Allah SWT akibat sebuah banjir yang teramat besar. Berapa besarnya dan seberapa luasnya banjir itu melanda, inilah yang diperselisihkan.

Ada yang berpendapat, banjir besar melanda seluruh dunia. Sehingga, tidak ada satu binatang atau seorang manusia pun yang selamat, kecuali mereka yang berada di dalam kapal tersebut.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad: Pengaruh Khaizuran hingga Dinasti Fatimiyah

Banyak Versi

Namun, pendapat ini dibantah pihak lain. Menurut Harun Yahya, penulis buku Kisah-kisah dalam Alquran, banjir itu hanya terjadi di wilayah tertentu, tempat umat Nabi Nuh berada. Ia menegaskan, banjir Nabi Nuh terjadi hanya regional (domestik) dan tidak terjadi secara global yang menenggelamkan dunia.

Ia mendasarkan pendapatnya ini dengan peristiwa yang menimpa kaum ‘Ad dan Tsamud. Sementara itu, bagi penganut Kristen dan Katolik, mereka memercayai peristiwa itu terjadi secara global. Hal ini sebagamana dimuat dalam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang menyatakan terjadinya banjir bersifat global.

Dalam Alquran disebutkan, ketika Nabi Nuh berdoa: ”Ya Tuhanku, janganlah engkau biarkan seorang pun di antara orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya, jika engkau membiarkan orang-orang kafir itu tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (QS Nuh 25-27).

Namun doa itu, menurut Ibnu Katsir dalam bukunya, Qishash al-Anbiya’, menyatakan, hanya ditujukan untuk umat Nabi Nuh, bukan semuanya. Selain itu, umat yang mendiami bumi ini juga terbatas, dan belum merata seperti sekarang ini.

Menurut para ahli, banjir itu hanya menimpa daerah tertentu. Yaitu, di daerah Mesopotamia yang meliputi wilayah Turki, Iran, dan Rusia. Lantaran, daerah itu berupa cekungan raksasa yang luasnya mencapai sekitar sembilan hingga 10 juta hektare atau sekitar 70 persen dari luas pulau Jawa.

Sehingga, banjir saat itu besarnya bisa disamakan seperti lautan karena puncak bukit setinggi 5000 meter tidak akan tampak pada jarak 250 km.

Dari citraan satelit, lingkup banjir pada saat perahu Nabi Nuh mendarat dapat dilacak dengan membuat garis ketinggian dengan menelusuri level yang sama dengan level di mana perahu ditemukan. Dari sana diketahui, luas area banjir sekitar empat juta hektare. Sedangkan, panjang lingkup banjir sekitar 560 km.

Darwin vs Everybody: Kenapa Teori Evolusi Ditentang?

Bahtera Nuh

Menurut Al-Qur’an, bahtera Nuh telah mendarat di Bukit Judi dan banyak perbedaan pendapat mengenai Bukit Judi tersebut, baik dari para ulama maupun temuan arkeolog.

Ada pendapat yang menunjukkan suatu gunung di wilayah Kurdi atau tepatnya di bagian selatan Armenia, ada pendapat lain dari Wyatt Archeological Research, bukit tersebut terletak di wilayah Turkistan Iklim Butan, Timur laut pulau yang oleh orang-orang Arab disebut sebagai Jazirah Ibnu Umar (Tafsir al-Mishbah).

Di dalam Alkitab menyebutnya terdampar di Gunung Ararat Turki. Para arkeolog Cornuke dan tim mengatakan bahwa bahtera Nuh diduga telah ditemukan di Iran.

Lokasinya tidak sesuai seperti yang dijelaskan dalam kitab Kejadian; Bahtera ini telah melakukan perjalanan dari timur mengarah ke Mesopotamia.

Cornuke dan tim berpikir bahwa Gunung Ararat adalah kemungkinan besar sebagai sebuah pengalihan saja. “Alkitab memberikan petunjuk di sini tetapi ini bukanlah mengarah ke Turki, tetapi mengarah langsung ke Iran.”

Berdasarkan foto yang dihasilkan dari gunung Ararat, menunjukkan sebuah perahu yang sangat besar diperkirakan memiliki luas 7.546 kaki dengan panjang 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki dan masih ada tiga tingkat lagi di atasnya.

Ditulis oleh : Jafar Sodiq Assegaf

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.