Setiap musim penghujan selalu muncul banjir dan genangan air, apakah ada perbedaan keduanya?
JEDA.ID-Setiap kali memasuki musim hujan, selalu ada perdebatan terkait pemakaian istilah ‘banjir’ dan ‘genangan’. Benarkah banjir dan genangan air itu berbeda?
Sebagaimana diketahui banjir dan genangan air merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi saat musim penghujan seperti sekarang ini. Nah ternyata menurut Lapan, banjir dan genangan air itu memiliki perbedaan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjelaskan perbedaan kedua istilah tersebut berdasarkan klasifikasi.
Dikutip dari laman resmi Lapan, Kamis (18/2/2021), ada lima poin penting yang menjadi garis besar perbedaan antara ‘banjir’ dan ‘genangan’.
Lima poin itu adalah klasifikasi, skala waktu, skala ruang, penyebab, dan dampak. Banjir bisa dilihat berdasarkan penyebabnya.
“Banjir bisa diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, misalnya banjir bandang, banjir, banjir rob, dan sebagainya,” tulis Lapan.
Baca Juga: Kenali Skema Ponzi agar Enggak Boncos
Sementara itu, genangan tidak memiliki klasifikasi apa pun. Kemudian, untuk skala waktu, banjir bisa terjadi dalam waktu yang lama, bisa lebih dari 24 jam.
Sedangkan genangan hanya terjadi dalam waktu yang singkat, yakni kurang dari 24 jam. Untuk skala ruang, ada perbedaan yang sangat mencolok antara banjir dan genangan.
“Dikategorikan banjir jika ketinggian air melebihi 40 cm, mencakup area yang luas dan biasanya memiliki radius lebih dari 100 meter,” ungkapnya seperti dikutip dari detikcom, Kamis (18/2/2021).
Sedangkan untuk genangan, skala ruangnya adalah ketika ketinggian air kurang dari 40 sentimeter, dengan luas area hanya terkonsentrasi di satu bagian saja, dan biasa mencakup area kurang dari 100 meter.
Sementara itu, dari segi faktor penyebab, banjir bisa disebabkan oleh alam ataupun manusia atau justru ada faktor kombinasi dari keduanya yang kompleks.
Baca Juga: Jari Tangan Sering Kebas Saat Gowes? Waspadai Cyclist’s Palsy
Sementara itu berdasarkan prakiraan BMKG, ada sejumlah wilayah memiliki potensi banjir pada Maret 2021. Potensi banjir ini terbagi menjadi tinggi, sedang, hingga rendah. Dikutip dari laman bmkg.go.id, Kamis (18/2/2021), daerah yang memiliki potensi banjiir tinggi antara lain Aceh Barat Daya (meliputi wilayah Blang Pidie, Kuala Batee, Lembah Sabil, Manggeng dan Tangan Tangan) dan Aceh selatan meliputi Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Sawang dan Meukek). Sedangkan Sulawesi yang memiliki potensi tinggi banjir yaitu Morowali, Luwu, Luwu Utara, Konawe dan Konawe Utara.
Daerah lainnya memiliki potensi banjir menengah. Wilayah Jawa Tengah masuk kategori menengah. Sejumlah wilayah di Soloraya meliputi Solo, Boyolali, Klaten, Sragen, Sukoharjo, dan Wonogiri masuk kategori menengah. Kota solo meliputi wilayah Kecamatan Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon dan Serengan. Sementara Klaten antara lain meliputi Kecamatan Bayat, Cawas, Ceper, Delanggu, Gantiwarno, Jatinom, Karangdowo, Pedan, Juwiring, Jogonalan, Kalikotes, Trucuk, dan Wonosari. Sementara Sragen antara lain KEcamatan Gemolong, Gesi, Gondang, Sambungmacan, Sukodono, tangen dan Sambirejo.
Sukoharjo antara lain Baki, Bendosari, Gatak, Grogol, Mojolaban, Nguter, Polokarto, Weru dan Sukoharjo. Wonogiri antara lain meliputi Eramoko, Kismantoro, Paranggupito, Selogiri, dan Sidoharjo.
Begitupun wilayah Grobogan, Semarang, Banjarnegara, Batang dan Blora masuk kategori menengah. Sedangkan potensi rendah ada di Jepara, Demak, dan Pati.