Charles Darwin turut mempopulerkan teori evolusi yang hingga kini menjadi perdebatan di kalangan akademisi hingga pemuka agama.
JEDA.ID – Pada tanggal ini, 24 November 160 tahun lalu, Charles Darwin mempublikasikan teori evolusi. Teori ini mendapat apresiasi hingga kritik tajam dari berbagai macam kalangan.
The Origin of Species, buku setebal 400 halaman yang dipublikasikan pertama kali pada 24 November 1859 itu tidak disusun Darwin dalam satu malam. Buku itu merupakan akumulasi perjalanan pemikiran dan observasi yang dilakukan Darwin selama 20 tahun.
Charles Robert Darwin, adalah seorang naturalis dan ahli geologi Inggris, paling dikenal untuk kontribusinya kepada teori evolusi.
Pemikiran mengenai evolusi sebenarnya telah berakar sejak zaman kuno. Pemikiran tersebut dapat terlihat pada ilmu pengetahuan peradaban Yunani, Romawi, hingga Cina.
Namun, sampai dengan abad ke-18, pandangan biologis Barat masih didominasi oleh pandangan esensialisme, yaitu pandangan bahwa bentuk-bentuk kehidupan tidak berubah.
Pada awal abad ke-19, Jean-Baptiste Lamarck mengajukan teorinya mengenai transmutasi spesies. Teori ini merupakan teori evolusi pertama yang ilmiah.
Sedangkan Darwin datang 1859 menawarkan teori evolusi baru dengan tanpa menegasikan teori-teori lawas. Karya Darwin mengenai evolusi dengan segara diterima dengan cepat, tetapi mekanisme yang diajukannya (seleksi alam), belum diterima secara sepenuhnya sampai pada tahun 1940-an.
Publikasi On the Origin of Species karya Charles Darwin secara fundamental mentransformasikan diskusi atas asal muasal biologi. Darwin berpendapat bahwa versi percabangan dari evolusi menjelaskan kekayaan fakta dalam biogreografi, anatomi, embriologi, dan bidang biologi lainnya.
Ia juga menyediakan mekanisme kogen pertama dimana perubahan evolusi dapat terjadi; teori seleksi alam buatannya.
Teori Darwin sukses memberikan tanggapan saintifik terkait perkembangan kehidupan dan memproduksi revolusi filsafat kecil. Namun, teori tersebut tak dapat menjelaskan beberapa komponen kritikal dari proses evolusi.
Secara saintifik, Darwin tak dapat menjelaskan sumber variasi dalam memperlakukan sebuah spesies, dan tak dapat mengidentifikasikan mekanisme yang dapat mengesahkan perlakuan yang sepenuhnya dipercaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Ditentang Tokoh Agama
Teori evolusi Darwin bukan hanya mendapat dikritik oleh para pakar sains, tapi juga dibantah sejumlah tokoh Islam terkemuka. Dr. Zakir Naik salah satunya. Dalam buku Alquran vs Sains Modern menurut Dr. Zakir Naik karya Ramadhani dkk, Alquran menyatakan proses penciptaan manusia dalam dua tahapan.
Tahapan pertama disebut tahapan primordial, yaitu manusia pertama ialah Adam as. Kemudian, tahapan kedua ialah tahapan biologi, yakni bercampurnya air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kukuh (rahim).
Kemudian nuthfah itu menjadi darah beku (alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut lalu oleh-Nya dijadikan segumpal daging (mudghah) dan dibalut dengan tulang belulang, serta ditiupkan roh kepadanya.
Penjelasan ini berdasarkan Alquran surat Al-Mu’minun Ayat 12-14.
Penulis asal Turki Adnan Oktar alias Harun Yahya menentang Teori Evolusi Darwin. Melalui tulisan dan DVD-DVD-nya, Yahya menjabarkan teori penciptaan atau kreasionisme berdasarkan pemaknaannya terhadap ajaran Islam.
Atas upaya inilah, namanya kemudian selalu dikaitkan atau identik dengan teori penciptaan atau kreasionisme Islam yang mengkritik habis-habisan teori evolusi Darwin.
Perbedaan utama antara teori Charles Darwin dan teori Harun Yahya terletak pada tesisnya mengenai asal-usul suatu spesies. Darwin menyebut spesies saat ini berasal dari spesies sebelumnya. Adapun Yahya menyebut tiap spesies berbeda dan memang dengan sengaja diciptakan masing-masing oleh Tuhan.
Jika didalami secara saksama dan disimpulkan secara singkat, Yahya tidak sudi dengan anggapan bahwa manusia berasal dari kera. Begitulah kira-kira pendapat Yahya sebagai salah seorang yang kontra terhadap teori Darwin.
Sikap Uskup
Ketidaksepakatan terhadap konsep evolusi Darwin muncul pertama kali melalui pernyataan Uskup Samuel Wilberforce dalam pertemuan British Association for the Advancement of Science di Oxford University Museum pada 1860.
Kalangan yang kontra menganggap teori evolusi merupakan ajaran atau paham sesat, karena tidak sesuai dan menyimpang dari ajaran-ajaran agama samawi. Teori itu dianggap berseberangan ketika dikorelasikan dengan isi teks-teks kitab suci agama samawi, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Pada tahun 1871 Darwin menambah minyak pada api perdebatan yang masih berkobar dengan menerbitkan buku berjudul The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. Buku itu berisi penjelasan yang mendukung teori evolusi dan pemikiran bahwa manusia merupakan keturunan makhluk mirip kera.
Secara tersurat, sebetulnya Darwin tidak pernah menyatakan ataupun mengungkapkan bahwa manusia berasal dari kera. Namun, ia mengklasifikasikan kera ke dalam ordo yang sama dengan manusia, yakni Primates. Pengklasifikasian ini telah memicu kesimpulan bahwa manusia merupakan keturunan kera.
Pokemon Haram
Mengutip The New York Times, pada Juni 2017, pemerintah Turki menghapus bab yang menerangkan teori evolusi dalam buku pelajaran biologi kelas sembilan.
Materi ini baru akan diajarkan di bangku kuliah. Laporan The Guardian menyebut Ketua Dewan Pendidikan Turki, Alpaslan Durmuş, berkata teori evolusi masih diperdebatkan, kontroversial, dan terlalu rumit bagi siswa sekolah menengah atas.
“Kami percaya bahwa subjek ini berada di luar pemahaman siswa,” kata Durmuş.
Teori evolusi Darwin juga diseret-seret dalam polemik Arab Saudi terhadap franchise paling terkenal sejagat, Pokemon. Majelis Fatwa di Arab Saudi beberapa kali mengeluarkan larangan terhadap waralaba Pokemon.
Terakhir fatwa itu dipublikasikan Rabu 20 Juli 2016. Publikasi ini adalah lanjutan dari larangan mempromosikan Pokemon dalam fatwa yang dikeluarkan 2000 silam.
Menurut Majelis Fatwa Arab Saudi, perubahan hewan dalam permainan Pokemon mengandung penyesatan karena mempromosikan teori evolusi alam. “Adalah hal sangat mengejutkan bahwa kata evolusi keluar begitu banyak dari mulut anak-anak,” kata fatwa tersebut dilansir Emirates247.
Mereka juga mengatakan permainan Pokemon mengandung hal lain, yang dilarang dalam Islam, di antaranya, penyekutuan Tuhan dengan adanya dewa, perjudian, yang dilarang dalam Al Quran, dan pemujaan berhala.