Biaya pengobatan terapi sel punca tergantung dari tingkat kesulitan penyakit. Selain itu, biaya juga tergantung dari jumlah sel yang disuntikkan.
JEDA.ID–Indonesia resmi memiliki Pusat Produksi Sel Punca dan Produk Metabolit Nasional hasil kolaborasi kolaborasi Fakultas Kedokteran UI (FKUI)-RS Cipto Mangunkusumo (RSCM)-Kimia Farma. Keberadaan pusat produksi sel punca itu diharapkan menjawab kian maraknya terapi sel punca.
Sel punca atau stem cell adalah sel yang memiliki kemampuan (potensi) untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik membentuk berbagai jaringan tubuh.
Sel ini mampu berubah menjadi berbagai jenis sel matang yang khas (diferrentiate). Sel juga mampu beregenerasi sendiri (self-regeneration), dan merupakan blok pembangun pada tubuh manusia.
Sel punca juga dapat bertindak layaknya sistem perbaikan internal. Ketika sel punca membelah, masing-masing sel baru memiliki potensi tetap sebagai sel yang sama atau menjadi sel jenis lain.
Tentunya dengan fungsi yang spesifik, seperti tulang, sel otot, sel saraf, sel darah merah, atau sel otak. Kemenkes telah memberikan batasan pelayanan sel punca di Indonesia.
Pelayanan sel punca hanya boleh untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, serta dilarang digunakan untuk tujuan reproduksi. Artinya, pemerintah melarang penggunaan sel punca untuk pembuatan individu baru.
Pengin Cepat Memiliki Anak, Berikut Tips Agar Program Hamil Cepat Berhasil
Karena sifat tersebut, sel punca diyakini dapat digunakan untuk mengisi dan memperbaharui sel jaringan yang rusak akibat berbagai penyakit. Inilah yang menjadikan sel punca kerap dianggap sebagai ”obat segala jenis penyakit”.
Padahal pengobatan menggunakan sel punca di Indonesia hingga saat ini masih dalam ranah penelitian berbasis layanan terapi.
Sebagimana dikutip dari laman UI, Jumat (27/12/2019), sejak penelitian terkait sel punca kali pertama dilakukan oleh FKUI-RSCM pada 2008, Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran (UPTTK) Sel Punca FKUI-RSCM telah melakukan penelitian berbasis pelayanan terapi sel punca.
Pelayanan sel punca ini melibatkan lebih dari 30 dokter subspesialistik dari berbagai keilmuan pada banyak kasus. Misalnya patah tulang gagal sambung, defek tulang panjang, defek tulang belakang, dan kelumpuhan akibat cedera saraf tulang belakang.
Kemudian osteoarthritis lutut, lesi osteokondral, degenerasi diskus tulang belakang, diabetes melitus, kaki diabetes, luka bakar dalam dan luas. Juga kebutaan karena glaukoma, stroke, osteoporosis hingga penyakit jantung, skin rejuvenation dan kebotakan (alopecia).
300 Pasien
Hingga saat ini sudah lebih dari 300 orang pasien yang dilakukan terapi sel punca. Mereka dibiayai dari berbagai hibah senilai lebih dari Rp36 miliar. Artinya bila dirata-rata, biaya per pasien untuk terapi sel punca mencapai Rp120 juta.
Sedangkan di laman Yankes Kemenkes pada 2018 disebutkan biaya pengobatan terapi sel punca tergantung dari tingkat kesulitan penyakit yang diderita oleh pasien.
Disebutkan UPTPK Sel Punca RSCM-UI memiliki biaya yang relatif terjangkau dibandingkan rumah sakit yang lain yaitu Rp2,2 per sel. Besarnya biaya tergantung dari berapa banyak jumlah sel yang disuntikkan kedalam tubuh si pasien.
Ke depannya, penelitian terapi sel punca akan dikembangkan untuk pengobatan lain. Misalnya gagal ginjal akut, nerve regeneration, demensia, alzheimer dan penyakit-penyakit yang tidak lagi memberi respons dengan pengobatan konvensional (end stage).
”Saya harap, semakin hari stem cell [sel punca] kita makin bagus kualitasnya dan dapat memberi pelayanan lebih banyak ke masyarakat. Terima kasih kepada FKUI sudah mau dan berhasil menjadi national coordinator untuk stem cell,” papar Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro saat peresmian Pusat Produksi Sel Punca dan Produk Metabolit Nasional.
Saat Orang Tua Sebut Alat Kelamin dalam Pendidikan Seksual
Selama ini masyarakat yang memerlukan terapi sel punca masih memilih untuk melakukan terapi tersebut di luar negeri dengan biaya yang sangat mahal.
Keberadaan Pusat Produksi Sel Punca dan Produk Metabolit Nasional itu diharapkan menjadi solusi atas kebutuhan pengobatan dengan sel punca dan produk metabolitnya.
”Saya harap masyarakat Indonesia dapat segera menikmati manfaat sel punca. Sudah saatnya kita memberi keyakinan pada masyarakat bahwa Indonesia mampu memberikan perawatan terapi sel punca seperti di luar negeri dengan kualitas yang sama dan harga yang bersaing,” lanjut Bambang.