Dua orang Indonesia tertular virus Corona atau Covid-19 di Jakarta. Keduanya kini dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara
JEDA.ID--Dua orang Indonesia tertular virus Corona atau Covid-19 di Jakarta. Keduanya kini dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara. “Di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, di ruang khusus yang tidak terkontak dengan yang lain,” kata Menkes Terawan Agus Saputra di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020) seperti dilansir detikcom.
Keduanya adalah ibu dan anak yang tertular WN Jepang. Mereka tertular di Jakarta saat berinteraksi dengan WN Jepang itu.
“Terkenanya di Jakarta,” kata Menkes Terawan.
Presiden Jokowi mengonfirmasi dua orang Indonesia positif terjangkit virus Corona. Dua orang ini berinteraksi dengan WN Jepang yang sempat masuk ke wilayah Indonesia. WN Jepang itu diketahui positif virus Corona saat tiba di Malaysia.
“Ternyata orang [WN Jepang] yang terkena virus Corona berhubungan dengan 2 orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun,” kata Jokowi di Istana Negara, Senin.
39.000 Lebih Pasien Sembuh
Ini merupakan kasus virus Corona atau Covid-19 pertama yang terjadi di wilayah RI sejak wabah ini muncul di daratan Tiongkok. Otoritas kesehatan China melaporkan 427 kasus baru virus corona, dengan 47 kematian baru di wilayahnya. Secara global, jumlah korban meninggal akibat virus corona melebihi 2.900 orang.
Seperti dilansir Channel News Asia dan kantor berita China, Xinhua News Agency, Sabtu (29/2/2020), Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan 427 kasus baru di wilayah China daratan. Dengan tambahan kasus tersebut, sejauh ini jumlah kasus virus corona di China daratan mencapai 79.251 kasus.
Virus corona diketahui telah menyebar ke sedikitnya 57 negara/wilayah di luar wilayah China daratan. Laporan Channel News Asia mencatat ada lebih dari 5.600 kasus terkonfirmasi di luar China daratan. Dengan demikian, saat ini terkonfirmasi ada 84.854 kasus virus corona secara global.
NHC dalam laporannya menyebut total 2.835 orang meninggal dunia akibat virus corona di wilayah China daratan. Ditambah dengan 84 orang yang meninggal akibat virus corona di delapan negara/wilayah, maka total 2.919 orang meninggal dunia akibat virus corona secara global.
Laporan NHC, seperti dilansir Xinhua News Agency, juga mengumumkan bahwa secara total sudah 39.002 pasien virus corona yang sembuh di wilayah China daratan.
Siapkan Masa Depan, Ini Investasi yang Cocok untuk Kaum Milenial
Kesiapsiagaan China
Sebelumnya, Otoritas Hubei, China, telah melacak pembelian obat batuk dan demam dalam beberapa pekan terakhir untuk mendeteksi pasien virus corona (Covid-19) yang tidak teridentifikasi.
Hal tersebut merupakan langkah terbaru dari pemerintah dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus. Otoritas setempat juga telah memberlakukan kebijakan lockdown terhadap puluhan juta orang, membuka rumah sakit baru dan pusat isolasi, mewajibkan pemeriksaan suhu mandiri, dan melakukan pencarian orang-orang yang menunjukkan gejala infeksi virus corona dari rumah ke rumah.
Dilansir Bisnis.com dari Bloomberg, belum lama ini, otoritas setempat akan menyelidiki siapa saja yang membeli obat demam atau batuk sejak 20 Januari 2020 yang dibeli baik dari toko obat maupun secara online. Otoritas juga akan melacak siapa pun yang mencari pengobatan untuk demam sejak tanggal itu.
Siapa pun yang menjual pengobatan untuk batuk atau demam harus memeriksa dan mendaftar, serta melaporkan identitas pasien, demikian pernyataan pemerintah Provinsi Hubei.
Otoritas China memiliki kekuatan pengawasan yang luas. Ini dimungkinkan oleh sistem pembayaran berbasis seluler yang hampir sepenuhnya terintegrasi dengan sebagian besar aspek kehidupan sehari-hari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai taktik karantina agresif China berhasil menunda penyebaran virus corona dari pusat wabah. “Langkah-langkah pembatasan pergerakan telah menunda penyebaran wabah untuk 2 atau 3 hari di China, dan 2 atau 3 minggu di luar China,” kata Sylvie Briand, Direktur WHO untuk kesiapan bahaya menular global.
Briand mengatakan bahwa estimasi didasarkan pada pemodelan penyebaran penyakit, dan akan butuh waktu untuk mengetahui dengan pasti.
Sementara pemerintah telah membantu mengendalikan pergerakan di Hubei dan kota Wuhan, menciptakan karantina regional, warga di sana mengeluhkan perlakuan keras dan pasokan menipis saat lockdown terus berlangsung
Memiliki Kemampuan Tapi Tidak Merata
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menilai pemerintah memiliki kemampuan mendeteksi penyebaran virus Corona atau Covid-19. Namun kemampuan itu tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.
“Jadi kalau misalnya berkaitan dengan kemampuan deteksi kita itu ada beberapa pertimbangan. Apakah Indonesia memiliki kemampuan deteksi? Jawabannya tegas sekali iya kita punya kemampuan deteksi,” ujar Wakil Kepala Lembaga Bidang Penelitian Fundamental LBM Eijkman Herawati Sudoyo saat diskusi ‘Corona Kita Imun, atau Melamun?’ di Upnormal, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (1/3/2020).
“Apakah kemampuan deteksi ini merata di setiap lembaga penelitian, universitas maupun di lembaga lain jawabannya tidak,” imbuhnya.
Hera mengatakan setiap penelitian akan dipengaruhi oleh jumlah yang diuji. Menurut Hera, di negara lain, penelitian atau deteksi Corona dilakukan dalam jumlah yang besar. Hera mengatakan penyebaran virus Corona saat ini tidak hanya di China namun di Korea Selatan. Hera menyebut Korea Selatan memiliki laboratorium yang canggih untuk melakukan pengujian terhadap virus.
“Kita tahu bahwa episentrum itu bukan di China lagi kan. Korea, kenapa? Mereka punya laboratorium dan lembaga yang bisa melakukan pengujian, itu mereka sangat-sangat terkenal di situ,” sebut Hera.
Hera mengatakan Korea Selatan mendeteksi Corona lebih dari 10.000 sampel. Dari hasil penelitian itu ditemukan banyak yang positif Corona. Hera mengatakan Indonesia harusnya bercermin dari pendeteksian yang dilakukan oleh Korea Selatan.
Antisipasi Penculikan Anak, Ini yang Bisa Dilakukan Orang Tua
Terus Meningkat
Penularan wabah virus corona di Korea Selatan terus meningkat. Dalam satu hari, otoritas Korsel melaporkan 476 kasus baru coronavirus atau Covid-19 pada Senin.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea menyatakan seperti dilansir kantor berita AFP, hingga Minggu tengah malam waktu setempat, jumlah total pasien terinfeksi virus corona mencapai 4.212 orang, atau naik 476 dari hari sebelumnya. Empat kematian dilaporkan sepanjang hari tersebut, sehingga sejauh ini total korban jiwa akibat virus corona mencapai 22 orang.
Sebagai bentuk antisipasi, Korea Selatan membuat sistem “Drive-Thru” untuk mendeteksi virus corona. Seseorang bisa menjalani deteksi virus dari dalam mobilnya. Namun tidak hanya Korea Selatan yang memiliki sistem ini, Inggris juga ternyata mulai mengenalkan sistem tes virus corona tersebut.
Dikutip dari Leeds Live, National Health Service (NHS) meluncurkan deteksi virus corona “Drive-Thru” di Inggris ketika total infeksi di negara itu mencapai angka 16 kasus. Seseorang bisa tetap berada di kursi mobilnya saat perawat mengambil sampel dari pengendara tersebut.
Layanan yang terbilang baru ini disediakan oleh Central London Community Healthcare NHS Trust di Parsons Green.
Keberadaannya dimaksudkan untuk membantu masyarakat untuk bisa menjalani uji kesehatan dengan aman dan cepat, juga dekat dari rumah mereka.
Misteri Hewan Penyebar Virus Covid-19 dan Makanan Ekstrem di Dunia
Hasil Pemeriksaan Diketahui dalam 3 Hari
Sistem yang diberlakukan adalah, seseorang harus terlebih dahulu menghubungi NHS di nomor 111. Kemudian, mereka akan dibuatkan jadwal di mana nantinya ada dua perawat yang melakukan pemeriksaan di hidung dan mulut mereka.
Hasil pemeriksaan tersebut baru akan muncul ketika telah menjalani proses pengujian selama 72 jam atau 3 hari.
Pengguna akan diminta untuk mengisolasi diri saat pemeriksaan telah selesai agar dapat mencegah adanya kemungkinan penularan virus selanjutnya.
Dr. Joanne Medhurst, Direktur Medis di Central London Community Healthcare NHS Trust, menambahkan sistem deteksi “Drive-Thru” untuk memastikan masyarakat bisa aman, yakin, dan cepat mengecek keberadaan virus corona. “Kami membantu warga di area kami untuk mendapatkan hasil akurat, mendapat saran tepat waktu sambil mengurangi tekanan dengan berkonsultasi pada NHS ,” ujarnya.
Inisiatif tes kesehatan ini muncul ketika 168 warga Inggris berada di antara ratusan tamu yang ditahan di hotel H10 Costa Adeje Palace di La Caleta, di pulau Canary, Tenerife, Spanyol. Dari ratusan tamu tersebut, 4 di antaranya termasuk seorang dokter dari Italia dinyatakan positif terkena virus.