• Tue, 19 March 2024

Breaking News :

Penjelasan Ilmiah Game Online Bisa Picu Gangguan Jiwa

Kondisi anak yang kecanduan game tidak lepas dari kurangnya pengawasan orang tua dan perkembangan game online yang semakin canggih.

JEDA.ID – Beberapa pekan terakhir beredar video seorang pria linglung dengan bola mata yang bergerak liar diklaim mengalami sakit jiwa akibat kecanduan main game online. Banyak netizen terlanjur percaya video lucu-lucuan itu dianggap kisah nyata.

Video yang viral di Instagram itu kebanyakan diberi judul yang tak jauh dari orang gangguan jiwa tau gila akibat game online. Salah satu yang cukup viral diunggah Kamis (5/12/2019) dengan durasi 49 detik.

Cara Mengendalikan Diri Biar Tidak Kecanduan Game Online

Di video itu diberi narasi yang menyampaikan informasi tentang keberadaan seorang pemuda yang mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan gawai. “Pemirsa, waspadailah dampak negatif penggunaan gadget untuk bermain game online. Baru-baru ini, dunia maya dihebohkan pemuda yang kecanduan game online melalui gawai hingga mengalami gangguan jiwa.”

Video viral mata pria bergerak tak jelas diklaim kecanduang game online. (Istimewa)

Video viral mata pria bergerak tak jelas diklaim kecanduang game online. (Istimewa)

Belakangan pemuda dalam video itu langsung mengklarifikasi. Video yang membahas soal pemuda dengan gangguan jiwa akibat kecanduan game online itu diketahui merupakan hasil suntingan yang dilakukan oleh pemilik akun Instagram @ravenandio.

Pemilik akun @ravenandio menjelaskan dia membuat video tersebut dengan fitur yang dimiliki Instagram, yakni filter shuffle dance yang dapat membuat mata seakan-akan bergerak tidak normal.

Dalam klarifikasinya, dia menyatakan bahwa matanya masih normal dan dia bukanlah Iwan Setiawan yang disebut dalam video tersebut.

Kebanyakan Belanja Online? Mungkin Tanda Gangguan Jiwa

Iwan Setiawan

Iwan Setiawan alias Wawan adalah sosok pria berusia 32 tahun yang mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan game. Iwan Setiawan di tempat ia dirawat di Yayasan Jamrud Biru, Jalan Asem Sari II, Mustika Jaya, Kota Bekasi, Kamis (18/7/2019).

Wawan dirawat di yayasan yang khusus menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sejak April 2019. Wawan dibawa ke panti oleh pekerja sosial masyarakat (PSM) Jawa Barat.

“Iya gangguan jiwa karena game, kecanduan main game. Pertama dia dianter sama PSM melalui Dinas Sosial Prov Jabar, dibawa ke Yayasan Jamrud. Saya ditelepon juga sama orang Dinsos, “Pak Hartono saya titip pasien nih atas nama Wawan (Iwan) Setiawan”,” ujar Hartono selaku pendiri yayasan, sepeerti dilansir Detik.com, 18 Juli 2019.

Tidak hanya kondisi fisiknya yang memprihatinkan, Wawan juga tidak bisa mersepon komunikasi. Jemari Wawan terus bergerak seolah sedang bermain game.

Wawan. remaja gangguan jiwa yang kencaduan game. (Detik.com)

Wawan. remaja gangguan jiwa yang kencaduan game. (Detik.com)

“Saraf motoriknya enggak gerak, kita tanya terapi bicara “kok Wawan enggak connect, kenapa dia enggak respek“. Tangannya itu seperti memegang benda yang dimainkan, akhirnya saya tanya keluarganya [paman] Wawan, “apa Wawan kencanduan game”, “iya pak, dulu menang kecanduan game”,” paparnya.

Aktivitas jari-jemari Wawan yang terus bergerak seperto sedang main game itu terjadi hingga berjam-jam, bahkan ketika hendak tidur. “Dua belas jam dan tidur pun, ya kalau kita nggak tidurin tetap asyik aja,” sambungnya.

Setelah 3 bulan diterapi di yayasan tersebut, diakui Hartono tingkat kecanduan Wawan akan game sudah berkurang. “Agak berkurang [gerakan] tangannya, dulu cekatan, tapi sekarang dikasih game [ponsel] ya enggak lagi,” tandas Hartono.

Berdampak Buruk pada Kejiwaan, Setop Labeling Anak

Kecanduan Game

Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin Solo, pada 2019 sudah menangani sebanyak 10 kasus pasien anak kecanduan game.

Kepala Humas RSJD dr. Arif Zainudin Solo, Totok Hardiyanto, mengatakan kondisi anak yang kecanduan game tidak lepas dari kurangnya pengawasan orang tua dan perkembangan game online yang semakin canggih.

“Jadi saya akui game online saat ini sudah bagus sekali dan bisa membuat anak-anak tertarik terus memainkannya. Akhirnya jadi kecanduan,” ungkap dia, dilansir Solopos.comRabu (16/10/2019).

Dia menjelaskan umumnya anak yang kecanduan game komunikasinya terganggu, kalau diajak berbicara tidak merespons, dan memilih bermain game terus.

“Ada yang tangannya gerak terus, itu benar terjadi. Orang tua harus lebih memperhatikan anak agar tidak kecanduan [game] dan berakibat seperti itu nantinya,” ucap Totok Hardiyanto.

Sementara itu, Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD dr. Arif Zainudin Solo, Aliyah Himawati, mengatakan kecanduan game online pada gadget dapat berdampak negatif. Beberapa di antaranya dapat membuat anak menjadi anti sosial karena lebih fokus bermain game daripada berinteraksi langsung.

Selain itu, dampak fisik bisa membuat kesehatan anak bermasalah dan dampak terburuk dapat merusak syaraf karena adanya radiasi yang diterima terus menerus oleh anak.

“Karena terlalu kecanduan game akhirnya anak tidak memperhatikan kondisi tubuh mereka. Yang terburuk bahkan bisa kejang badan. Itu dimungkinkan karena gadget itu kan ada radiasi cahaya, suara, dan lain-lain. Ada beberapa kejadian seperti itu karena terlalu kecanduan bermain game,” ucap dia, Rabu.

Menurut Aliyah, pihaknya sudah menangani beberapa kasus pasien anak yang kecanduan bermain game online. Tahapan terapi menurutnya dilakukan berdasarkan analisis awal kondisi pasien.

Sanksi Mengintai Pelaku Usaha Online Tanpa Izin

Terapi Kecanduan

Pasien pada umumnya mendapatkan terapi perilaku kognitif agar tidak lagi kecanduan bermain game online.

“Awalnya kami analisa terlebih dulu apakah ada gangguan emosi pada anak. Kalau iya kami harus memberikan terapi mood stabilizer menggunakan obat dulu sebelum melakukan terapi perilaku kognitif. Kalau tidak ada gangguan emosi kami langsung lakukan terapi perilaku,” imbuh dia.

Proses terapi agar anak tidak lagi mengalami kecanduan game online, menurut Aliyah, umumnya membutuhkan waktu enam bulan hingga satu tahun. Proses terapi, tambah dia, juga melibatkan orang terdekat pasien untuk mendukung agar berjalan sukses.

“Sejak awal terapi pasien memang kami melibatkan orang tua terutama karena yang paling sering berinteraksi. Pasien tidak home visit tetapi rawat jalan secara berkala untuk meneruskan terapi yang sudah menjadi komitmen bersama,” kata dia.

Gregory West, dosen psikologi di Universite de Montreal, Kanada, pada 2017 pernah mengingatkan dampak game action terhadap penggunanya. Pada kondisi tertentu, orang yang kecanduan game action akan mengalami sejumlah dampak negatif.

Saat main game action, Anda dipaksa berpikir kreatif untuk menemukan strategi mengalahkan lawan. Proses ini melibatkan bagian otak yang bernama striatum.

Striatum adalah bagian otak yang bertindak seperti semacam autopilot. Maksudnya, otak Anda secara otomatis tahu seluk-beluk strategi permainan, misalnya kapan harus belok ke kanan, kiri, maju, atau mundur tanpa harus berpikir panjang. Jadi, bagian otak ini membuat arah ‘navigasi’ tadi menjadi sebuah kebiasaan.

Semakin sering striatum ini digunakan, maka otak akan semakin sedikit menggunakan hipokampus untuk mengingat hal-hal penting. Akibatnya, hipokampus mengalami atrofi alias kehilangan sel-sel dan jaringannya secara perlahan.

Game Konsol Paling Ikonik dari Masa ke Masa

Dampak Fatal

Dampak fatalnya, Anda tidak bisa lagi mengingat hal-hal yang sifatnya jangka panjang. Anda mungkin masih bisa mengingat kembali hal-hal yang terjadi beberapa waktu lalu, tapi sayangnya tidak dapat mengingat hal-hal yang baru terjadi sebelum hipokampus rusak.

Misalnya saja, Anda sangat mudah mengingat nama-nama teman sekolah dulu. Namun, sekarang Anda malah gampang lupa dengan nama teman baru di kantor. Dengan kata lain, Anda jadi mudah lupa alias pikun meskipun usia Anda masih muda.

Efek main game action terlalu berlebihan ternyata belum berhenti sampai disitu. Orang dengan jumlah materi abu-abu yang lebih sedikit pada hippocampus ditemukan berisiko lebih tinggi terkena penyakit kejiwaan. Mulai dari depresi, skizofrenia, PTSD, hingga penyakit Alzheimer. Namun sayangnya, hal ini masih membutuhkan penelitian dan analisa lebih lanjut.

Hipokampus adalah bagian otak yang menjadi pusat belajar, penyimpanan, dan pengolahan memori jangka panjang. Apabila keseluruhan hipokampus rusak, atau bahkan hanya sebagian saja, maka Anda dapat mengalami masalah memori yang serius.

Ditulis oleh : Jafar Sodiq Assegaf

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.