Terlalu sering belanja identik dengan gejala compulsive buying disorder yang merupakan salah satu gangguan jiwa yang cukup populer akhir-akhir ini.
JEDA.ID – Perkembangan pesat pasar digital mendorong perubahan perilaku belanja masyarakat. Online store dan e-commerce mengalami loncatan perkembangan yang cukup signifikan. Selain itu, belanja online sekarang juga menjadi salah satu budaya baru.
Pria berusia 29 tahun bernama Wang dari Sichuan merasa tertekan karena istrinya, Zhan menghabiskan banyak uang ketika Singles Day. Wang sampai memutuskan untuk bunuh diri karena kelakuan istrinya.
Dilansir China Press, Rabu (13/11/2019), Wang berniat bunuh diri dengan melompat dari atap gedung pada 10 November 2019 pukul 10.00 malam waktu setempat. Percobaan bunuh diri Wang akhirnya dapat digagalkan.
Saat ditanya, Wang mengaku sangat marah ketika istrinya punya banyak tagihan selama Singles Day. Zhan telah belanja online lebih dari 300 ribu Yuan atau setara Rp600 juta untuk membeli tas, parfum mahal, pakaian, dan sebagainya.
Wang mengatakan bahwa ia hanya mendapat gaji beberapa ribu Yuan dalam sebulan. Hanya Wang yang mencari nafkah.
Gangguan Kejiwaan
Kasus yang dialami istri Wang barangkali identik dengan gejala kecanduan belanja. Dalam dunia medis dikenal dengan istilah compulsive buying disorder (CBD).
Dokter Marianti di laman konseling Alodokter.com menulis CBD adalah gangguan belanja kompulsif yang dapat diartikan sebagai hasrat tidak tertahankan untuk membeli barang secara berlebihan. Hasrat ini dapat mendatangkan pengaruh negatif dalam keluarga dan keuangan.
Para peneliti dan psikiater menetapkan kecanduan belanja online sebagai sebuah kondisi kesehatan mental. Menurut mereka, gejala-gejala kondisi tersebut dapat mempengaruhi pikiran dan menyebabkan kecemasan bahkan depresi. Dikatakan gangguan ini telah diidap satu dari 20 orang.
Kecanduan belanja online memang sebuah kondisi yang sebaiknya diatasi. Banyak orang yang jadi menimbun barang di rumah mereka bahkan terlilit hutang karenanya.
Tak hanya merugikan diri sendiri, hal ini juga berimbas pada orang-orang sekitar karena ketidakmampuan mereka mengendalikan diri dan menyebabkan pertengkaran.
Dr Astrif Müller menyebut gejala ini dengan istilah Buying-Shopping Disorder atau BSD.
“Ini adalah waktu untuk menyadari BSD sebagai kondisi kesehatan mental tersendiri dan untuk mengumpulkan informasi lanjutan mengenai BSD di internet,” katanya.
Dr Astrif telah menemukan bukti dari 122 pasien yang mencari pertolongan untuk masalah kecanduan belanja online. Dari mereka, ditemukan bahwa kondisi ini bisa menimbulkan tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi.
Tanda-Tanda
Para peneliti pun menganggap jika menjamurnya online store, aplikasi, internet, dan pengiriman ke rumah menambah dimensi baru dalam kasus shopaholic.
Shopaholic adalah salah satu jenis gangguan jiwa. Oxford Expans tahun 2007 menjelaskan shopaholic adalah seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja. Meskipun barang-barang yang dibelinya tidak selalu ia butuhkan
Apalagi mereka bisa melakukannya 24 jam dan tidak perlu benar-benar membawa barang-barang itu sendiri, belum lagi diskon dan promo yang ditawarkan.
Kemungkinan seseorang yang mengalami kecanduan belanja, tidak menyadari hal tersebut terjadi pada dirinya. Berikut tanda-tanda kecanduan belanja yang perlu kamu ketahui;
- Belanja hanya bertujuan untuk meredakan stres.
- Terobsesi membeli barang tiap minggu atau bahkan tiap hari.
- Selalu menghabiskan banyak waktu untuk melihat-lihat barang
- Merasa sangat gembira setelah membeli sesuatu.
- Menghabiskan dana melampaui batas nominal kartu kredit atau kemampuan finansial.
- Selalu membeli barang-barang yang akhirnya tidak digunakan.
- Merasa bersalah setelah membeli banyak barang, meski terus belanja kembali di hari-hari berikutnya.
- Mengalami kesulitan di masa mendatang akibat boros berbelanja di masa lalu.
Tanda lainnya yang dominan dimiliki orang kecanduan belanja adalah lebih suka berbelanja sendiri daripada bersama teman maupun keluarga, agar tidak merasa malu saat membeli barang.
Penanganan kecanduan belanja dapat dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan dan sumber masalahnya. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk meredakan kecanduan:
- Kerabat, pasangan, ataupun teman dekat perlu membantu mengambil alih kendali atas pengeluaran dana kamu.
- Jalani konseling dan terapi psikologis agar dapat belajar mengontrol dorongan dan mengenali pemicu kecanduan belanja.
- Para pecandu dapat belajar tentang mengatur keuangan dan belajar mengadopsi gaya belanja yang sehat.
Jangan biarkan kebiasaan belanja yang seharusnya menyenangkan, menjadi kecanduan belanja yang berisiko.
Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala kecanduan belanja, jangan sungkan untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater demi mendapat penanganan yang tepat.