• Thu, 25 April 2024

Breaking News :

Mengonsumsi 10 Tahun Bisa Bikin Buta, Ini Dampak Junk Food

Di balik rasanya yang enak, mengonsumsi junk food berlebihan bisa mendatangkan hal buruk bagi tubuh seperti tuli dan kebutaan.

JEDA.ID—Di balik rasanya yang enak, mengonsumsi junk food berlebihan bisa mendatangkan hal buruk bagi tubuh. Junk food atau biasa disebut makanan cepat saji pada umumnya mengandung tinggi kalori, garam, gula serta lemak, tapi sangat minim nutrisi.

Kejadian yang dialami remaja asal Inggris ini mungkin bisa jadi peringatan agar kita tidak berlebihan menyantap junk food. Seorang remaja menjadi buta dan tuli di usia 17 tahun akibat diet tidak sehat, yakni makan junk food setiap hari.

Seperti dilansir Telegraph, remaja tersebut diyakini merupakan orang pertama yang mengalami kebutaan dan tuli karena diet junk food. Kemalangan yang menimpa remaja laki-laki ini disebabkan oleh kebiasaannya hanya makan keripik kentang, roti putih, dan daging olahan pabrik dalam kurun waktu 10 tahun.

Diet tinggi kalori dan minim nutrisi membuat dia kekurangan banyak vitamin serta nutrisi penting untuk pertumbuhan. Alhasil remaja ini mengalami nutritional optic neuropathy (NON), kondisi di mana tubuh menderita berbagai gangguan medis dengan gejala utama terjadinya kerusakan fatal pada penglihatan.

NON umumnya terjadi akibat kurang vitamin B-kompleks seperti B1, B12, B6, B3 dan B2. Kekurangan folic acid juga disinyalir menjadi salah satu pemicu risiko NON. Tak hanya kehilangan penglihatan, remaja yang diketahui berasal dari Bristol, Inggris, tersebut juga menderita tulang rapuh.

Remaja tersebut mulai kehilangan pendengarannya ketika beranjak remaja, di usia 14 tahun. Disusul dengan kebutaan yang berlangsung cukup cepat, dan akhirnya mengalami buta dan tuli di usia 17 tahun. “Penglihatannya menurun cepat sekali, sampai pada titik di mana sekarang dia legally blind [buta secara hukum],” ujar ibunya.

Kecanduan

Selama ini, efek makan junk food hampir selalu dikaitkan dengan obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan penyakit jantung. Yang tidak banyak orang sadari, makanan cepat saji juga ikut menggerogoti kesehatan otak. Ini bisa dilihat dari banyaknya orang yang kecanduan junk food.

Junk food adalah jenis makanan yang tinggi kandungan gula, lemak, garam, dan minyak. Kombinasi ini, ditambah dengan wangi makanan dan berbagai paduan rasa lainnya, yang membuat makanan terasa nikmat menggoyang lidah.  Kemudian, saraf lidah langsung mengirim sinyal untuk merangsang otak memproduksi hormon bahagia dopamin dalam jumlah tinggi.

Dilansir dari Huffington Post,  Steven Witherly, seorang ilmuwan di bidang makanan, berpendapat kecanduan junk food juga bisa dipengaruhi oleh kombinasi sensasi yang berbeda dalam satu kali makan.  Misalnya krim keju bertekstur lembut yang dioleskan merata di atas sepotong pizza renyah, atau burger dengan isi daging tebal dan juicy yang ditambah beberapa lembar daun selada renyah.

Kombinasi campur aduk ini yang kemudian membuat otak mengartikan makan junk food sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan. Sebagai tindak lanjutnya, otak memproduksi lebih banyak dopamin.

Efek membahagiakan dari makan junk food tersebut akan membuat tubuh mengidam secara otomatis, sehingga Anda merasa butuh untuk mengulangi makan lagi. Semakin banyak dan semakin lama Anda terbiasa makan junk food akan membuat efek ketagihan semakin kuat, karena kadar dopamin yang menumpuk dalam tubuh dapat mengganggu fungsi otak. Otak bisa salah mengira Anda kurang makan ketika bersantap junk food, sehingga Anda akan makan lagi dan lagi.

Sulit Berpikir

Sebuah penelitian dalam American Journal of Clinical Nutrition tahun 2011 menunjukkan individu sehat yang mengonsumsi makanan cepat saji selama lima hari berturut-turut mengalami penurunan fungsi kognitif otak. Ini ditandai dengan kurangnya fokus perhatian, kecepatan bertindak, ingatan yang lebih buruk, serta perubahan mood drastis.

Di dalam otak, dopamin dosis tinggi yang dihasilkan setelah makan junk food menghambat kerja hippocampus dan menyebabkan peradangan. Hippocampus merupakan tempat pembentukan dan penyimpanan memori jangka panjang.

Selain itu, makanan tinggi gula dan lemak dapat menurunkan fungsi sinaps otak yang bertanggung jawab untuk pembelajaran dan kemampuan mengingat, serta mengganggu aktivitas peptida otak yang disebut brain-derived neurotrophic factor (BNFD) yang membantu meningkatkan aliran darah ke otak dan mencegah kerusakan sel otak.
Berikut adalah sejumlah risiko penyakit yang muncul akibat terlalu sering makan makanan cepat saji seperti dilansir Kemenkes.

Diabetes

Siapa bilang diabetes terjadi karena mengonsumsi makanan manis? Banyak faktor penyebab penyakit diabetes. Salah satunya adalah gaya hidup tidak sehat, yakni mengonsumsi makanan cepat saji terlalu sering.

Junk food sangat memengaruhi sistem metabolisme tubuh. Sistem metabolisme tubuh yang tidak baik akan menyebabkan nutrisi makanan tidak terserap dengan baik. Selain itu, insulin juga tidak bekerja dengan sempurna. Padahal insulin sangat dibutuhkan tubuh untuk mengolah glukosa menjadi energi.

Penyakit jantung

Junk food memiliki kandungan lemak jahat yang tinggi. Hal ini juga yang membuat kolesterol di dalam tubuh meningkat. Selain itu, makanan cepat saji juga menyebabkan kadar gula darah meningkat. Lemak jahat yang menumpuk di dalam tubuh akan sangat mempengaruhi kerja jantung. Selain itu, lemak juga bisa menumpuk di dalam pembuluh darah menyebabkan penyumbatan. Maka dari itu, risiko serangan jantung pun juga akan meningkat.

Gangguan ginjal

Mungkin kita tidak merasa makanan cepat saji tidak terlalu berbahaya, karena memang rasanya yang nikmat. Namun junk food memiliki kandungan natrium cukup tinggi yang bisa memengaruhi kinerja ginjal. Dengan begitu, ginjal tidak bisa berfungsi untuk menyaring racun dalam darah dengan baik.

Kerusakan hati

Bahaya cukup mematikan makanan cepat saji adalah kerusakan hati. Bahkan, penelitian menunjukan mengonsumsi junk food tanpa berolahraga sama halnya dengan orang mengonsumsi alkohol. Hal ini pula yang menyebabkan jaringan parut dalam hati. Sehingga, hati tidak bekerja secara baik dan optimal.

 

Ditulis oleh : Anik Sulistyawati

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.