Faktor konteks sosial dan faktor individual memiliki peran signifikan dalam mendorong lansia menggunakan Internet.
JEDA.ID–Jangan dikira hanya anak muda yang gandrung dengan Internet. Para warga lanjut usia atau lansia di Indonesia yang mengakses Internet tumbuh pesat. Jumlah lansia melek Internet pada 2018 naik hampir 100% dibandingkan 2017.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018 yang dikutip Selasa (30/7/2019)menyebutkan 5,73% warga lansia mengakses Internet. Bila pada 2018 ada 24,49 juta lansia di Tanah Air, artinya sekitar 1,4 juta lansia melek Internet.
Memang jumlah itu tergolong kecil. Namun, ada lonjakan besar lansia yang suka berselancar di dunia maya. Pada 2017, lansia yang mengakses Internet hanya 2,98% atau sekitar 697.000 orang.
Namun, lonjakan lansia yang menggunakan Internet ini masih timpang secara wilayah dan gender. Lansia yang mengakses Internet terpusat di perkotaan.
Di perkotaan, sekitar 10,12% lansia menggunakan Internet. Sedangkan di perdesaan, hanya 1,05% yang menggunakan Internet. Lansia pengguna Internet didominasi laki-laki. Sebanyak 7,46% lansia laki-laki menggunakan Internet, sedangkan lansia perempuan hanya 4,15%.
”Akses teknologi informasi dan komunikasi turut dipengaruhi oleh status ekonomi lansia. Semakin tinggi kelompok pengeluaran rumah tangga, semakin besar persentase lansia yang menggunakan HP, komputer, maupun Internet,” sebut BPS.
Data yang hampir mirip disajikan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). APJII dalam Penetrasi dan Profil Perilaku Pengguna Internet 2018 menyebutkan penduduk usia 60-64 tahun yang menggunakan Internet sekitar 16,2%. Untuk usia di atas 65 tahun angkanya lebih kecil yaitu 8,5%.
Meski lansia melek Internet belum terlalu tinggi, namun untuk penggunaan ponsel atau HP tergolong tinggi. BPS menyebutkan dari 10 lansia Indonesia, 4 di anatarnya adalah pengguna ponsel. Sedangkan yang menggunakan komputer cukup kecil yaitu 2,57%.
Menurut Guevara (dalam Delello & McWhorter, 2015), penggunaan teknologi digital seperti komputer dan telepon pintar yang terkoneksi Internet dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan, hobi, berita, dan menghubungkan anggota keluarga dan teman melalui media sosial.
Keuntungan bagi Lansia
Zhang dan Kaufman (dalam Ciboh, 2017) juga menyatakan keberadaan media sosial dalam kehidupan para lansia akan menciptakan keuntungan. Seperti perkembangan pertemanan antarlansia yang ada pada suatu wilayah tertentu dan meningkatkan komunikasi antargenerasi.
Sayangnya, para lansia yang diuntungkan dari keberadaan teknologi ini, justru merupakan individu yang memiliki kecenderungan kesulitan untuk mengadopsi teknologi media sosial.
Rizqi Ganis Ashari dari Universitas Diponegoro dalam kajian berjudul Memahami Hambatan dan Cara Lansia Mempelajari Media Sosial seperti dimuat dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.15, No. 2, Desember 2018, menyebutkan kurangnya keahlian untuk menggunakan media digital sebagai alat untuk mengakses media sosial hanya salah satu alasan yang membuat lansia enggan mengakses teknologi ini.
Penelitian lain mengenai faktor-faktor yang mendorong lansia mempelajari Internet pada 1.105 responden di Swiss oleh Friemel (2014) menjelaskan faktor konteks sosial dan faktor individual memiliki peran signifikan dalam mendorong lansia menggunakan teknologi ini.
Konteks sosial berarti dukungan dan semangat yang diberikan orang lain pada lansia yang berada di suatu lingkungan sosial tertentu untuk menggunakan Internet.
Sedangkan faktor individual merupakan pandangan yang menjelaskan bahwa media ini merupakan kebutuhan, sehingga motivasi diri membuat lansia rela mempelajari media ini secara autodidak.
”Salah satu target SDGs [sustainable development goals] adalah meningkatkan akses teknologi komunikasi bagi seluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali lansia,” sebut BPS.