Perlu memikirkan penciptaan teknologi pengakses media sosial dan varian media sosial yang ramah dan murah untuk diakses oleh lansia.
JEDA.ID–Tidak percaya diri kerap menjadi alasan awal saat warga lanjut usia atau lansia berselancar di dunia maya dan mengakses media sosial. Setelah menikmati, lansia tidak kalah gandrung dengan media sosial atau medsos layaknya generasi yang lebih muda.
Di Indonesia, ada sekitar 1,4 juta lansia yang kerap mengakses Internet. Jumlahnya tergolong kecil karena pada 2018 lalu ada sekitar 24 juta penduduk lansia di Tanah Air.
Rizqi Ganis Ashari dari Universitas Diponegoro dalam kajian berjudul Memahami Hambatan dan Cara Lansia Mempelajari Media Sosial seperti dimuat dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.15, No. 2, Desember 2018, memaparkan bagaimana awalnya para lansia menggunakan medisos.
Rizqi yang mewawancarai sejumlah lansia menyebut secara umum mereka mengadopsi media sosial karena adanya kebutuhan. Ada lansia yang mengawali penggunaan media sosial karena ingin mengonfirmasi keberadaan akun palsu di Facebook yang mengatasnamakan dirinya.
Lansia itu awalnya tidak tertarik sama sekali dengan media sosial. Bahkan menganggap teknologi itu tidak memberikan manfaat sama sekali bagi kehidupannya.
”Dia merasa perlu menggunakan media sosial untuk melakukan konfirmasi. Hal itu yang memunculkan ketertarikan untuk mempelajari media sosial lebih lanjut,” sebut Rizqi sebagaimana dikutip, Selasa (30/7/2019).
Lansia juga memanfaatkan media sosial untuk tetap berinteraksi dengan generasi yang lebih muda dan memperbarui berbagai pengetahuan mengenai teknologi baru.
Lalu bagaimana awal mula lansia belajar media sosial? Ada lansia yang kebetulan berprofesi sebagai guru belajar dari para muridnya. Lansia mau belajar dan mengadopsi hal-hal yang disampaikan generasi muda terkait penggunaan media sosial.
Urusan Kesehatan
Ada juga lansia yang merasa tidak percaya diri dan takut apabila HP rusak saat dipakai mempelajari berbagai fitur di dalam Facebook. Kesan pertama media sosial pun tidak selalu baik. Ada lansia yang menganggap medsos tidak terlalu bermanfaat dan merasa sudah lewat umur untuk mempelajari teknologi.
Hambatan lain yang kadang dihadapi lansia juga berurusan dengan kesehatan. Ada yang merasakan mata berair dan pedih saat terlalu lama menatap layar HP. Kadang pula salah ketik alias typo saat terburu-buru mengetik.
”Lansia selalu mengalami kesulitan terbesar untuk memupuk motivasi mempelajari media baru yang akan digunakan sebagai bentuk hambatan intrapersonal. Ketika proses awal mengadopsi teknologi media sosial, mereka selalu merasakan kecemasan ataupun kurang motivasi, sehingga menciptakan rasa malas untuk mengadopsi penggunaan media sosial,” sebut Rizqi.
Dukungan atau motivasi dari orang lain terutama orang terdekat akan mengikis hambatan itu. Mengenai urusan kesehatan, Rizqi menyebut kondisi ini menegaskan perlunya memikirkan penciptaan teknologi pengakses media sosial dan varian media sosial yang ramah dan murah untuk diakses oleh lansia.
Dia mengatakan rendahnya penetrasi penggunaan Internet di kalangan lansia dan rendahnya adopsi lansia terhadap teknologi media sosial mendorong perlunya dilakukan program pengenalan dan penggunaan teknologi ini kepada para lansia.
Program ini dipandang perlu karena hambatan intrapersonal, seperti rasa malas dan takut untuk menggunakan teknologi baru, masih menjadi hambatan awal yang dirasakan para lansia.
”Perlu pelatihan terhadap generasi muda untuk menjadi warm expert pun penting untuk dilakukan. Sehingga kesenjangan digital yang dikhawatirkan muncul dapat diminimalisasi kondisinya dengan keberadaan mereka,” sebut dia.
Kurangi Depresi
Penelitian terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bersosialisasi melalui media sisial dapat mengurangi depresi pada orang lanjut usia. Studi yang dipublikasikan dalam Journals of Gerontology, Series B itu menyatakan penggunaan medsos untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman membuat lansia lebih rileks.
Sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia, peneliti menganalisis 3.401 partisipan berusia 67 tahun atau lebih. Semua partisipan ini tinggal di panti jompo. Sebanyak satu dari tiga lansia itu tinggal sendiri dan 54 persen merasakan sakit selama satu bulan terakhir.
Hasilnya, lansia yang menggunakan medsos memiliki tingkat depresi yang lebih rendah. Sebanyak 6 persen dari mereka yang menggunakan media sosial dilaporkan mengalami gejala depresi. Angka itu lebih rendah dari mereka yang tidak menggunakan media sosial sebanyak 15 persen.
Peneliti dari University of Michigan, Shannon Ang, berharap, lewat penelitian ini ada banyak orang tua yang dapat belajar menggunakan komputer dan medsos karena terbukti dapat mengurangi rasa sakit, isolasi sosial, dan rasa kesepian.
Namun, ahli dari Dana-Farber Cancer Institute William Pirl tidak menyarankan semua lansia menggunakan medsos. Menurutnya, medsos juga dapat berdampak buruk bagi lansia.
”Orang-orang meresponsnya secara berbeda. Beberapa dapat menjadi lebih cemas mendengarkan cerita orang lain. Ada banyak variabilitas apakah media sosial tepat untuk Anda atau tidak,” kata Pirl.