Jika Covid-19 menyebar secara airborne, maka potensi penularannya lebih besar. Karena itu disarankan tetap memakai masker sekalipun berada di ruang tertutup.
JEDA.ID-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awal pekan ini telah didesak oleh ratusan ilmuwan soal kemungkinan virus corona jenis baru penyebab Covid-19 bisa menyebar lewat udara atau airborne. Kemunculan bukti-bukti yang memperkuat klaim tersebut mulai diakui.
Namun, para ahli dari CSIR-Centre for Cellular and Molecular Biology (CCMB) India mengatakan tidak perlu panik. Para pakar tersebut mengatakan bahwa patogen setidaknya berada di udara, tapi bukan berarti virusnya dapat terbang dan bisa menginfeksi semua orang.
“Itu studi yang bagus. Berdasarkan hal itu, apa yang sedang dikomunikasikan kepada WHO adalah, bahwa virus tersebut setidaknya mengudara sementara, yang berarti dapat bergerak dalam droplet berukuran lebih kecil dari lima mikron yang berarti akan berada di udara lebih lama dari yang lebih besar. Tetesan yang mereda dalam beberapa menit,” kata Direktur CSIR-CCMB, Rakesh Mishra, dikutip dari laman Hindustan Times.
Misha memperingatkan untuk terus mengambil langkah pencegahan dan menghindari kontak dekat dan pertemuan yang besar. Selain itu, menjaga jarak sosial juga harus diperhatikan dan menghindari kerumunan di suatu ruangan.
Wacana Redenominasi Kembali Mencuat, Ini Negara yang Sukses dan Gagal Pangkas Angka Nol di Mata Uang
Dia menambahkan bahwa saat ini masih sedikit sekali yang diketahui tentang virus corona jenis baru penyebab Covid-19 sehingga masih terlalu dini jika mengatakan telah mendapat informasi lebih banyak soal penyakit tersebut.
Sebelumnya, lebih dari 239 ilmuwan di 32 negara, telah menguraikan bukti yang menunjukkan bahwa virus corona memiliki partikel yang lebih kecil dan dapat menginfeksi manusia, para ahli juga mendesak WHO untuk merevisi rekomendasinya.
Para ahli disebut sedang meninjau kembali bukti tersebut, namun hingga saat ini masih belum ada kepastian.
“Kami semua sudah membicarakan kemungkinan transmisi airborne dan aerosol sebagai salah satu metode penularan Covid-19,” kata pemimpin teknis respons Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (9/7/2020).
Bagi influencer dan praktisi kesehatan dr Vito A Damay, SpJP(K), MKes, FIHA, FICA, FAsCC, potensi Covid-19 menyebar secara airborne rupanya tidak terlalu mengejutkan. Hal itu memang sudah lama dipertimbangkan.
Menurutnya secara logis droplet atau percikan liur yang ‘halus’ keluar dari mulut saat bersin atau batuk. Droplet seperti itu sifatnya ringan sehingga bisa lama bertahan di udara dan tertiup oleh angin.
“Sementara droplet masih melayang di udara, maka memungkinkan untuk diembuskan angin atau masih tetap melayang dan terhirup oleh orang lain. Itulah kenapa kami dokter-dokter praktisi selalu direkomendasikan menggunakan N95 ketika berpraktik bahkan di poliklinik rawat jalan,” kata dr Vito pada detikcom, Rabu (8/7/2020).
Untuk mengantisipasi kemungkinan virus corona menular secara airborne, sirkulasi udara yang baik jadi kunci pencegahannya.
“Terutama risikonya besar ketika dalam ruangan ramai orang dan sirkulasi udara tidak baik,” kata pria yang kerap menjadi host berbagai acara kesehatan ini.
Berikut tips yang disarankan Vito untuk antisipasi kemungkinan penularan Covid-19 secara airborne:
1. Untuk beberapa aktivitas, penggunaan ruangan outdoor atau semi outdoor lebih aman
2. Batasi orang dalam ruangan sesedikit mungkin
3. Batasi waktu dalam ruangan seminimal mungkin
4. Sediakan ventilasi atau exhaust fan dalam ruangan
5. Tetap pakai masker dalam ruangan
6. Tetap jaga jarak sehat
7. Usahakan sebisa mungkin tidak keluar rumah
Sementara dokter Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Adityo Susilo, belum bisa menyatakan virus SARS CoV-2 bisa menular melalui udara.
Mutasi Virus Corona 3 Kali-9 Kali Lebih Mudah Menular Tapi Tak Lebih Berbahaya
Namun, menurut dia ada kondisi khusus yang memungkinkan virus SARS CoV-2 menular melalui udara.
“Untuk Covid-19 medis selalu mencoba mempelajari evidence di lapangan. WHO diawal [mengatakan Covid-19 ditularkan] melalui droplet kemudian mengubah lagi, kalau pasien mengalami inkubasi dan lain-lain bisa berpotensi menjadi airborne,” ujar dia dalam webinar seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/7/2020).
“Jadi, harus ada kondisi khusus yang mengubah droplet ini berubah menjadi aerosol yang lebih kecil. Ada pendapat belakangan ini, Covid-19 bisa menular secara airborne, saya tetap mengikuti perkembangan jadi masih droplet,” sambung Adityo.
Beberapa waktu lalu, sebuah studi yang menunjukkan virus penyebab Covid-19 bisa bertahan di udara selama beberapa jam, namun WHO meluruskan kondisi ini terjadi pada pasien yang terinkubasi.
Ikuti 10 Tips Ini, Rambut Indah dan Sehat Akan Terlihat
Adityo mengatakan, jika pada akhirnya WHO memastkan penularan Covid-19 melalui airborne, maka menjaga jarak sosial dan fisik sejauh dua meter tak lagi efektif.
“Logikanya kalau dikatakan airborne, ukuran droplet akan sangat kecil di bawah 5 mikrometer, faktor gravitasi tidak besar peranannya, dia bisa melayang-layang di udara. Kendalanya, social distancing yang semula dua meter menjadi lebih lebar,” kata Adityo.
Jika Anda sudah menjaga jarak bahkan lebih dari dua meter, berada di ruangan yang sama dengan orang yang mungkin positif Covid-19 selama Anda berbagi sirkulasi udara yang sama, Anda berpotensi tertular penyakit yang sama.
“Kalau airbone, [menjaga jarak] dua meter menjadi rancu, selama di satu ruangan sama, berbagi sirkulasi udara, Anda berpotensi tertular. Akan banyak perubahan kalau ini bisa menular secara airborne,” kata Adityo.
Selain itu, penggunaan masker menjadi hal yang tidak bisa dinegosiasikan lagi.