• Fri, 26 April 2024

Breaking News :

Bukan Indonesia yang Jadi Jawara Makan Nasi

Orang Indonesia masih makan nasi lebih dari 60 persen tiap porsi makan.

JEDA.ID–Istilah belum kenyang kalau belum makan nasi sangat akrab bagi orang Indonesia. Namun, ternyata bukan orang Indonesia yang paling suka makan nasi.

Namun, Indonesia masuk tiga besar yang penduduknya suka makan nasi. Adalah Bangladesh yang konsumsi nasinya paling tinggi.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan Food and Agriculture Organization (FAO) dalam OECD-FAO Agricultural Outlook 2016-2025 sebagaimana dikutip, Rabu (21/8/2019) menyebutkan penduduk Bangladesh rata-rata mengonsumsi nasi 180,69 kilogram dalam setahun.

Artinya, tiap penduduk Bangladesh makan nasi hampir setengah kilogram dalam sehari. Di bawahnya ada Vietnam yang konsumsi nasi per kapitanya mencapai 155,87 kg/tahun.

Di bawahnya baru Indonesia dengan 136,05 kg setahun. Meski bukan tertinggi di dunia, namun konsumsi nasi di Indonesia jauh di atas rata-rata dunia yaitu 14,80 kg dalam setahun. Rata-rata penduduk dunia lebih suka makan gandum dan jagung dibandingkan mengonsumsi nasi.

Rata-rata penduduk dunia makan gandum hingga 92,74 kg/tahun dan jagung 24,4 kg/tahun. Berikut 10 negara yang konsumsi nasinya tinggi sebagaimana data OECD-FAO tahun 2019

makan nasi

Ilustrasi nasi (Freepik)

1.Bangladesh 180,69 kg/kapita/tahun

2.Vietnam 155,87 kg/kapita/tahun

3.Indonesia 136,05 kg/kapita/tahun

4.Filipina 119,72 kg/kapita/tahun

5.Thailand 99,72 kg/kapita/tahun

6.Malaysia 84,03 kg/kapita/tahun

7.China 78,32 kg/kapita/tahun

8.India 72,33 kg/kapita/tahun

9.Peru 66,99 kg/kapita/tahun

10.Korea 60,56 kg/kapita/tahun

Sedangkan 10 negara yang penduduknya paling suka makan gandum adalah:

1.Aljazair 212.37 kg/kapita/tahun

2.Turki 209.52 kg/kapita/tahun

3.Mesir 186,96 kg/kapita/tahun

4.Iran 169,21 kg/kapita/tahun

5.Kazakhstan 137,62 kg/kapita/tahun

6.Pakistan 128,23 kg/kapita/tahun

7.Ukraina 120 kg/kapita/tahun

8.Chili 119,39 kg/kapita/tahun

9.Argentina 117 kg/kapita/tahun

10.Uruguay 112,41 kg/kapita/tahun

Data Kementan

Sedangkan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) punya data yang berbeda. Pada 2017, konsumsi beras penduduk Indonesia adalah 95,4 kg/kapita/tahun.

Kebiasaan orang Indonesia mengonsumsi nasi cenderung turun dari tahun ke tahun. Pada 2013, konsumsi nasi di Indonesia mencapai 96,3 kg/kapita/tahun. Untuk karbohidrat lainnya cenderung tumbuh seperti jagung, ubi jalar, singkong, hingga kentang.

Singkong misalnya pada 2016 konsumsi rata-ratanya hanya 7,4 kg/tahun melonjak menjadi 12,4 kg/tahun pada 2017. Begitu juga dengan ubi jalar yang pada 2013 hanya 2,5 kg/tahun menjadi 4,3 kg/tahun pada 2017.

BKP Kementan menyebut orang Indonesia masih mengonsumsi nasi lebih dari 60 persen tiap porsi makannya. Idealnya, porsi nasi di tiap piring makan hanya 50 persen.

makan nasi

Ilustrasi makan nasi (Freepik)

Sisanya diperbanyak konsumsi sayur mayur, buah-buahan dan lauk pauk. Komposisi makanan yang seimbang ini mampu meningkatkan gizi dan nutrisi individu.

Sayangnya, sudah tertanam dalam budaya nasi sebagai makanan utama hingga muncul istilah belum kenyang bila belum makan nasi.

“Kalau kita datang ke pesta saja yang pertama kali dicari itu pasti nasi, baru lauk, sayur mayur dan terakhir buah-buahan. Nasinya banyak, lauk dan sayurnya sedikit,” kata Kepala BKP Agung Hendriadi sebagaimana dikutip dari laman bkp.kementan.go.id.

Padahal, nasi bukanlah satu-satunya sumber karbohidrat yang ada di Indonesia. Banyak pangan lokal seperti umbi-umbian, sukun, jagung, sagu, dan singkong yang bisa jadi sumber karbohidrat lain. Nilai gizinya pun tak kalah dari nasi.

BKP terus mengampanyekan Gerakan Makan Tanpa Nasi atau Gentanasi. Gentanasi bukan berarti tidak makan nasi sama sekali melainkan dalam satu pekan mengganti 1 kali waktu makan dalam sehari dengan pangan lokal selain nasi.

Agung menyatakan upaya percepatan diversifikasi pangan sangat penting dilaksanakan, mengingat pola konsumsi pangan penduduk Indonesia belum beragam dari jenis pangan dan keseimbangan gizinya.

”Upaya menurunkan konsumsi beras dan terigu harus diikuti dengan penyediaan pangan karbohidrat dari pangan lokal seperti sagu, singkong, ubi jalar, sukun, ganyong, pisang dan sebagainya” lanjut Agung.

Ditulis oleh : Danang Nur Ihsan

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.