Beragam temuan mengejutkan tentang virus corona penyebab Covid-19 guna bisa diamati dari data-data hasil penelitian yang dilakukan berbagai pihak.
JEDA.ID— Beragam temuan mengejutkan tentang virus corona penyebab Covid-19 guna bisa diamati dari data-data hasil penelitian yang dilakukan berbagai pihak. Salah satu temuan itu adalah tentang kategori orang-orang yang terjangkit virus corona.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Program Pangan Dunia (WFP), virus corona lebih banyak menginfeksi masyarakat kelas menengah atas ketimbang kelas menengah bawah.
WFP merupakan salah satu program yang digagas oleh Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). WFP juga menghimpun data kasus Corona global. Data tersebut dikelompokkan berdasarkan empat kelas masyarakat berdasarkan pendapatan. Yakni kelas atas, kelas menengah atas, kelas menengah bawah, dan kelas bawah.
Seperti yang dilihat detikcom pada situs WFP, Minggu (10/4/2020) virus Corona justru lebih banyak menginfeksi masyarakat kelompok kelas atas dan menengah atas. Masyarakat kelas menengah bawah dan kelas bawah lebih sedikit jumlah kasus Coronanya dibandingkan dua kelas tersebut.
Berikut ini data lengkap virus Corona berdasarkan kelompok kelas masyarakat per 9 April 2020 pukul 23:59.
Kelas Atas
Kasus positif Corona: 1.292.025
Meninggal dunia: 82.903
Kelas Menengah Atas
Kasus positif Corona: 269.284
Meninggal dunia: 11.211
Kelas Menengah Bawah
Kasus positif Corona: 30.672
Meninggal dunia: 1.230
Kelas bawah
Kasus positif Corona: 2.452
Meninggal dunia: 93
WFP memakai pembagian kelas berdasarkan tahun fiskal 2020 yang dipakai oleh Bank Dunia.
Kelas berpenghasilan rendah didefinisikan sebagai mereka yang memiliki pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita, dihitung dengan menggunakan metode Atlas Bank Dunia, sebesar US$1.025 (Rp1,8 juta) atau kurang pada 2018.
Sedangkan, kelompok ekonomi berpenghasilan menengah bawah adalah mereka yang memiliki PNB per kapita antara US$ 1.026 dan US$3.995 (Rp62,7 juta). Lalu, kelompok ekonomi berpendapatan menengah atas adalah mereka yang memiliki PNB per kapita antara US$3.996 dan US$12.375 (Rp194,2 juta).
Untuk kelompok ekonomi berpenghasilan tinggi adalah mereka yang memiliki PNB per kapita sebesar US$12.376 (Rp194,2 juta) atau lebih.
Ada Macam-Macam Varian, Ini Cara Mudah Bikin Dalgona Coffee di Rumah
Data global
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun dari worldometers, Jumat (10/4/2020), total kasus Corona global mencapai 1.614.858 kasus dengan jumlah korban meninggal mencapai 96.791 orang dan sembuh mencapai 362.537.
Sedangkan lima negara teratas dengan kasus tertinggi hingga Jumat adalah Amerika Serikat dengan total kasus mencapai 468.895 kasus, jumlah korban meninggal 16.697 orang dan pasien sembuh mencapai 25.928 orang.
Yang kedua adalah Spanyol dengan total 157.022 kasus, korban meninggal mencapai 15.843 orang dan pasien sembuh mencapai 55.668 orang.
Di urutan ketiga Italia dengan 143.626 kasus, korban meninggal mengcapai 18.279 orang dan pasien sembuh sebanyak 28.470 orang.
Di posisi keempat adalah Jerman dengan total 118.235 kasus dengan korban 2.607 orang dan pasien sembuh mencapai 52.407 orang.
Di urutan kelima Prancis dengan total 117.749 kasus, korban meninggal 12.210 orang dan pasien sembuh mencapai 23.206 orang.
Warna kulit hitam lebih rentan?
Virus corona tidak membedakan warna kulit ataupun ras, namun data di Amerika Serikat mulai menunjukkan satu komunitas yang merasakan dampak terbesar pandemi ini. “Banyak warga kulit hitam Amerika lebih berisiko terkena Covid-19,” kata kepala kesehatan masyarakat AS, Jerome Adams, dalam wawancara dengan CBS seperti dilansir detikcom.
“Fakta ini menyakitkan,” kata Adams yang menyebut diri sebagai warga Afrika Amerika, sebutan untuk keturunan Afrika.
Data dari negara bagian dan kota-kota di Amerika mengungkap penduduk Afrika Amerika lebih rentan terinfeksi virus corona yang menyebabkan Covid-19. Sampai Kamis (9/4/2020), kasus virus corona di AS tercatat lebih dari 435.000 dengan angka kematian lebih dari 14.000 orang.
Di kota New York, episenter pandemi di AS, sekitar 28% dari kematian lebih 4.000 orang adalah keturunan Afrika, menurut data yang diungkap Gubernur Andrew Cuomo.
Data statistik dari pejabat kesehatan Chicago, menunjukkan setengah dari penduduk kulit hitam Chicago terkena Covid-19 dan lebih dari 70% korban meninggal, meskipun warga ini hanyalah 30% dari keseluruhan populasi.
“Jumlah kematian itu membuat saya tercekat. Angka ini adalah salah satu hal yang paling mengejutkan yang pernah saya saksikan sebagai wali kota,” kata Wali kota Chicago Lori Lightfoot kepada New York Times.
Virus Corona Disebut Bermutasi Jadi 3 Tipe, Ini Wilayah Persebarannya
Kondisi kesehatan lebih buruk
Wali kota Lori Lightfoot juga mengatakan virus corona “menghancurkan” warga kulit hitam Chicago. Dia mengatakan petugas diturunkan untuk memeriksa berbagai toko untuk memastikan setiap orang mematuhi panduan jarak sosial.
Menurut laporan Chicago Sun-Times, Wali Kota Lightfoot juga mengedepankan kemungkinan penerapan jam malam di tempat-tempat di mana penduduk biasanya berkumpul di luar toko minuman keras. Pemerintah dan pakar sepakat bahwa kondisi kesehatan warga Afrika Amerika pada umumnya lebih buruk dibandingkan komunitas lain.
Anthony Fauci, direktur Institut Penyakit Menular mengatakan penyakit bawaan yang diderita warga kulit hitam menyebabkan mereka rentan. “Kita tahu bahwa penyakit seperti diabet, hipertensi, obesitas dan asma mempengaruhi penduduk minoritas, khususnya Afrika Amerika,” kata Fauci.
Ia menambahkan bahwa riwayat penyakit ini akan berdampak fatal begitu mereka terkena Covid-19. Kondisi lain, menurut para pakar adalah populasi Afrika Amerika, sulit mendapatkan akses kesehatan.
Bagaimana data statistik Chicago?
Hingga 5 April, sebanyak 1.824 dari 4.680 kasus Covid-19 yang telah terkonfirmasi di Chicago, merupakan penduduk kuit hitam. Sementara terdapat 847 orang kulit putih, 478 Amerika Latin dan 126 warga Chicago keturunan Asia yang mengalaminya.
Minggu (5/4/2020) sebanyak 98 orang meninggal dunia, 72% nya adalah penduduk kulit hitam.
Disparitas ini terlihat di seluruh daerah negara bagian, dimana warga kulit hitam merupakan 41% dari kematian Covid-19, meskipun kelompok ini hanyalah 14% dari populasi Illinois.
Pejabat kesehatan masyarakat Chicago, Dr Allison Arwady mengatakan kepada para wartawan bahwa umur harapan hidup penduduk kulit hitam kota adalah 8,8 tahun lebih pendek dari pada warga kulit putih.
Keadaan secara nasional
Meskipun virus corona disebut-sebut menciptakan kesetaraan masyarakat, data yang ada justru mengisyaratkan tingkat kerentanan terhadap infeksi beragam di permukiman yang berbeda.
Di Michigan, jumlah warga kulit hitam merupakan 14% dari populasi, tetapi kelompok ini merupakan 33% dari kasus virus corona, dan 41% warga yang meninggal, demikian terungkap dari data kantor kesehatan negara bagian pada Senin (6/4/2020).
Penduduk kulit putih merupakan 23% dari kasus yang tercatat di Michigan dan 28% dari warga meninggal, ungkap data tersebut.
Sebanyak 80% penduduk Detroit, Michigan, berkulit hitam. Kota tersebut dan daerah sekitarnya mewakili sekitar 80% dari kasus virus corona yang telah terkonfirmasi.
Disparitas serupa juga terjadi di Milwaukee, Wisconsin, salah satu kota paling tersegregasi di AS. Hampir setengah dari sekitar 1.000 kasus terkonfirmasi adalah warga kulit hitam, sampai hari Jumat, dan 81% dari 27 orang yang meninggal.
Padahal penduduk kulit hitam hanyalah 27% dari keseluruhan penduduk, demikian diungkapkan kajian Pro Publica. Sekitar 40% dari korban meninggal Louisiana terjadi di wilayah New Orleans, dimana sebagian besar penduduknya berkulit hitam.
Pejabat kesehatan mengatakan penduduk yang mengalami masalah berat badan, diabetes dan tekanan darah tinggi disana, jumlahnya lebih tinggi dari rata-rata nasional, sehingga mereka lebih rentan terhadap Covid-19.
Penyakit penyerta
Wali kota Chicago, Lightfoot mengatakan diabetes, penyakit jantung dan masalah pernapasan sangat banyak terjadi di masyarakat kulit hitam.
Dr Cameron Webb, seorang dokter kulit hitam yang mencalonkan diri menjadi anggota Kongres di negara bagian Virginia mengatakan kepada BBC bahwa disparitas ras dan ekonomi di AS semakin diperburuk wabah corona.
Alderman Jason Ervin dari kaukus kulit hitam Chicago mengatakan kepada Chicago Tribune bahwa tingkat ketidakpatuhan di sejumlah daerah kota terhadap perintah untuk tetap di rumah kemungkinan juga memengaruhi data statistik.