• Thu, 21 November 2024

Breaking News :

Teror Miliaran Semut di Banyumas, Begini Kisahnya

Untuk mengatasi teror miliaran semut, pemerintah setempat mengerahkan water cannon untuk menyemprot pestisida.

JEDA.ID-Teror miliaran semut di Banyumas bukanlah isapan jempol. Teror miliaran semut di Banyumas ini sudah terjadi sejak 2017.

Fenomena alam ini hingga sekarang, masih terjadi. Teror miliaran semut di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, ternyata belum berakhir. Padahal semut berjenis Tapinoma sessile atau lebih dikenal dengan nama semut bau tersebut disemprot pestisida hingga mengerahkan water cannon.

“Ya masih banyak, paling jumlah yang mati 5 persen setelah penyemprotan massal itu. Di pohon-pohon masih utuh masih seperti semula, masih bertelur, tidak ada pengurangan sedikit pun,” kata salah satu warga Desa Pageraji, Hidayat seperti dikutip dari detikcom, Sabtu (12/12/2020).

Vitamin C Bisa Selamatkan Nyawa Pasien Covid-19

Dia mengatakan bahwa warga selalu rutin melakukan penyemprotan sekitar tiga hari sekali menggunakan pestisida yang diberikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun jika setelah tiga hari tidak dilakukan penyemprotan, semut tersebut kembali muncul dan masuk ke rumah-rumah warga.

“Untuk di rumah-rumah setelah penyemprotan untuk satu dua hari aman, nanti datang lagi, kami semprot lagi. Ya untuk yang di rumah [aman] tapi untuk yang di kebun kebun masih utuh, masih seperti semula belum ada perubahan. Cuma yang di rumah-rumah setelah habis disemprot 2-3 hari aman. Tapi setelah 3 hari harus disemprot lagi kalau tidak nanti datang lagi nyerang terus,” jelasnya.

Biasanya, lanjutnya, warga datang ke BPBD Banyumas untuk mengambil dua jenis obat pembasmi serangga yang disatukan menjadi 6-10 paket. Tapi itu pun dianggapnya masih kurang cukup untuk menyemprot ke rumah warga yang terdampak teror semut hampir 40 rumah.

“Mungkin karena BPBD sibuk dengan COVID-19, sibuk dengan bencana-bencana yang lain, jadi mungkin akhirnya warga sendiri yang menangani. Cuma kita tetap dapat suplai obat (pestisida) dari BPBD, cuma belum berkurang secara signifikan,” ujarnya.

“Usul kita, BPBD menambah jumlah obatnya, kita kadang datang ke sana dikasih 6 sampai 10 paket, padahal banyak banget (semutnya). Kalau sekedar 6 atau 10 hanya cukup untuk beberapa rumah, ini hampir 3 mingguan dari penyemprotan massal itu, padahal prediksi bupati 1 bulan selesai,” lanjutnya.

Perhatikan Ini Saat Memilih Popok Bayi

Dia berharap jika wabah semut yang meneror warga RT 003 RW 003 Desa Pageraji segera selesai. Sehingga warga dapat beraktivitas seperti biasanya.

“Keinginannya ya wabah semut ini segera tuntas, setidaknya bisa dikendalikan tidak mengganggu warga, tidak mengganggu para petani, penderes,” ucapnya.

Warga menceritakan tim ahli sudah bolak-balik ke lokasi untuk mengatasi teror semut Tapinoma sessile itu namun belum membuahkan hasil.

Hidayat mengatakan tim dari Laboratorium Entomologi dan Parasitologi, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto terus melakukan upaya untuk dapat mengendalikan teror semut tersebut.

“Dari Unsoed sudah bolak-balik datang ke sini, bisa dibilang lebih dari lima kali, uji coba-uji coba terus, bawa sampel semutnya, bawa obat-obatnya, sama medianya baik itu gel, dan lain-lain, mungkin sampai delapan jenis (media umpan). Tapi kenyataannya belum berhasil, itu uji coba yang model dikasih umpan, tapi belum berhasil,” kata Hidayat kepada detikcom, Sabtu (5/12/2020).

Menurutnya, tim dari Unsoed itu juga bekerja sama dengan salah satu perusahaan pengendali hama untuk membuat umpan yang sudah diberikan obat pembasmi hama yang tidak bisa tercium oleh semut sekalipun. Namun hingga saat ini belum berhasil.

“Ada perusahaan yang kerja sama dengan Unsoed sudah menggunakan metode yang menggunakan media roti, menggunakan pakan ikan pelet, belatung, terus (membuat) 5 jenis gel, jadi ramuan obat yang sudah dibuat gel. Berati sudah sekitar 8 umpan yang sudah diuji coba di sini. Hasilnya masih nol, padahal umpannya dikasih langsung ke sarangnya,” jelasnya.

Hidayat mengungkapkan, saat uji coba itu, semut-semut sempat agresif. Namun setelah beberapa menit, pakan umpan itu langsung ditinggalkan begitu saja hingga berhari-hari. Berbeda saat umpan yang tidak diberikan obat pembasmi hama, langsung habis dimakan semut tersebut.

“Pas dikasih pakan roti itu agresif sebentar, beberapa menit berikutnya ditinggal pergi. Dikasih gel sama belatung ya sama, dicuekin utuh sampai beberapa hari masih utuh terus. Jadi kayak ngerti umpan makanan itu sudah dikasih obat, padahal itu obat pembasmi serangga, yang serangga sendiri tidak bisa mencium baunya. Jadi alternatif untuk kita saat ini ya penyemprotan,” tuturnya

Diketahui, teror semut di Desa Pageraji, Cilongok, Banyumas, bermula di tahun 2017. Saat itu warga melihat banyak semut berdatangan dari arah lokasi penggergajian kayu lalu merambati benda-benda di pekarangan warga. Tak terduga, semut-semut itu kini berubah menjadi teror yang meresahkan.

Munjiat, 50, seorang warga Desa Pageraji mengatakan, pada tahun 2017 itu dia melihat gerombolan semut mulai menyeberang ke rumah warga. Dirinya saat itu bahkan sempat menghalau semut-semut tersebut.

“Berawal dari tempat gergaji kayu, saya lihat dulu baris-barisnya semut itu, menyeberang ke arah utara, Tapi waktu itu saya tidak kepikiran mau sampai sebanyak ini. Ternyata lambat laun selama tiga tahun lebih, ternyata sudah mewabah hampir satu RT,” kata Munjiat saat ditemui di lokasi, Minggu (15/11/2020).

Keren! 2 Pengusaha Wanita Ini Berhasil Naik Peringkat di Daftar Orang Terkaya RI

Warga pun menuturkan, teror semut ini sampai membuat ular tak berkutik.

“Tidak ada semut lain, selain (semut) ini sekarang di sini. Rayap, gronteng, rang-rang kalah semuanya, ular pun di sini kalah. Ular pernah kelihatan di sini,” kata salah satu warga RT 3 RW 3 Desa Pageraji, Kharisma (29), kepada detikcom, Minggu (15/11/2020).

“Jadi pas lagi lewatin jalan ada ular lewat, padahal cuma ngelewatin gerombolan semut ini itu bisa ularnya muter-muter. Ternyata diserang semut ini, padahal ular lho. Sudah tiga tahun lebih ini [diteror semut],” sambungnya.

Kharisma menuturkan warga juga sudah berupaya melakukan penyemprotan dengan obat antiserangga. Namun, tidak juga mempan dan justru membuat semut makin bertambah dan mengganggu aktivitas warga.

“Kalau ada yang disemprot, nantinya itu kayak serbuan, tembok-tembok, lantai luar biasa banyaknya. Ya sudah sangat meresahkan sudah sangat mengganggu, ya menyerang, lagi tidur aja kena, jadi misal habis makan terus cuci tangannya kurang bersih, tidak harus makanan, ada bau-bau apa yang kira-kira menarik mereka itu pas tidur menyerang,” urainya.

Menurut warga lainnya, Munjiat karakter semut itu terbilang agresif. Saat menggigit tak hanya rasa gatal tapi juga pedih yang dirasakan warga.

“Mengganggunya itu nggigit sama di mata pedih, semutnya juga agresif, misalnya kita ganggu justru nyerang. Semutnya kalau musim kemarau itu lagi dingin jarang. Tapi kalau musim musim kayak gini, musim hujan keluar, terutama malam hari bisa lebih 10 sampai 20 kali lipat dari siang,” tutur Munjiat.

Sementara itu, Ketua RW 3, Desa Pageraji, Slamet Sunardi, mengatakan teror semut itu dilaporkan muncul di 30 rumah warganya. Semut itu juga dikabarkan muncul di Desa Langgongsari yang berbatasan dengan RW-nya.

“Bahkan malah sudah ada di Langgongsari itu wilayah desa sebelah sudah melampaui wilayah. Semutnya sama karena ada rambatan pohon ke sana,” ucapnya.

BPBD Banyumas dan polisi sudah turun tangan menangani teror semut yang meresahkan warga Desa Pageraji. Water cannon ikut dikerahkan untuk menangani teror semut itu.

“Upaya yang dilakukan, yang pertama pembakaran kayu-kayu yang sudah lama dan menjadi sumber semut, ribuan, jutaan bahkan miliaran semut. Selain dibakar, hari ini juga kita semprot (menggunakan water cannon) bekerja sama dengan Polresta Banyumas melakukan penyemprotan pakai pestisida,” kata Kepala Pelaksana BPBD Banyumas Titik Puji Astuti kepada wartawan, Minggu (15/11).

Titik menerangkan penanganan dilakukan dengan menyemprot pestisida ke rumah dan pohon warga. Dia juga mengerahkan water cannon untuk menyemprot lokasi gergajian kayu yang diduga menjadi tempat berkembang biak semut tersebut.

Para Ahli Turut Meneliti

Selain itu, para ahli juga turut meneliti jenis semut yang meneror Desa Pageraji tersebut.

“Setelah identifikasi di laboratorium, dugaan kami itu adalah jenis Tapinoma sessile atau lebih dikenal dengan nama ‘semut bau’. Karena dia memang setelah kami pencet pun ternyata memang ada bau, ini memang sebenarnya jenis yang biasa saja dan tidak seganas semut api,” kata Kepala Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Trisnowati Budi Ambarningrum, saat dihubungi detikcom, Rabu (18/11/2020).

Dia mengatakan jenis semut ini banyak bersarang di tanah dan hidup berkoloni dengan lebih dari satu ratu. Trisnowati mengatakan teror semut di Desa Pageraji diduga karena populasinya sudah cukup tinggi ditambah lingkungan sekitar yang mendukung perkembangbiakan semut-semut tersebut.

“Sebenarnya ini semut rumahan, cuma populasinya tinggi, karena memang lingkungannya di sana lembap banget, hawanya juga dingin, jadi dia suka,” jelasnya.

Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas terus menyuplai pestisida untuk pengendalian semut jenis Tapinoma sessile atau semut Bau tersebut.

“Masih dapat bantuan pestisida, kemarin terakhir, hari Jumat kemarin saya kirim lagi. Tapi sudah agak mendingan itu yang di musala juga sudah tidak ada, di pohon-pohon memang yang masih, tapi di sumbernya memang sudah kita habisi waktu itu ya,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Titik Puji Astuti saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/12/2020).

Titik mengatakan setelah penyemprotan massal pada sumber berkembang biak semut di sebuah pabrik gergajian kayu yang ada di desa tersebut, pihaknya juga melakukan penyemprotan secara maraton. Namun kemudian fokus BPBD terpecah karena banyaknya bencana yang terjadi di Kabupaten Banyumas, sehingga warga akhirnya berinisiatif untuk mengambil sendiri pestisida di BPBD.

“Setelah itu kita maraton, setelah penyemprotan awal, kita berturut-turut berapa hari disemprot. Kemudian setelah itu kita banyak banget bencana, akhirnya warga ya udah kasihan ke BPBD, jadi minta pestisidanya saja. Sehingga beberapa kali sudah kita kirim, cuma saya belum ngecek lagi, kayaknya sudah tidak ada keluhan, kalau ada keluhan biasanya hubungi saya,” jelasnya.

Saat disinggung terkait masih adanya semut-semut di sekitar rumah warga yang hanya berselang sekitar tiga hari setelah penyemprotan, Titik mengatakan akan mencari kembali sumber atau sarang semut tersebut untuk dilakukan penyemprotan kembali.

“Berati sumbernya ya, nanti kalau kami sudah agak longgar, sumbernya kami semprot lagi saja. Nanti sumbernya kita cari lagi, pemberian pestisida masih terus berjalan,” ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga akan menambah jumlah pestisida yang akan disuplai ke warga. Jika jumlah selama ini sebanyak 6-10 paket masih dirasa kurang.

“Kalau memang masih kurang, kepala desa membuat surat permohonan tertulis saja ke BPBD,” imbuhnya.

Teror miliaran semut yang menghantui warga Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, turut berdampak terhadap para penderes tak bisa mengambil air nira.

“Kemudian dari para penderes itu, sudah tidak bisa bekerja, karena semua pohon kelapa itu semutnya mungkin sampai ribuan bahkan miliaran, sehingga untuk para penderes sudah tidak bisa mengambil air nira dan penghasilan mereka terganggu,” jela Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Titik Puji Astuti kepada wartawan di kantornya, Senin (16/11/2020).

Sejumlah Langkah Telah Diambil

Titik mengungkap sejumlah langkah telah diambil di antaranya penyemprotan pestisida hingga Water Cannon. Namun dia menjelaskan perburuan semut itu tak akan rampung dalam waktu sehari atau dua hari.

“Kita sudah berkomitmen dengan warga, kalau untuk lingkungan seperti pohon-pohon dan sekitar rumah, BPBD yang nyemprot. Tapi untuk di dalam rumah sendiri, mereka nyemprot secara mandiri. Karena dalam rumah itu ada anak-anak, ada ibu-ibu, itu untuk di dalam rumah menggunakan sabun atau cuka. Tapi untuk yang di luar pakai pestisida,” tuturnya.

Menurutnya, keluhan terkait soal semut di wilayahnya sudah ada sejak tahun 2017. Namun jumlah semut semakin banyak pada akhir-akhir ini. Dia melanjutkan teror semut ini merupakan tanggung jawab dari Pemkab Banyumas.

“Berkelanjutan sampai habis, jadi kita dari pemerintah daerah bertanggungjawab, pak Bupati juga sudah berkomitmen untuk menyelesaikan sampai semut-semut itu hilang,” kata Titik.
Sebelumnya, Bupati Banyumas Achmad Husein yang telah datang ke lokasi mengatakan teror semut ini sebenarnya sudah cukup lama terjadi. Sehingga semut yang berkembang biak di Desa Pageraji sudah cukup banyak.

“Harus selesai, karena ini kan problem yang sudah lama dan ini sudah sangat banyak, miliaran semut itu dan ini dalam satu kompleks, satu RT. Jadi kita buat kotak-kotak selesaikan, kotak-kotak selesaikan dan seluruhnya,” terang Husein, kemarin.

“Ini sudah sangat mengganggu, lebih dari penyerangan, tapi dalam lingkup satu RT, minimal satu bulan baru bisa selesai karena ini sangat banyak, kita tidak akan tinggalkan sebelum ini selesai,” ucapnya.

Water cannon pun dikerahkan untuk menyemprot lokasi yang diduga sarang semut tersebut. Water cannon itu dimanfaatkan untuk menyemprotkan 6 ribu liter pestisida ke lokasi penggergajian kayu di Desa Pageraji.

“Upaya yang dilakukan, yang pertama pembakaran kayu-kayu yang sudah lama dan menjadi sumber semut, ribuan, jutaan bahkan miliaran semut. Selain dibakar, hari ini juga kita semprot (menggunakan water cannon) bekerja sama dengan Polresta Banyumas melakukan penyemprotan pakai pestisida,” kata Kepala Pelaksana BPBD Banyumas Titik Puji Astuti.

Titik menerangkan penanganan dilakukan dengan menyemprot pestisida ke rumah dan pohon warga. Dia juga mengerahkan water cannon untuk menyemprot lokasi gergajian kayu yang diduga menjadi tempat berkembang biak semut tersebut.

“Karena ini kayu-kayunya dari Lampung, kemungkinan (semutnya terbawa) kayu-kayu dari Lampung itu awalnya,” jelas Titik.

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.