Setelah menggulirkan ambulans motor, Nani bergerak ke inovasi lainnya yaitu Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pelayanan Korban Kekerasan Seksual Terhadap Anak.
JEDA.ID–Tragedi kemacetan parah yang menelan korban jiwa di pintu tol Brebes Timur atau kerap dikenal dengan sebutan Brexit pada 2016 tidak pernah dilupakan Nani Yulia. Tiga hari dua malam kemacetan hebat melanda hingga akhirnya muncul ide ambulans motor agar tragedi Brexit tidak kembali terulang.
”Pada saat itu [tragedi Brexit], kita tenaga kesehatan merasa tidak dapat melakukan apa-apa. Sebab macet sangat panjang dan banyak masyarakat yang jatuh sakit hingga meninggal dunia. Di situlah saya merasa tersentuh dan harus bisa menciptakan ambulans yang bisa menembus kemacetan,” jelas Nani Yulia yang saat ini menjabat sebagai Kepala Urusan Dokter dan Kesehatan Polres Brebes.
Ambulans motor yang digagas pada 2017 ini menjadi armada bantuan medis yang praktis dan dapat menembus kemacetan panjang. Ambulans motor bisa dimanfaatkan di jalur pantura maupul ruas tol.
Di Balik Kecelakaan di Tol Cipali yang Kerap Terjadi Dini Hari
Tujuan utama ambulans motor adalah untuk meningkatkan kecepatan pelayanan dan penanganan terhadap korban yang memerlukan pertolongan pertama ketika mobil ambulans biasa tidak bisa menjangkau lokasi kejadian.
”Untuk penanganan pasien darurat dalam kondisi jalan macet, petugas ambulans motor akan memberikan pertolongan lanjutan dengan menghubungi posko terpadu untuk mengevakuasi pasien dan dilarikan ke rumah sakit terdekat,” lanjut dia sebagaimana dilansir dari laman jpp.go.id, Rabu (8/1/2020).
Kisah Nani Yulia dengan ambulans motornya ini menjadikan dia meraih Top 3 PNS Inspiratif dalam ajang Anugerah ASN 2019 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
Setelah menggulirkan ambulans motor, Nani bergerak ke inovasi lainnya yaitu Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pelayanan Korban Kekerasan Seksual Terhadap Anak.
Klinik Ramah Anak
Klinik ini ditujukan untuk meningkatkan kecepatan pelayanan kesehatan dan penanganan terhadap korban kekerasan seksual pada anak secara komprehensif.
”Ketika mendengar bahwa banyak wanita dan anak yang mengalami kekerasan, baik fisik, psikis, dan seksual, hati saya tersentuh. Saya harus melindungi mereka,” kata dia.
Di klinik ini, pasien akan mendapatkan bantuan medis, medicolegal, serta pendampingan dalam penanganan kekerasan seksual terhadap anak. Kedua inovasi tersebut kemudian dikembangkan lagi oleh Nani.
UPT Pelayanan Korban Kekerasan Seksual Terhadap Anak dikembangkan menjadi Klinik Ramah Anak dengan menampilkan suasana yang ceria yang dikondisikan seperti tempat bermain anak dan dilengkapi dengan ruang kreativitas anak.
Sedangkan ambulans motor dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa menjadi ambulans ramah anak yang digunakan untuk antar-jemput anak yang menjadi korban kekerasan seksual agar anak-anak tersebut merasa aman dan nyaman.
Kerja keras Nani yang telah mengabdi di dunia kesehatan sejak 1995 ini tentunya bukan tanpa prestasi. Sebelumnya, pada 2019 pula, ia telah meraih penghargaan dari Komisi Nasional Perlindungan Anak Provinsi Jawa Tengah.
Kemudian dia mendapatkan penghargaan Terbaik III sebagai PNS Polri Bertalenta, Beprestasi, dan Berinovasi pada Polda Jateng dari Asisten Kapolri bidang SDM.
Cerita Ibunda Bahlil Lahadalia, Tukang Cuci yang Anaknya Menatap Kursi Menteri
Berkat ketulusannya dalam mengabdi, banyak pasien yang merasa dekat dengan Nani. Salah satunya Suciyati, seorang pasien disabilitas dan gangguan mental. Ia bercerita bahwa Nani itu sangat tulus dan memberikan kasih sayang sepenuhnya bagi para pasien.
”Ia benar-benar memegang amanatnya. Dokter Nani adalah matahari dalam hidup saya,” tuturnya.
Pasien lainnya, Lindawati, yang merupakan korban KDRT mengibaratkan Nani sebagai malaikat, karena bukan saja peduli dengan dirinya, namun juga anak-anaknya.
”Setiap hari sampai sekarang, enggak pernah bosen ngasih semangat sama saya. Dia bukan hanya membantu saya, tapi juga anak-anak saya. Dia enggak mau melihat anak-anak saya sampai putus sekolah,” ungkapnya.