Per 30 September lalu, total kewajiban Thai mencapai 338,9 miliar baht dengan total aset 298,9 miliar baht.
JEDA.ID-Maskapai Thai Airways sudah mengajukan kebangkrutan. Maskapai Thai Airways pun sudah menyiapkan beberapa rencana restrukturisasi kepada pengadilan kepailitan Thailand.
Mengutip Asia One, Selasa (9/2/2021) beberapa langkah untuk mengurangi biaya antara lain melakukan grounding tiga jenis pesawat dalam armada yang dimilikinya yakni Airbus A-330-300, Airbus 380 dan Boeing 747.
Maskapai Thai Airways juga berencana untuk menurunkan jumlah pilot menjadi 905 orang saja. Jadi untuk melakukan hal itu Thai Airways akan memberhentikan 395 pilotnya. Mereka juga tidak berencana untuk mempekerjakan lebih banyak pilot antara tahun 2021 dan 2022.
Maskapai ini juga meminta lessor pesawat, produsen mesin dan perusahaan jasa untuk mengurangi biaya mereka untuk meringankan beban Thai yang menumpuk. Per 30 September lalu, total kewajiban Thai mencapai 338,9 miliar baht dengan total aset 298,9 miliar baht.
Baca Juga: 8 Arti Mimpi Buang Air Besar, Bisa Jadi Pertanda Baik dan Buruk
Sementara itu mengutip Bangkok Post dan detikcom, Selasa (9/2/2021), pengadilan sudah meminta Thai Airways untuk menyerahkan rencana restrukturisasi ke Pengadilan Kepailitan Sentral pada batas waktu 2 Maret.
Thai Airways sendiri sudah kehilangan statusnya sebagai badan usaha milik negara ketika Kementerian Keuangan Thailand mengurangi kepemilikannya di maskapai tersebut hingga di bawah 50%. Maskapai tersebut akhirnya mencari bantuan setelah mengeluarkan uang selama bertahun-tahun.
Pengadilan Kepailitan Sentral Thailand menyetujui rencana pemulihan tahun lalu setelah pandemi virus Corona menghentikan sebagian besar armadanya.
Maskapai kebanggaan Thailand itu mengalami kondisi yang berat akibat pandemi Corona. Bahkan mereka sudah membuka usaha berjualan di luar jual tiket pesawat.
Sebelumnya, untuk bertahan selama pandemi Covid-19, Thai Airways melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah membuka restoran di kabin pesawat. Mereka mengajak pelanggan untuk tetap mencicipi makanan pesawat di dalam pesawat kendati tak terbang.
Selain itu, Thai Airways turun ke jalan. Mereka menjual sejenis gorengan seperti cakwe bernama pa tong-go, dengan custard ungu kukus seharga 50 baht atau sekitar Rp23.000. Hasilnya, cukup menjanjikan. Lapak cakwe Thai Airways diminati warga. Ratusan pembeli mengantre dari jam 04.00 untuk menikmati camilan sarapan itu.
“Camilan itu sangat populer dan orang rela antre setiap pagi di 5 outlet di Bangkok,” ujar pejabat Presiden Thai Airways, Chansin Treenuchagron, seperti dikutip dari Bangkok Post, Minggu (11/10/2020).
Thai Airways mengklaim memperoleh 400.000 baht atau sekitar Rp189,5 juta per hari atau 10 juta baht atau sekitar Rp4,7 miliar dari kios-kios cakwe itu dalam sebulan. Dengan pendapatan yang menjanjikan itu, Thai Airways berencana membuka waralaba.
Treenuchagorn mengatakan perusahaan berusaha meningkatkan bisnis katering untuk mendapatkan penghasilan tambahan dan menyelamatkan diri dari pandemi Covid-19.
Baca Juga: Waspada, Ini Kelompok Usia Penyebar Virus Corona Terbanyak
“Adonan goreng sangat populer, kami dapat mengembangkan bisnis melalui waralaba dan menjangkau lebih banyak pelanggan di seluruh negeri,” begitulah keterangan maskapai Thai Airways.
Sampai saat ini, Thai Airways memiliki lima gerai pa tong-go atau cakwe yang tersebar di seluruh Bangkok. Gerai-gerai itu tersebar di toko roti Puff & Pie di pasar Or Tor Kor, di kantor pusatnya di distrik Chatuchak, gedung Rak Khun Tao Fa, gedung THAI Catering di distrik Don Muang, serta kantor cabang THAI Airways di Silom.
Keuangan Thai Airways memang sedang morat-marit. Bahkan, pada Mei 2020, maskapai yang bermarkas di negeri gajah putih itu dinyatakan bangkrut. Tapi, kemudian bisa melepas status tersebut setelah pengadilan menyetujui rencana rehabilitasi utang.
Sejak bulan April, Thai Airways telah menghentikan operasional secara menyeluruh. Itu setelah Thailand menutup gerbang secara total untuk memutus rantai persebaran virus Corona mulai 22 Maret 2020.
Selain berjualan makanan, maskapai ini juga menjual paket pengalaman menjadi pramugari. Dikutip dari Malay Mail, Thai Airways mengajak masyarakat untuk merasakan menjadi pramugari dalam satu hari. Maskapai yang mengajukan perlindungan kebangkrutan pada bulan Mei ini mengeluarkan program ‘Jadilah Tamu Kami, Jadilah Kru Kami’.
Baca Juga: Mengenal TB Usus, Infeksi yang Diidap Ustadz Maaher Sebelum Meninggal
Wisatawan yang turut serta dalam program baru ini akan mengikuti akademi pelatihan penerbangan Thailand. Maskapai mengajak orang-orang menjadi pramugari Thai Airways dengan membayar 2.900 baht atau senilai Rp 1,3 juta.
Kursus kilat dilakukan selama empat jam. Peserta akan dilatih menyambut penumpang di pesawat, melakukan demonstrasi keselamatan, menyajikan makanan, dan menjaga etika dan postur tubuh secara benar.
Menariknya, peserta bisa benar-benar bergaya seperti pramugari. Mulai dari menata rambut, berhias sampai mengenakan seragam resmi Thai Airways yang diakhiri dengan pemotretan. Tak hanya pelatihan untuk pramugari, namun Thai Airways juga menawarkan kursus simulator pelatihan pilot selama empat hari. Ada juga kursus pelatihan simulator darurat satu setengah hari, serta belajar memasak seharian di dapur dengan koki Thai Airways.
Pandemi Covid-19 memang sangat terasa pengaruhnya terhadap dunia penerbangan. Banyak maskapai penerbangan harus putar otak untuk menghasilkan pendapatan. Industri pariwisata dan penerbangan terus terhantam hingga kini.
Maskapai penerbangan Qantas Airways menawarkan perjalanan tujuh jam kelilingi Australia, lalu mendarat di landasan yang sama. Tiketnya pun ludes dalam waktu 10 menit. Sebelumnya, penerbangan semacam ini pun dilakukan oleh maskapai asal Taiwan, EVA Air.