Kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID) sering dianggap fenomena gaib. Padahal, kondisi ini dapat dijelaskan secara ilmiah
JEDA.ID– Kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID) sering dianggap fenomena gaib. Padahal, kondisi ini dapat dijelaskan secara ilmiah. Pasien yang mengidap DID umumnya punya pengalaman kelam di masa lalu.
Pengalaman kelam itu bisa dari pelecehan seksual dan kekerasan fiksik hingga siksaan secara verbal. Adegan traumatik di masa lalu ini sangat membekas hingga pengidap DID membelah kepribadiannya menjadi beberapa bagian.
Umumnya, orang yang memiliki kepribadian ganda akan dikuasai oleh alter ego-nya ketika berada dalam tekanan. Saat tubuh telah ‘diambil alih’, kepribadian asli akan tertidur tanpa mengingat kejadian seperti apa yang sedang berlangsung. Berikut ini beberapa kisah kepribadian ganda yang kasusnya cukup menarik perhatian seperti dilansir dari Bisnis.com, Jumat (6/3/2020).
1. Anastasia Wella
Wanita asal Indonesia, Anastasia Wella memiliki 9 kepribadian dengan nama dan karakter yang saling berbeda-beda.
Naura adalah karakter temperamen, Paula si ahli berhitung, Saraswati sang model dan penari, karakter anak kecil pada Atin, dan Andres si pria yang melakukan kekerasan.
Tak hanya itu, ada pula karakter milenial pada sosok Ravelin, pandai menulis sastra dalam Ayu, hingga Bilqis yang pintar baca Al Quran. Wella menyebut kepribadiannya yang lain akan muncul saat dirinya tengah menghadapi masalah, merasa terancam, atau berada dalam pilihan yang sulit.
Panik, migrain, dan rasa cemas, adalah pertanda akan ada yang hadir menguasai dirinya secara tak terduga. Wella mengaku mengalami trauma dahsyat akibat perlakuan kasar dari orang tuanya. Tak hanya itu, dirinya juga merasa tertekan dengan lingkungan sekolah. Wella kerap dikucilkan, dibully, hingga merasa minder dan kesepian. Saat ini Wella tengah berusaha untuk mengontrol alter ego-nya.
Penting untuk Jomblo, Simak Perbedaaan Pria dan Wanita dalam Memilih Pasangan
2. Melanie Goodwin
Melanie Goodwin adalah wanita Inggris yang hingga usai 40 tahun tak memiliki ingatan tentang dirinya sebelum umur 16 tahun. Sebuah tragedi dalam keluarga menjadi penyebab atas perubahan psikologi yang dahsyat pada dirinya. Tiba-tiba saja, Melanie sadar ternyata ada banyak identitas dalam dirinya. Pada satu waktu dia mengatakan suka kopi, lalu di waktu lain dia bilang tak pernah menyukainya.
Kepribadian ganda yang dimiliki Melanie berbeda-beda berdasarkan rentang umur, mulai dari 3 tahun, 16 tahun, hingga yang dewasa. Tercatat ada 9 kepribadian yang berbeda pada tubuh Melanie. Namun yang menyatukan masing-masing dari mereka adalah upaya untuk mendapat kehidupan yang bebas dari pelecehan seksual.
3. Billy Milligan
Sudah pernah menyaksikan film Split garapan M. Night Shyamalan? Salah satu karakter utama dalam film tersebut, Kevin Wendel Crumb, ternyata terinspirasi dari kisah hidup seorang pasien DID bernama Billy Milligan. Billy sempat menghebohkan publik Amerika Serikat (AS) pad medio 1970-an atas sejumlah aksi kriminalitasnya.
Atas ulahnya, Dia didakwa hukuman kurungan penjara. Namun, Billy mengaku aksi pencurian, penyerangan hingga pemerkosaan itu dilakukan oleh sosok wanita lesbian yang bersemayam pada dirinya. Setelah dilakukan serangkaian tes, ternyata ada temuan yang lebih mengejutkan. Billy diketahui memiliki 24 alter ego. Pihak berwajib AS lantas membebaskan Billy dari tuntutan hukum dan kemudian dirujuk ke rumah sakit jiwa.
4. Truddi Chase
Kisah Truddi Chase cukup unik jika dibandingkan dengan penderita DID lainnya. Menurut Truddi, sejumlah alter ego-nya adalah gerombolan pasukan dan tak menginginkan mereka melebur dalam satu kepribadian.
Tak tanggung-tanggung, ada 92 kepribadian dalam diri Truddi. Kepribadian termuda yakni Lamb Chop, gadis berusia 5 tahun, dan Ean si sosok penyair sekaligus filsuf Irlandia yang berusia seribu tahun. Truddi mengaku pemicu DID yang dimilikinya akbiat menerima pelecehan seksual dan fisik dari ayah tirinya. Selain itu, dia juga menerima pelecehan emosional yang diberikan ibunya.
Mendeteksi Asteroid-Asteriod yang Mendekati Bumi, Apa Dampaknya?
5. BT
Tim peneliti dari Ludwig Maximilian University menunjukkan sebuah kasus unik yang mereka temukan pada seorang wanita pengidap DID. Penemuan mengejutkan ini bermula kala pasien berinisial BT tersebut didiagnosis cortical blindness. Namun saat ditelusuri lebih jauh, tak ditemukan kerusakan fisik pada kedua matanya.
Dokter yang menangani kasus BT lantas berhipotesa gangguan penglihatan itu dipicu oleh kerusakan pada otak. Ternyata BT pernah terlibat dalam insiden kecelakaan ketika berusia 20 tahun. Setelah 13 tahun kecelakaan tersebut, BT dirujuk ke seorang psikoterapis. Dari sini ditemukan fakta dia punya kepribadian ganda. Tercatat ada 10 alter ego yang saling berebut untuk berkuasa.
Awalnya memang belum dapat ditemukan korelasi antara kebutaan dan kepribadian ganda yang dimiliki BT. Memasuki tahun ke-4 pengobatan, BT mengaku dapat melihat simbol berupa kata di sebuah sampul majalah. Rupanya, saat itu kepribadian yang tengah muncul adalah seorang remaja laki-laki. Usai menjalani terapi beberapa waktu, 8 dari 10 kepribadian BT sudah mampu melihat.
Berbeda dengan Bipolar
Gangguan disosiatif ini kerap disamakan dengan bipolar. Memang, kedua gangguan ini memiliki ciri dan gejala yang hampir sama. Gangguan bipolar akan menyebabkan perubahan mood, energi, dan aktivitas yang tidak biasa. Gangguan ini juga disebut dengan manic-depressive illness, di mana penderitanya akan mengalami dua fase yaitu manic dan depresif.
Fase manic terjadi ketika penderita merasa memiliki banyak energi, bersemangat, dan lebih aktif dari biasanya hingga menyebabkan kesulitan tidur. Sementara fase depresif adalah kebalikan dari fase manik. Kedua fase ini sangat berbeda dan perbedaan antara keduanya cenderung intens dan drastis.
Perbedaan antara gangguan bipolar dan gangguan identitas disosiatif yang utama adalah penyebabnya. Pada gangguan identitas disosiatif, faktor utamanya yakni trauma di masa lampau. Sedangkan bipolar disebabkan karena struktur otak, genetik, dan keturunan.
Perubahan antara satu kepribadian dan kepribadian lain dalam gangguan identitas disosiatif lebih sering dipicu oleh stres psikososial, sementara pada gangguan bipolar ada pola yang lebih jelas. Misalnya fase manik terjadi selama satu pekan diikuti dengan fase depresif selama 2 pekan.
Lantas apa gejala-gejala seseorang memiliki kepribadian ganda?
1. Memiliki Alter Ego
Individu dengan kepribadian ganda memiliki dua atau lebih kepribadian yang bertolak belakang. Penderita kepribadian ganda ini cenderung mudah depresi, seperti sedih, murung, dan mudah merasa bersalah.
Namun saat kepribadiannya yang lain mengambil alih, penderita menampilkan kepribadian yang sangat bertolak belakang dari kepribadian aslinya. Dalam istilah psikologi, kepribadian lain tersebut dinamai alter ego.
Umumnya, alter ego muncul akibat dipicu stres karena kondisi sosial. Saat alter ego mengambil alih kesadarannya, penderita seolah memiliki riwayat dan identitas diri yang sangat berbeda dengan identitas aslinya, baik nama, usia, jenis kelamin, wawasan, dan suasana hati.
2. Cara Pandang Berbeda
Penderita akan mengalami perubahan cara pandang tentang diri sendiri dan lingkungannya. Seseorang dengan kepribadian ganda bisa melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh kepribadiannya yang normal. Tanpa sadar, saat alter ego-nya muncul mereka bisa melakukan tindakan yang membahayakan dirinya bahkan orang lain.
3. Amnesia
Individu dengan kepribadian ganda seringkali tidak ingat pada peristiwa tertentu di masa kecil dan saat beranjak dewasa, terutama pada kejadian yang membuatnya trauma. Penderita juga bisa lupa pada kejadian yang baru saja berlangsung, juga tidak bisa mengingat informasi penting serta lupa pada kemampuan yang mereka miliki. Amnesia yang dialami penderita terjadi sementara dan tidak konsisten tergantung pada kepribadian tertentu yang sedang aktif.
4. Gejala Lain
Penderita kepribadian ganda juga mengalami kesulitan dalam beraktivitas, pekerjaan, dan lingkungan akibat gangguan kepribadian yang dialami.
Penderita kepribadian ganda kadang juga mengalami gejala penyakit fisik, seperti sakit kepala berat, seperti gangguan makan, depresi, insomnia, mimpi buruk, atau tidur sambil berjalan.
Terapi untuk Penderita Gangguan Identitas Disosiatif
Treatment untuk penderita gangguan identitas disosiatif dapat berlangsung hingga bertahun-tahun. Beberapa jenis terapi yang disarankan bagi penderita gangguan identitas disosiatif yaitu:
1. Psikoterapi
Psikoterapi membantu penderita menghadapi trauma yang memicu munculnya kepribadian lain. Tujuan utama dari terapi adalah ‘menyatukan’ beberapa kepribadian yang ada sehingga menjadi satu kepribadian yang utuh. Tahapan yang dilakukan biasanya mempelajari kepribadian apa saja yang muncul, mengatasi trauma, dan menyatukan beberapa kepribadian yang ada menjadi satu. Pada orang dewasa, psikoterapi dapat berlangsung selama 5-7 tahun.
2. Terapi Keluarga
Terapi ini dilakukan untuk memberi penjelasan lebih kepada keluarga terkait gangguan identitas disosiatif. Menginformasikan keluarga, perubahan apa saja yang akan terjadi dan mengamati tanda-tanda atau gejala perubahan kepribadian.
3. Pengobatan
Meskipun tidak ada obat khusus yang dapat menyembuhkan gangguan identitas disosiatif, tetapi gejala-gejala yang muncul seperti kecemasan berlebih dan depresi dapat diatasi dengan antidepresan. (Bunga Oktavia)