Mutasi corona dari cerpelai ini sebelumnya dilaporkan muncul di enam negara.. Lalu seberapa berbahaya mutasi corona dari cerpelai ini?
JEDA.ID-Munculnya mutasi corona dari cerpelai memicu kekhawatiran akan bahayanya. Namun sebenarnya seberapa berbahaya mutasi corona dari cerpelai ini?
Mutasi corona dari cerpelai ini sebelumnya dilaporkan muncul di enam negara. Tips kesehatan kali ini membahas dampak mutasi corona dari cerpelai. Apakah dampak mutasi corona dari cerpelai? Salah satunya bahaya dari kemanjuran vaksin Covid-19 di masa mendatang.
Mutasi yang dikenal sebagai ‘Cluster 5’ ini sempat disebut memiliki sensitivitas yang kurang terhadap antibodi, sehingga bisa mempengaruhi vaksin. Meski begitu, kini seorang ilmuwan terkemuka di Institut Serum Negara Denmark (SSI) yaitu Andreas Fomsgaard melakukan pengujian awal.
Benarkah berisiko berpengaruh terhadap efektivitas vaksin?
Hasil awal penelitian menunjukkan vaksin potensial yang dikembangkan di Denmark mampu melawan mutasi Corona dari cerpelai. Hal ini berdasarkan percobaan dengan kelinci.
Kenali Tanda-tanda Kematian Sudah Dekat
“Apakah ini juga berlaku untuk vaksin lain dan apakah itu berlaku untuk antibodi manusia, kami tidak tahu,” jelas Fomsgaard yang dikutip dari Al Jazeera, Jumat (13/11/2020).
Sebenarnya, seberapa bahayanya mutasi virus Corona dari cerpelai ini?
Menurut Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio, sampai saat ini kemungkinan mutasi virus dari cerpelai ini bisa mempengaruhi efektivitas vaksin Corona tergantung pada kondisi mutasi tersebut.
“Tapi tergantung mutasi itu apakah dia mempengaruhi bagian dari virus itu, yang biasanya adalah protein spike. Apakah mutasi itu mempengaruhi daerah yang menjadi target vaksin tersebut,” ujar Amin seperti dikutip dari detikcom, Kamis (12/11/2020).
Amin menegaskan, jika selama mutasi virus corona itu tidak mempengaruhi bagian reseptor virus (RBD), tidak akan memberikan pengaruh pada kinerja vaksin nantinya.
“Selama mutasi itu tidak mempengaruhi yang namanya rbd atau Receptor Binding Domain [bagian reseptor virus], maka biasanya tidak akan mempengaruhi kinerja vaksin,” jelasnya.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan ada enam negara yang telah melaporkan kasus virus Corona baru yang berkaitan dengan peternakan cerpelai pada Jumat (6/11/2020). Enam negara tersebut yaitu Denmark, Amerika Serikat, Italia, Belanda, Spanyol, dan Swedia.
Di Denmark sudah melakukan tindakan ketat di bagian utara negara tersebut untuk memperingatkan bahwa mutasi virus bisa melompat dari cerpelai ke manusia, dan menginfeksi 12 orang.
Yuk! Kenali Tanda-Tanda Nomor WhatsApp Diblokir
Di Kopenhagen, pemerintah setempat telah memperingatkan bahwa mutasi tersebut bisa saja mengancam keefektifan vaksin dalam menangani virus corona baru. Bahkan mereka memerintahkan untuk membantai semua cerpelai di negara tersebut yang jumlahnya mencapai 15 juta-17 juta ekor
Untuk di Inggris, mereka melarang masuk orang asing non-residen yang datang dari Denmark. Hal ini dilakukan setelah adanya mutasi yang berkaitan dengan peternakan cerpelai yang ditemukan pada manusia.
“Keputusan untuk bertindak ini menyusul adanya berita dari otoritas kesehatan nasional Denmark, yang melaporkan wabah virus corona yang meluas di peternakan cerpelai,” kata Menteri Transportasi Inggris, Grant Shapps, melalui Twitter, yang dikutip dari The Straits Time, Senin (9/11/2020).
Sementara itu, para ilmuwan mengatakan mutasi virus adalah hal biasa dan seringkali tidak berbahaya. Untuk yang satu ini, tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah pada manusia.
Namun, otoritas kesehatan Denmark mengatakan bahwa keprihatinannya bahwa strain yang dikenal dengan ‘Cluster 5’ ini tidak bisa dihambat oleh antibodi. Tetapi, mereka khawatir bahwa strain ini bisa mengancam keefektifan vaksin yang tengah dikembangkan di seluruh dunia.
“Pengamatan awal menunjukkan bahwa gambaran klinis tingkat keparahan dan penularan di antara yang terinfeksi serupa dengan virus SARS-CoV-2 yang beredar,” tulis pernyataan WHO.
Awas! Telat Makan Sebabkan Batu Empedu dan Gula Darah Naik
“Namun, varian cluster 5 ini memiliki kombinasi mutasi atau perubahan yang belum pernah diamati sebelumnya. Implikasi dari perubahan yang teridentifikasi pada varian ini belum dipahami dengan baik,” lanjutnya
Selain WHO, Badan PBB mengatakan pada temuan awal menunjukkan varian terkait cerpelai ini sudah ‘cukup’ menurunkan sensitivitas terhadap antibodi penawar.
“Meskipun virus itu diyakini leluhur terkait dengan kelelawar, asal-usulnya dan inang perantara SARS-CoV-2 belum teridentifikasi,” jelas WHO.
Sebelumnya, pada Juni, Denmark melaporkan kasus pertama virus corona di sebuah peternakan cerpelai di wilayah barat laut negara. Berawal dari tiga peternakan, korban terkait cerpelai ini sudah mencapai 214 kasus.
Apa saja gejala yang muncul saat terinfeksi strain virus corona dari cerpelai?
Menurut Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke belum ada tanda saat seseorang terinfeksi mutasi virus Corona baru ini bisa mengalami gejala COVID-19 yang lebih serius.
Namun, menurut penelitian Bioveterinary Wageningen saat seseorang terinfeksi akan mengeluh gejala gastrointestinal dan masalah pernapasan.
“Tingkat kematian di peternakan yang terkena dampak juga lebih tinggi dari biasanya,” lanjut penelitian tersebut yang dikutip dari Daily Star, Selasa (10/11/2020).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan di pengamatan awal, presentasi klinis, tingkat keparahan, dan penularan, gejala yang muncul sama dengan virus corona yang lain. Gejala yang muncul meliputi demam tinggi, batuk yang terus menerus, dan hilangnya indra perasa dan penciuman.
Tetapi, varian mutasi virus corona yang disebut ‘cluster 5’ ini tampaknya memiliki sensitivitas yang rendah terhadap antibodi pelindung. Ini membuatnya lebih kebal, sehingga membuat banyak ahli khawatir bisa mempengaruhi efektivitas vaksin.
Virus corona dari cerpelai ini sebagian besar ditularkan antar manusia melalui droplet dan kontak dekat. Bahkan WHO mengatakan adanya contoh penularan antara hewan dan manusia.