Butuh waktu bagi tubuh Anda untuk membangun perlindungan setelah vaksinasi apa pun.
JEDA.ID-Indonesia akan memulai program vaksinasi virus corona (Covid-19) pada Rabu (13/1/2021). Program vaksinasi ini untuk memutus pandemi virus corona.
Untuk memulai program vaksinasi ini, orang yang paling pertama disuntik vaksin virus corona (Covid-19) adalah Presiden Jokowi. Suntikan kepada kepala negara untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat Indonesia sekaligus menjadi tanda vaksinasi dimulai.
Setelah presiden, maka kelompok yang mendapatkan vaksin virus corona adalah tenaga kesehatan. Suntikan vaksin akan dilakukan sebanyak dua kali, dengan rentang waktu sekitar 2- 3 minggu.
Mengejutkan, Ini Fakta Unik Semut yang Jarang Diketahui
Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa surelawan vaksin virus corona, ada beberapa efek samping yang dirasakan oleh para sukarelawan seperti dikutip dari Bisnis.com, Selasa (12/1/2021).
1. Mengantuk
2. Lemas, merasa capai, tetapi hanya bersifat sementara saja usai divaksin.
3. Hingga merasa cepat lapar.
Efek samping tersebut akan hilang dalam beberapa saat, sehingga orang-orang yang divaksin bisa kembali melakukan rutinitas sehari-hari.
Penting diketahui, bahwa suntikan vaksin virus corona dilakukan sebanyak 2 kali, agar vaksin bisa berfungsi dengan efektif. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada suntikan kedua, hampir mirip dengan efek samping yang muncul saat suntikan kedua.
Mengutip dari situs resmi CDC, Selasa (12/1/2021), butuh waktu bagi tubuh Anda untuk membangun perlindungan setelah vaksinasi apa pun. Vaksin virus corona (Covid-19) yang membutuhkan 2 suntikan mungkin tidak melindungi Anda sampai satu pekan atau dua pekan setelah suntikan kedua.
Setelah mendapatkan vaksin virus Corona, maka penting bagi semua orang untuk terus menggunakan selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.
Begini Cara Kerja Black Box Ungkap Penyebab Kecelakaan Pesawat
Vaksin bertujuan untuk menghentikan pandemi virus corona, tetapi ingat selalu untuk menghindari keramaian dan sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun, atau menggunakan hand sanitizer.
Vaksinasi dilakukan setelah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin buatan Sinovac dengan efikasi 65,3 persen
Tingkat efikasi atau kemanjuran dari sebuah vaksin juga sering menjadi pembicaraan selaras dengan berdekatannya Indonesia melakukan vaksinasi massal. Tingkat efikasi vaksin Covid-19 memiliki perbedaan di setiap negara tergantung dengan standar prosedur dalam mendiagnosis pasien. Namun, sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat efikasi vaksin harus di atas 50 persen.
Berikut perbandingan tingkat efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer:
1. Sinovac
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan vaksin Sinovac memiliki tingkat efikasi sebesar 65,3 persen berdasarkan uji klinis di Indonesia. Angka tersebut telah memenuhi persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan minimal efikasi vaksin yaitu 50 persen.
Kenali Tanda-Tanda Pandemic Fatigue, Apa saja?
Efikasi vaksin sebesar 65,3 persen dari hasil uji klinik di Bandung menunjukkan harapan bahwa vaksin Sinovac mampu untuk menurunkan kejadian penyakit Covid-19 hingga 65,3 persen.
Sementara itu, Turki telah terlebih dahulu merilis kemanjuran vaksin pada 25 Desember 2020 lalu. Berdasarkan laporan dari efikasi vaksin Sinovac di Turki adalah 91,25 persen. Adapun, tingkat efikasi vaksin Covid-19 di Brasil sebesar 78 persen.
2. Sinopharm
Dilansir dari Channel News Asia pada Selasa (12/1/2021), China menyetujui vaksin Sinopharm pertamanya untuk penggunaan masyarakat umum pada Kamis 31 Desember 2020. Keputusan itu diambil setelah pengembang mengatakan vaksin tersebut menunjukkan efikasi sebesar 79,34 persen berdasarkan analisis sementara akhir-uji klinis tahap.
Tingkat efikasi tersebut lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Uni Emirat Arab pada 9 Desember 2020, yaitu 86 persen. Ketua di unit Sinopharm’s CNBG Yang Xiaoming mengatakan negara memiliki perbedaan tertentu dalam standar dan prosedur dalam mendiagnosis pasien, dan hasil akhir dari identifikasi kasus Covid-19 berbeda.
“Oleh karena itu, ada perbedaan antara data multi-negara komprehensif yang kami tinjau dan data tingkat perlindungan yang sebelumnya dievaluasi oleh UEA dan Bahrain. Tapi kedua hasil ini nyata dan valid,” kata Yang, seperti dikutip Bisnis.com, Selasa (12/1/2021).
3. Moderna
Berdasarkan bukti dari uji klinis, tingkat efikasi vaksin Moderna 94,1 persen yang dikonfirmasi di laboratorium. Hasil ini berdasarkan pada orang yang menerima dua dosis yang tidak memiliki bukti terinfeksi sebelumnya.
Dilansir dari Medical Xpress pada Selasa (12/1/2021), Brigham and Women’s Hospital merupakan situs uji coba sebagai bagian dari Jaringan Pencegahan Covid-19 (CoVPN) yang didanai oleh National Institutes of Health. Selain itu, spesialis penyakit menular di Brigham Lindsey Baden menjabat sebagai peneliti utama untuk studi.
“Pekerjaan kami terus berlanjut. Selama beberapa bulan ke depan, kami akan meningkatkan jumlah data untuk lebih menentukan cara kerja vaksin ini, tetapi hasilnya sejauh ini menunjukkan efektivitas 94,1 persen,” kata Baden seperti dikutip Bisnis.com, Selasa (12/1/2021).
Ini 9 Cara Mengetahui Kejujuran Pria
Baden melanjutkan bahwa vaksin dapat berdampak pada pencegahan rawat inap dan kematian, setidaknya dalam beberapa bulan pertama pasca vaksinasi. Data menunjukkan perlindungan dari penyakit parah. Vaksin Moderna dapat berdampak pada pencegahan rawat inap dan kematian, setidaknya dalam beberapa bulan pertama pasca vaksinasi.
4. Pfizer dan BioNTech
Vaksin Pfizer dan BioNTech dapat memberikan beberapa perlindungan awal, mulai 12 hari setelah dosis pertama. Studi yang diterbitkan dalam jurnal New England Journal of Medicine yang menemukan efikasi vaksin antara dosis pertama dan kedua adalah 52 persen, dengan 39 kasus Covid-19 pada kelompok vaksin dan 82 kasus pada kelompok plasebo.
Kemudian tujuh hari atau lebih setelah dosis kedua, efikasi vaksin kemudian meningkat menjadi 95%, dengan delapan kasus Covid-19 dilaporkan pada kelompok vaksin dan 162 kasus pada kelompok plasebo.
Vaksin tersebut sejauh ini telah disetujui di Kanada dan Inggris, di mana vaksin Pfizer telah diluncurkan kepada orang-orang di atas 80 tahun dan petugas kesehatan. Di Amerika Serikat, Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) telah memberikan suara mendukung otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin tersebut, dan badan tersebut diharapkan menyetujuinya dalam beberapa hari.