Hindari panik berlebihan setelah tahu melakukan kontak langsung dengan orang positif Covid-19.
JEDA.ID-Di masa pandemi seperti sekarang ini, kemungkinan melakukan kontak erat dengan orang positif Covid-19 bisa saja terjadi. Lalu apa yang harus dilakukan setelah kita melakukan kontak erat dengan orang positif Covid-19?
Simak ulasannya di info sehat dan tips kesehatan kali ini. Ya, kita bisa saja tanpa sengaja melakukan kontak erat dengan orang positif Covid-19. Apalagi, ada banyak kasus positif Covid-19 yang tanpa gejala alias OTG. Biasanya kita akan tahu telah kontak erat dengan orang positif Covid-19 setelah orang benar-benar dinyatakan positif Covid-19. Namun sebelum itu terjadi, tenang, tidak perlu panik. Kita tidak perlu buru-buru melakukan isolasi mandiri. Kok bisa?
Karena kita harus mencari tahu terlebih dulu deskripsi kontak erat itu. Menurut Dokter umum kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University Dr. Adam Prabata kontak erat adalah ketika Anda memiliki riwayat kontak.
Baca Juga: Ini Fakta Angpau dan Cara Kelola Angpau Untuk Investasi di Masa Pandemi
Dengan kasus konfirmasi atau probable Covid-19 dengan bentuk seperti :
1. Tatap muka atau berdekatan dengan radius 1 meter dalam waktu 15 menit
2. Sentuhan fisik langsung (bersalaman, berpegangan tangan, dll)
3. Memberi perawatan langsung kepada kasus konfirmasi atau probable tanpa APD standar
Dikutip dari Bisnis.com, Sabtu (13/2/2021), pastikan ada kontak dengan akumulasi total 15 menit selama 24 jam. Sebagai catatan, kontak dengan orang yang terinfeksi covid-19 dalam jarak kurang lebih 1,8 meter di ruangan kantor (5 menit) di dapur (6 menit), di toilet (3 menit), di lift (3 menit) dalam rentang waktu 24 jam tetap dianggap kontak eratm meskipun tidak ada kontak selama 15 menit terus menerus.
Dia memaparkan, seseorang dianggap kontak erat dengan penderita Covid-19 bila kontak dalam kurun waktu selama 2 hari sebelum gejala muncul hingga waktu pasien telah diisolasi untuk pasien yang bergejala.
Sedangkan kontak erat dengan pasien tidak bergejala disebut kontak erat yakni 2 hari sebelum swab PCR dengan hasil positif pertama hingga waktu pasien telah diisolasi.
Karantina
Jika Anda sudah kontak dengan orang positif Covid-19, maka wajib melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Bagi mereka yang tidak bergejala, cukup melakukan karantinas selama 14 hari dan ketika selama masa isolasi tidak ada gejala, maka masa karantina dianggap selesai.
Baca Juga: 4 Hewan Ini Diduga Pembawa Covid-19, Apa Sajakah?
Sedangkan bagi mereka yang muncul gejala dalam masa isolasi selama 14 hari, maka disebut kasus suspek, dia wajib berobat dan cek PCR.
PCR wajib dilakukan jika muncul gejala. Bila tidak bergejala sama sekali, PCR boleh mulai dilakukan paling cepat hari ke 5 setelah kontak erat. Setelah itu, karantina mandiri tetap dianjurkan dilakukan hingga 14 hari, meskipun hasil PCR negative.
Anda juga diwajibkan selalu konsultasikan dengan dokter atau fasilitas kesehatan terdekat, terutama bila bergejala saat karantina mandiri pasca kontak erat.
Penting juga mengambil keputusan mandiri untuk mengurangi risiko pada diri Anda sendiri dan keluarga.
Lalu untuk mengecek apakah kita positif Covid-19 atau tidak, saat ini ada dua macam tes yaitu PCR dan rapid test antigen. Untuk meningkatkan testing dan tracing, pemerintah menetapkan penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen sebagai salah satu metode dalam pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining Covid-19 dalam kondisi tertentu.
Dikutip dari laman resmi Covid.go.id, disebutkan jika pemerintah Pusat dan Daerah bertanggung jawab terhadap ketersediaan RDT Antigen di Puskesmas untuk pelacakan kontak dan penegakan diagnosis Covid-19.
Rapid Test Antigen yang disediakan pemerintah secara gratis kepada masyarakat melalui Puskesmas hanya dapat dipergunakan untuk keperluan pelacakan epidemiologi.
Baca Juga: 5 Shio Ini Bakal Beruntung di Tahun Kerbau Logam 2021
Adapun penggunaan RDT Antigen sebagai syarat perjalanan orang di dalam negeri mengacu pada Surat Edaran yang dikeluarkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, yang artinya secara mandiri.
Dalam grafik yang dipublikasikan di Nature 590, 202-205 (2021) dengan judul Rapid coronavirus tests: a guide for the perplexed adaptasi dari Crozier et al. Br. Med. J. 372, n208 (2021), terlihat jelas mengenai sensitivitas diagnosis PCR dan rapid test antigen sebagai berikut :
1. PCR mampu mendeteksi virus dari masa pre-simptomatik (sebelum gejala), masa menular hingga paska-menular (sudah sembuh). Namun kekurangannya, PCR membutuhkan waktu lebih lama dibanding Rapid Antigen.
2. Rapid antigen mampu mendeteksi virus utamanya saat load virus tinggi seperti pada masa menular (hari ke 5-7 onset gejala). Rapid antigen hasilnya keluar dalam hitungan menit-jam.
Menurut peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Riza Arief Putranto, dalam akun instagramnya, disebutkan mengejar kasus dengan rapid antigen bisa membantu mengidentifikasi lebih cepat mereka yang berada pada fase menular dan segera bisa diisolasi.
“Pendekatan ini juga bisa digunakan untuk melakukan tracing kasus positif,” tulisnya di akun instagramnya.