Penelitian dari University of Southern California (USC) berhasil menemukan ada urutan gejala corona pada pasien.
JEDA.ID-Penelitian dari University of Southern California (USC) berhasil menemukan ada urutan gejala corona pada pasien. Menurut penelitian, gejala corona yang paling sering dikeluhkan adalah demam.
Temuan ini dinilai dapat membantu orang dengan Covid-19 mengisolasi diri dan mendapatkan perawatan lebih cepat, yang secara signifikan dapat meningkatkan kesembuhan pasien.
“Urutan [gejala corona] ini sangat penting untuk diketahui ketika kita memiliki siklus penyakit yang tumpang tindih seperti flu yang bertepatan dengan infeksi Covid-19,” kata Peter Kuhn, salah satu penulis studi dan profesor kedokteran di USC, dikutip dari Healthline dan dikutip detikcom, Senin (21/9/2020).
Menurut temuan penelitian, berikut adalah urutan gejala corona yang kerap dialami pasien Covid-19:
– Demam
– Batuk
– Nyeri otot
– Mual atau muntah
– Diare
“Hasil kami mendukung gagasan bahwa demam harus menjadi acuan skrining pasien Covid-19 terlebih setelah banyak wilayah mulai buka setelah outbreak di musim semi lalu,” tulis penelitian tersebut.
8 Manfaat Mencintai Diri Sendiri
Untuk memprediksi urutan gejala, para peneliti menganalisis tingkat kejadian gejala yang dikumpulkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih dari 55.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di China.
Mereka juga melihat kumpulan data dari hampir 1.100 kasus yang dikumpulkan antara Desember dan Januari oleh Kelompok Ahli Perawatan Medis China untuk Covid-19 dan disediakan oleh Komisi Kesehatan Nasional China.
Untuk membandingkan urutan gejala klinis Covid-19 dengan influenza, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 2.000 kasus Covid-19 di Amerika Utara, Eropa, dan Belahan Bumi Selatan yang dilaporkan ke otoritas kesehatan antara tahun 1994 dan 1998.
“Urutan gejala itu penting. Mengetahui bahwa setiap penyakit berkembang secara berbeda berarti dokter dapat mengidentifikasi lebih cepat apakah seseorang kemungkinan besar mengidap Covid-19, atau penyakit lain yang dapat membantu mereka membuat keputusan pengobatan yang lebih baik,” jelas Joseph Larsen, penulis utama studi tersebut.
Gejala Paling Khas
Selain itu, sebuah studi yang mempelajari pasien Covid-19 di Italia menunjukkan anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa menjadi gejala Covid-19 yang paling khas ditemukan. Penelitian yang dilakukan pada Mei 2020 ini dipublikasikan di jurnal JAMA.
Pada awal virus corona menginfeksi, beberapa gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas menjadi pertanda yang perlu untuk diwaspadai. Meski demikian, tidak semua gejala tersebut mengarah pada infeksi virus corona. Terlebih, saat musim pancaroba membuat kondisi tubuh menurun dan menimbulkan gejala yang serupa. Apalagi, gejala Covid-19 memiliki kemiripan dengan penyakit flu.
Radiasi dari Ponsel Bisa Bunuh Serangga, Ini Penjelasannya
Dilansir dari laman Times of India, merujuk studi JAMA skala luas pada Mei 2020 soal temuan anosmia sebagai gejala Corona yang paling khas, virus ini disebut menyerang indera penciuman dan memblokir fungsi vitalnya untuk sementara.
Tidak hanya pasien yang memiliki gejala, anosmia juga kerap terjadi pada mereka yang asimptomatik atau tidak bergejala. Kehilangan penciuman juga dapat terjadi pada pasien yang memiliki gejala atipikal atau asimtomatik. Orang yang mengalami gangguan indra penciuman dapat bertindak sebagai pembawa virus tanpa gejala dan menularkan penyakit, yang bisa meningkatkan risiko infeksi.
Mulai kini, disarankan untuk tidak lagi menyepelekan anosmia. Bahkan pada kasus flu akut, gejala anosmia jarang terjadi. Namun pada Covid-19, anosmia bisa terjadi lebih parah tanpa ada hidung tersumbat.
Hal tersebut sejalan dengan studi skala kecil di Amerika Serikat (AS), oleh Arnold Monto, ahli epidemiologi di University of Michigan School of Public Health dan Carl Philpot, ahli Telinga-Hidung-Tenggorok (THT) di University of East Anglia studi ini meneliti perbedaan antara flu dan Covid-19.
Sebanyak 30 orang menjalani untuk tes rasa dan bau. Mereka dibagi atas tiga kelompok antara lain 10 orang telah didiagnosis Covid-19, 10 orang menderita flu parah, dan 10 orang sehat.
Keduanya menemukan kelompok dengan Covid-19 rentan mengalami kehilangan kemampuan membau dan mengecap. Sedangkan pada kelompok dengan flu parah tercatat hanya 4 orang yang tidak bisa mengenali bau dan rasa.
Meski demikian studi ini memiliki kekurangan karena tidak ada alat deteksi anosmia yang diakui. Peneliti pun berkata mungkin anosmia bukan satu-satunya gejala yang mesti diwaspadai tetapi bisa dijadikan deteksi dini sederhana di rumah.