Bandara Komodo merupakan proyek KPBU pada proyek bandara pertama yang melibatkan investor asing dengan investasi sebesar Rp1,2 triliun.
JEDA.ID–Bandara Komodo di Labuhan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal dikembangkan oleh Konsorsium Cardig dan Changi Singapura. Setelah Komodo, ada tiga bandara lain di Indonesia yang juga ditawarkan kepada investor.
Pengembangan bandara oleh swasta itu melalui skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Ketiga bandara yang akan segera menyusul Bandara Komodo itu adalah Kualanamu International Airport di Medan, Bandara Sam Ratulangi di Manado, dan Bandara Singkawang di Kalimantan Barat.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meyakini tak hanya investor swasta dalam negeri, tapi asing juga akan berminat menanamkan modal di ketiga bandara tersebut. Keyakinan itu didasarkan pada potensi komersial bandara tersebut yang cukup besar.
Bandara Kualanamu kapasitas penumpangnya mencapai 10 juta orang per tahun. Bandara Sam Ratulangi sebanyak 4 juta penumpang per tahun. Sedangkan Bandara Singkawang masih dalam proses studi lanjutan dan ditargetkan mulai konstruksi pada 2021 atau 2022.
Penantian 48 Tahun untuk Punya Bandara Antariksa Sendiri
Proses lelang proyek Kualanamu International Airport akan memasuki tahapan prakualifikasi dalam waktu dekat. Sedangkan, Bandara Sam Ratulangi baru mulai tahapan klarifikasi proyek.
Diyakini, potensi investasi dari kedua bandara tersebut bakal melampaui Bandara Komodo yang tercatat senilai Rp1,2 triliun. Menhub mengatakan potensi investasi Kualanamu sekitar Rp4 triliun-Rp5 triliun dan Manado Rp2 triliun-Rp3 triliun.
Sedangkan pembangunan Bandara Singkawang akan dimulai pada 2020 dan ditargetkan selesai pada 2022 untuk pembangunan tahap pertama.
Bandara tersebut akan memiliki runway sepanjang 2.250×45 m, 2 taxiways seluas 199,5 x 18 m. Selain itu juga akan mempunyai luas terminal 12.500 meter persegi dan cargo terminal sebesar 1.036 meter persegi.
Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Budi Karya menyatakan perusahaan asing yang berminat melakukan investasi dengan skema KPBU yaitu Changi, Aeroports de Paris, dan GVK Power and Infrastructure Ltd.
”Labuan Bajo paling sulit saja kami sudah bisa invite [undang investor asing]. Jadi untuk yang lain-lain lebih mudah,” papa dia.
Bandara Komodo akan dikembangkan konsorsium perusahaan domestik dengan asing yakni PT Cardig Aero Service Tbk (CAS), Changi Airports International Pte Ltd (CAI), dan Changi Airports MENA Pte Ltd.
Konsesi 25 Tahun
Mereka menyingkirkan dua konsorsium lain yang menyerahkan dokumen penawaran kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Konsorsium akan melakukan KPBU untuk mengembangkan Bandara Komodo dengan waktu konsesi 25 tahun.
Bandara Komodo merupakan proyek KPBU pada proyek bandara pertama yang melibatkan investor asing. Konsorsium Cardig dan Changi akan menanamkan investasi sebesar Rp1,2 triliun dalam kurun waktu maksimal lima tahun.
Dana tersebut akan digunakan untuk belanja modal pengembangan Bandara Komodo. Selain itu, konsorsium juga akan menyediakan belanja operasional sebesar Rp5,7 triliun dalam kurun waktu 25 tahun.
Setelah masa konsesi 25 tahun berakhir, konsorsium akan menyerahkan kembali pengelolaan Bandara Komodo kepada pemerintah. Konsorsium Cardig dan Changi terpilih lantaran mereka memiliki kompetensi teruji secara internasional.
Harapannya, mereka dapat mengimplementasikan pengalamannya dalam mengembangkan Bandara Changi di Singapura di Bandara Komodo. KPBU Bandara Komodo meliputi merancang, membangun, dan membiayai pembangunan fasilitas sisi udara dan sisi darat.
Keunikan 7 Stasiun Kereta Bandara, Futuristik sampai Klasik
Dari sisi udara, konsorsium akan memperpanjang dan mengkeraskan landas pacu dari 2.400 meter menjadi 2.750 meter. Dengan panjang tersebut, Bandara Komodo akan mampu menampung pesawat jenis Airbus A300 yang biasanya melayani penerbangan langsung dari Tiongkok dan Jepang.
Sedangkan dari sisi darat, konsorsium akan membangun fasilitas meliputi perluasan terminal penumpang domestik dan penumpang internasional, kantor dan gedung, serta fasilitas pendukung lainnya.
Nantinya, bandara yang jadi pintu masuk ke Labihan Bajo itu akan mampu menampung 4 juta penumpang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani keikutsertaan Changi akan membantu pemerintah dalam merealisasikan target Labuan Bajo sebagai destinasi superprioritas pada 2020.
Alasannya titik krusial pengembangan Labuan Bajo sebagai destinasi superprioritas adalah pengembangan Bandara Komodo sebagai pintu masuk wisatawan.
Skema KPBU adalah salah satu bentuk alternatif pendanaan infrastruktur tidak memakai APBN dan meningkatkan belanja modal di bidang infrastruktur. Pemerintah menyebut KPBU bukan menjual, tetapi mengkerjasamakan konsesi dalam waktu tertentu, biasanya 20-30 tahun.