• Thu, 21 November 2024

Breaking News :

Sejarah Warteg sampai Muncul Versi Kekinian

Sejarah warteg menjadikan warung ini memiliki karakteristik arsitektur khas sebagai salah satu warung makan tradisional yang berkembang di Indonesia.

JEDA.ID–Warteg alias warung Tegal menjadi warung makan yang mudah ditemui di berbagai kota. Ada sejarah panjang warteg muncul di Indonesia sampai kini munculnya beragam warteg versi kekinian.

Ada banyak versi yang menceritakan tentang awal mula munculnya warteg. Ada yang menyebut warteg muncul ketika banyaknya proyek pembangunan infrastruktur di Jakarta pada 1950-an dan 1960-an.

Kala itu, pendatang asal Tegal di ibu kota mulai menyediakan layanan kuliner di lokasi proyek berbentuk bedeng proyek hingga muncul istilah warteg.

Versi lain menyebut warteg bermula dari gegeran setting Mataram-Batavia antara Sultan Agung dan VOC. Saat itu, terjadi pengerahan warga Tegal sebagai prajurit penggempur VOC di Batavia.

Ada pula versi dari Koperasi Warung Tegal (Kowarteg). Sejarah warteg ternyata sudah ada di sudut-sudut Kota Tegal berupa warung-warung tenda seperti halnya warung tenda yang umumnya tersebar di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, seperti angkringan di Yogyakarta dan wedangan di Solo.

Sedangkan penelitian dari Rinda Asytuti yang dipublikasikan pada 2015 melihat fenomena warung Tegal sebagai salah satu bentuk usaha gastronomi berskala mikro di wilayah urban atau kota.

Gastronomi adalah istilah untuk menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan penyediaan atau penyajian makanan. Warteg sejak awal kemunculannya selalu berkait erat dengan perkembangan kaum urban dan pemenuhan kebutuhan perutnya.

Urusan gastronomi ibu kota sebenarnya bukan hanya nama Tegal yang lekat dengan berbagai makanan yang ada di ibu kota. Orang Padang atau orang Minang juga sangat kental dalam hal kedaulatan perut orang ibu kota.

”Istilah nasi Padang mungkin sama populernya dengan warteg dalam benak orang Jakarta zaman sekarang. Keduanya melekat pada satu subkultur urban yang lekat dengan identitas kedaerahan,” sebagaimana tertulis di laman indonesia.go.id yang dikutip Kamis (14/11/2019).

Fenomena makan bagi masyarakat urban bisa ditarik ke belakang sejak zaman Hindia Belanda. Salah satu yang mencatat fenomena makan di warung adalah Stamford Raffles. Dalam History of Java, Raffles mencatat kebiasaan makan orang Jawa di pagi hari yang disebut sarap.

Orang Jawa biasa mendapatkan sajian sarap(-an) berupa secangkir kopi beserta kudapan kue-kue yang dibuat dari beras dari tempat-tempat kecil di sudut dan pinggir kota yang dikenal sebagai warongs. Hingga saat ini, sarapan di pagi hari adalah seperti yang digambarkan Raffles.

Awal Etalase Kaca

sejarah warteg

Sejarah menyebut Warteg Kharisma Bahari termasuk yang melegenda (Istimewa)

Meski sejarah awal mula munculnya warteg sangat beragam, namun jejak masa lalu mencatat ada peran Warteg Pak Warno yang membuka usaha di sekitar lapangan udara Kemayoran, Jakarta pada 1948.

Kala itu, warteg yang berukuran 3 meter kali 4 meter membuat terobosan yaitu menggunakan etalase kaca. Setelah itu, wartegnya berkembang menjadi lebih permanen seperti warteg yang kita lihat sekarang.

Muhammar Khamdevi dan Iqbal Rasyid Nasution dari Universitas Mercu Buana dalam penelitian berjudul Studi Karakteristik Arsitektur Khas Pada Warung Tegal di Jabodetabek menyebutkan warteg memiliki karakteristik arsitektur khas sebagai salah satu warung makan tradisional yang berkembang di Indonesia.

Warteg memiliki tipologi yang unik yang berbeda dari warung makan ataupun rumah makan lainnya. ”Ini seharusnya tidak hanya menjadi dokumentasi dari sejarah arsitektur Indonesia tapi juga menjadi referensi dalam perancangan selanjutnya untuk menjaga kearifan lokalnya yang berdasar pada arsitektur rakyat [vernakular],” sebut mereka.

Bisa dibilang sajian yang disuguhkan di warteg tidak spesifik karena terdiri atas banyak ragam sayur dan lauk. Salah satu yang melegenda dari warteg adalah harganya yang hingga kini dianggap ramah bagi kantong.

”Saya sering ke warteg saat saya sedang tidak memilki uang yang lebih. Alasannya karena menyediakan makanan yang beragam, rasanya yang enak dan tentu harganya murah kisaran Rp7.500-Rp10.000,” kata mahasiswa Telkom Univeristy di Bandung, Jawa Barat, Naufal, beberapa waktu lalu.

Warteg yang kerap menjadi andalan masyarakat untuk mendapatkan makanan murah menjadikan warung ini menjamur khususnya di wilayah urban atau perkotaan. Di Jabodetabek diprediksi ada sebanyak 34.725 warteg.

Membahas warteg tentu tidak bisa lepas dari salah satu brand yang melegenda yaitu Kharisma Bahari. Kharisma Bahari merupakan bisnis yang bergerak dalam bidang penyediaan warung Tegal.

”Kami menyediakan tempat usaha warung Tegal siap operasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan sistem jual putus di mana franchise kami akan lebih menguntungkan bagi pemilik usaha karena merek yang sudah dibeli tidak akan dikenakan biaya pemotongan,” sebut Kharima Bahari di laman mereka.

Kini Kharisma Bahari sudah memiliki lebih dari 2.000 outlet warteg di berbagai daerah khususnya Jakarta dan mulai merambah kota lain.

Warteg Digital

Sejarah panjang warteg kini berganti rupa dengan munculnya warteg kekinian. Ada Wahyoo, perusahaan teknologi yang menggandeng warteg dalam proses standardisasi pelayanan sampai promosi.

Wahyoo mengklaim akan membawa warteg masuk dunia digital. Bahkan, putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi investor Wahyoo.

”Warteg bukan sekadar tempat makan tapi ini adalah budaya bangsa. Orang Indonesia makannya, ya, di warteg, makanya ini harus dilestarikan. Di sini saya ingin bersilaturahmi dan mengenalkan diri sebagai investornya Wahyoo,” kata Gibran pada MInggu (10/11/2019), sebagaimana dikutip dari Bisnis.com.

Gibran mengatakan bersama Wahyoo, dia ingin memajukan kuliner Indonesia dan menyejahterakan para pemilik warteg.

Warteg Wahyoo

Warteg Wahyoo (Bisnis.com)

Founder and CEO Wahyoo Peter Shearer mengatakan akan memberikan solusi atas persoalan para pedagang warteg melalui penggunaan aplikasi Wahyoo.

”Kita berusaha mengerti problemnya mereka, karena itu kita bilang sudah pakai aplikasi kita saja, kita yang akan bantu pesenin bahan baku makanan plus kita akan bantu mereka cuma fokus ke makanan aja,” ujar dia.

Ke depan Wahyoo juga akan menyediakan makanan setengah jadi untuk diolah warteg. Adapun kurirnya akan disediakan oleh pihaknya. Dia menambahkan, pihaknya akan memastikan seluruh bahan makanan yang akan diolah warteg bersih dan higienis.

Wahyoo mengklaim sudah ada 12.000 lebih warung kopi sampai warung tegal ikut bergabung dalam startup perusahaan sosial tersebut.

Revolusi Industri Warteg

Ada pula Wowteg yang digarap Soul Sally Group. Founder dan CEO Sour Sally Group Donny Pramono mengaku ingin merevolusi industri warteg yang ada saat ini.

Lewat Wowteg, dia ingin menonjolkan aspek jaminan kebersihan dengan pilihan makanan lebih beragam dan menyesuaikan dengan tren makanan di pasaran.

Menurut Donny, bisnis warteg terbukti bukan hanya tren semata. Banyak orang mengandalkan warteg sebagai tempat makan dengan harga terjangkau. Nyaris semua kalangan makan di warteg untuk mengatasi rasa lapar sekaligus menghemat pengeluaran.

Sebagaimana dikutip dari Liputan6.com, berbeda dengan kebanyakan pemilik warteg yang mengolah makanan dan menjajakan di tempat yang sama, nantinya pemilik hanya akan memanaskan dan menyajikan menu sesuai kebutuhan.

Menurut Donny, dengan dapur yang dibuat terpisah dari tempat penyajian, bisa mengurangi 50 persen masalah kebersihan di warteg yang selama ini kerap dikeluhkan pelanggan warteg.

Wowteg menyebut ada lebih dari 1.000 resep sudah tersedia dan bisa dimasak sesuai kebutuhan. Sebanyak 70 persen akan menghadirkan menu populer warteg, di antaranya orek tempe, telur balado, dan sayur sop.

Sementara, 30 persen sisanya adalah menu kekinian, seperti ayam korea, ayam geprek sambal matah, hingga ayam madu. Harga yang dipatok paling murah adalah paket Rp15.000.

Ganti rupa dan modernisasi di beberapa warteg ini menunjukkan sejarah panjang warung makan ini akan terus abadi setidaknya hingga puluhan tahun ke depan.

Ditulis oleh : Danang Nur Ihsan

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.