Dengan kandungan serupa itu, tempe bisa dijadikan sebagai makanan pengganti daging bagi para vegetarian.
JEDA.ID–Tempe merupakan salah satu bagian dari warisan kuliner Indonesia. Kandungan protein tempe pun disebut tidak kalah dengan makanan lainnya.
Kata ”kedelai” atau ”kedele” di dalam tempe diketahui berasal dari bahasa Jawa. Kata itu muncul pertama kali di dalam Serat Centhini yang merupakan karya sastra 12 jilid dan diedit pada 1815.
Sebagaimana dikutip dari indonesia.go.id, Sabtu (3/8/2019), tempe yang biasanya berbentuk bongkahan persegi ini adalah hasil fermentasi kedelai yang diberi sejenis jamur atau kapang yang masuk dalam genus rhizopus.
Jamur pembuat tempe ini sporanya beterbangan di udara, menempel pada debu yang dimudahkan oleh ikllim tropis. Debu yang membawa jamur ini biasa menempel di daun waru atau daun jati. Ciri-ciri daun berjamur ini bisa dilihat di bawah permukaan daun dalam bentuk serabut berwarna putih.
William Shurtleff dan Akiko Aoyagi dalam The Book of Tempeh menempatkan tempe sebagai salah satu makanan olahan dari hasil fermentasi yang sejajar dengan proses fermentasi yang menciptakan keju, yoghurt, dan tentu saja roti.
Secara ilmiah, tempe memiliki kandungan protein yang tinggi, rendah lemak jenuh dan kolestrol, rendah gula alami, mengandung kalsium, zat besi, seng, vitamin B12, dan senyawa antikanker isoflavon.
Dengan kandungan serupa itu, tempe bisa dijadikan sebagai makanan pengganti daging bagi para vegetarian. Dilihat dari proses produksinya, tempe pun dinilai lebih ramah lingkungan ketimbang daging.
Tempe yang masih baru atau segar tercatat memiliki rata-rata kandungan protein hingga 19,5 persen. Sejajar dengan daging ayam 21 persen, daging sapi, 20 persen, telur 13 persen, dan susu 3 persen. Lebih dari itu, kualitas protein yang bisa dimanfaatkan tubuh hanya sedikit lebih rendah dari daging ayam dan daging sapi.
Tempe, tidak seperti tahu yang juga dibentuk dari olahan protein dalam kedelai, memiliki kandungan serat yang tinggi lengkap dengan nutrisi vitamin B12 yang dihasilkan proses fermentasi.
Vitamin B12 membuat zat-zat terbaik dari kedelai sangat mudah dicerna oleh tubuh. Proses fermentasi juga adalah yang membuat tempe bisa menjadi makanan yang empuk dan mudah dimasak.
Jenis Tempe
Kandungan tempe yang dinilai sangat baik bagi tubuh itu membuat para pemerhati makanan sehat menyebut tempe adalah berkah yang tidak ada duanya. Per 100 gram tempe hanya bernilai 157 kalori, sangat rendah lemak jenuh, dengan kandungan kolesterol yang nyaris nol.
Tempe kedelai bukan satu-satunya jenis tempe. Ada juga hasil fermentasi dari biji-bijian lain seperti kacang tanah yang menghasilkan oncom dan menjes, kacang koro yang menghasilkan tempe benguk>
Kemudian kacang lamtoro yang menghasilkan tempe mlanding, hingga ampas tahu yang menjadi gembus. Penyajiannya pun beragam mulai tempe goreng, bacem, hingga menjadi bahan-bahan pokok untuk membuat sayuran.
Kandungan tempe hingga proses produksi disebut menjadi keunggalan. William Shurtleff menyebut ada lima keunggulan tempe.
- Bisa diproduksi dengan cara yang paling sederhana. Bisa dilakukan di sembarang tempat dengan teknologi sederhana, bahkan tidak perlu mesin yang rumit.
- Sangat ideal dilakukan di negara-negara beriklim tropis. Iklim tropis memudahkan produksi yang tak pernah putus karena bisa dilakukan di dalam ruangan sepanjang musim.
- Proses produksi dengan fermentasi sangat sederhana dan sangat cepat. Hanya 24 hingga 48 jam. Bandingkan dengan produk fermentasi seperti keju atau anggur misalnya yang memakan waktu lebih lama.
- Variasi tempe bisa dihasilkan dari ampas produk olahan lain. Tempe gembus, dage, hingga oncom adalah produk-produk yang membuktikan hal ini.
- Rasa dan aroma tempe mempunyai ciri khas yang membuatnya bisa ditempatkan dalam berbagai sajian makanan dengan resep dan selera global. Versatilitas tempe yang sangat tinggi membuatnya bisa ditempatkan di mana saja mulai dari gulai dan kari di Asia hingga sandwich dengan berbagai kue panggang di Eropa.