Saat namanya mendunia sebagai aktivis antikorupsi, Teten Masuki sibuk beternak domba. Tidak sedikit yang memberi julukan Teten sebagai Panglima Domba.
JEDA.ID–Jauh sebelum nama Teten Masduki mencuat sebagai aktivis antikorupsi, laki-laki kelahiran Garut, Jawa Barat, 6 Mei 1963 ini, awalnya berkiprah di dunia pendidikan dengan menjadi guru matematika di Tangerang.
Kala itu Teten Masduki berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dunia kerja Teten saat itu tidak jauh dari pendidikannya dulu di IKIP Bandung (kini Universitas Pendidikan Indonesia).
Teten yang mengambil Jurusan Kimia di kampus itu aktif di berbagai kegiatan diskusi. Sekitar 1985, Teten mengikuti aksi demonstrasi membela petani di Garut yang tanahnya dirampas.
”Teten lahir dari keluarga petani dan pemilik pabrik tepung tapioka yang berkecukupan di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Tapi ia menjadi mahasiswa miskin di IKIP Bandung yang hidup dari uang beasiswa,” sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Jumat (25/10/2019).
Sempat menjadi guru, ternyata garis tangan Teten berkata lain. Dia pindah haluan menjadi aktivis buruh dan bergabung dalam Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).
Teten lantas menggerakkan perlawanan masyarakat sipil terhadap korupsi melalui Indonesia Corruption Watch (ICW). Lembaga ini pula yang ikut membongkar kasus suap yang melibatkan Jaksa Agung Andi M. Ghalib di era pemerintahan B.J. Habibie.
”Ini pertama kalinya dalam sejarah lembaga seperti ICW bisa memaksa seorang pejabat negara turun dari jabatannya. Berkat kerja kerasnya mengungkap kasus tersebut, Teten dianugerahi penghargaan Suardi Tasrif Award 1999,” sebagaimana dikutip dari Detikcom.
Teten yang kemudian menjadi ikon aktivis antikorupsi mendapatkan penghargaan dari kampusnya sebagai Alumni Berprestasi IKIP Bandung 2000. Teten Masduki yang kala itu menjadi Koordinator ICW juga mendapat penghargaan Ramon Magsaysay 2005 dari Yayasan Magsaysay, Filipina.
Penghargaan itu tidak lepas dari perjuangannya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Saat itu reputasinya mulai mendunia termasuk ketika memimpin Transparency International Indonesia (TII).
Kala itu, Teten Masduki sibuk beternak domba. Tidak sedikit yang akhirnya memberi julukan Teten sebagai Panglima Domba. Atau ada yang lebih keren dengan memanggilnya sebagai ”Panglima Legiun Domba Garut”.
Masuk ke Politik
Teten Masduki kemudian masuk ke kancah politik praktis pada 2013. Teten menjadi calon wakil gubernur berduet dengan Rieke Diah Pitaloka yang menjadi calon gubernur dalam PIlgub Jawa Barat 2013.
Duet Rieke-Teten ini diusung PDIP. Pasangan ini mendulang 5.714.997 suara atau 28,41% atau di urutan kedua dari lima pasangan yang bertarung. Rieke-Teten kalah dari pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar yang diusung PKS, PPP, Hanura, dan PBB.
Ketika pasangan Rieke-Teten berkampanye, Joko Widodo (Jokowi) yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ikut mengampanyekan mereka.
”Sepertinya sejak pencalonan itulah Joko Widodo mengenal dengan baik Teten Masduki. Jokowi yang waktu itu Gubernur DKI, bersedia menjadi Juru kampanye pasangan Rieke-Teten. Bahkan dalam kampanyenya Jokowi menjamin pasangan ini bersih dan jujur,” sebagaimana tertulis di laman indonesia.go.id.
Pilpres 2014 kembali mempertemukan Teten dengan Jokowi. Teten menjadi salah satu orang di lingkaran dekat Jokowi yang saat itu menjadi capres.
Dalam tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla, Teten Masduki menempati posisi sebagai anggota Tim Relawan. Ia pun kemudian menjadi anggota Tim Transisi ketika itu.
Setelah Jokowi terpilih, Teten kemudian masuk ke lingkaran Istana Kepresidenan dengan menjadi staf khusus kabinet. Pada 2015, ia digeser menjadi Kepala Staf Kepresidenan menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan yang kala itu diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.
Pada 2018, posisi Teten di Kepala Staf Kepresidenan digantikan oleh Moeldoko. Teten Masduki masih berada di lingkaran Istana dengan menjadi Koordinator Staf Khusus Presiden.
Kini di Kabinet Indonesia Maju, Teten Masduki dipercaya menjadi Menteri Koperasi dan UKM. Pekerjaan yang tidak jauh dari aktivitas sosialnya yang dekat dengan petani dan peternak domba.