Lahan untuk pengembangan 1.000 desa bambu dapat dilakukan di kawasan perhutanan sosial dan lahan masyarakat, sekaligus untuk konservasi alam.
JEDA.ID–Tidak bisa dimungkiri China menjadi pemain dunia yang paling dominan untuk urusan bambu. Indonesia bersama 8 negara lainnya mengekor di belakang China. Urusan kualitas, bambu Indonesia tidak bisa dianggap sebelah mata hingga memunculkan wacana desa bambu.
Penasehat Yayasan Bambu Lestari Monica Tanuhandaru mengatakan secara kualitas bambu Indonesia jauh lebih baik dari bambu China. Bambu Indonesia juga memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari bambu Cina.
Urusan kekuatan tidak bisa diremehkan karena setara dengan kayu ulin. Namun sayangnya, pasar bambu Indonesia masih kecil. “Pasar bambu dunia mencapai US$900 miliar, sebanyak 75 persen dikuasai oleh China dan sisanya dibagi oleh 9 negara termasuk Indonesia. Ini potensi yang sangat besar,” kata Monica sebagaimana dikutip dari laman Kemenkop UKM, beberapa waktu lalu.
Watu Purbo dan Jejak Sabo Dam di Indonesia
Selama ini bambu cenderung ditanam secara sporadis. Tercatat jumlah lahan bambu Indonesia sangat rendah yaitu hanya 25.000 hektare hutan/kebun bambu. Kemduian lebih dari 1 juta hektare bambu ditanam secara sporadis dan bambu alam tumbuh di seluruh Indonesia.
Belum banyak yang serius mengembangkan bambu padahal potensinya sangat besar. Baru beberapa daerah yang mulai memperhatikan bambu sebagai komoditas potensial seperti di Kabupaten Ngada, NTT dan Jawa Barat.
Padahal, pengembangan bambu rakyat potensial di hampir semua wilayah mulai Sumatra, Jawa, Bali, NTT, NTB, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua.
Penampung Air
Tidak hanya potensial secara komoditas, Yayasan Bambu Lestari menyebutkan rumpun bambu merupakan penampung air dari lapisan atas tanah yang menjaga kelestarian ekosistem kehidupan.
Satu rumpun bambu dapat menyimpan rata-rata 5.000 liter air. Selain itu, hutan bambu mampu menyerap 50 ton karbondioksida per hektare per tahun.
Potensi besar dari komoditas bambu ini menjadikan Kementerian Koperasi dan UKM akan fokus mengembangkan bambu rakyat sebagai prioritas nasional.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan rencana pengembangan 1.000 desa bambu di Indonesia untuk mendorong peningkatan daya saing bambu rakyat.
“Permintaan bambu sangat tinggi untuk industri timber, furniture, alat-alat rumah tangga, barang seni dan lainnya namun belum dilirik karena menggarapnya, pemanfaatannya kurang diketahui petani,” kata Teten.
Teten Masduki: Guru Matematika, Panglima Domba, Kini Menkop & UMKM
Teten mengatakan lahan untuk pengembangan 1.000 desa bambu dapat dilakukan di kawasan perhutanan sosial dan lahan masyarakat. Dia menilai pengembangan di lahan masyarakat akan mudah karena di banyak desa ada tradisi menanam bambu seperti di NTT, Sulawesi, dan Kalimantan.
“Sekarang bagaimana mengembangkan model bisnisnya antara petani dengan perusahaan sebagai offtaker sehingga terjalin kemitraan. Kita akan coba scaling up, bambu yang diminati pasar akan diolah di desa-desa bambu dan produksinya diambil oleh industri,” jelas Teten.
Teten menegaskan dari analisis usaha, bambu dapat mengatasi kemiskinan dan isu lingkungan. Bambu merupakan tanaman yang mampu menyerap karbon dan menyerap air.
Direktur Utama Yayasan Bambu Lestari Arif Rabik mengatakan yang dimaksud dengan desa bambu adalah pengembangan satu desa bambu satu sistem dengan luas lahan 2.000 hektare. Untuk satu desa bambu bisa terdiri atas 10-20 desa administratif, yang penting 2.000 hektare.
”Kalau misalnya konsensi perhutanan sosialnya itu 100 hektare, perlu 10 desa saja. Ini satu sistem yang sudah berjalan di Cina yang akan kita adopsi. Kita dorong proses industri bambu untuk dapatkan bahan baku pengganti kayu yang berkelanjutan dan lestari,” kata Arif.
Industrialisasi Bambu Rakyat
Pihaknya akan mendorong pembentukan koperasi beranggotakan petani bambu di desa-desa bambu tersebut. Dengan adanya koperasi, pengembangan ekonomi bambu rakyat akan dapat dikelola dengan baik.
Dia perlunya proses industrialisasi bambu rakyat. Petani akan mengolah bambu hingga setengah jadi sebelum diserap oleh industri. “Ke depan pengembangan bambu rakyat dengan paradigma baru untuk memastikan nilai tambahnya ada di petani,” kata Arif.
Ia mengharapkan kerja sama dengan lintas kementerian akan mempercepat pengembangan 1.000 desa bambu. Penanaman bambu dapat dilakukan di lahan terdegradasi, kawasan hutan rakyat, atau sempadan sungai.
Medco Foundation mencatat penggunaan bambu sebagai tanaman konservasi air dan tanah sudah dilakukan di negara-negara lain seperti China dan India. Mereka berhasil memanfaatkan tanaman bambu untuk kepentingan konservasi air dan tanah.
Jejak Mobil Desa: Digagas Sukiyat, Diborong Orang Terkaya Afrika
Laporan penelitian yang terbit di China menyebutkan bambu mempunyai kemampuan menyimpan air tanah lebih banyak hingga 240% jika dibandingkan dengan tanaman pinus. Karakter tersebut membuat bambu sangat cocok dijadikan tanaman penghijauan, terutama di daerah aliran sungai (DAS).
Sayangnya, meski punya potensi besar sebagai tanaman konservasi lingkungan maupun sebagai tanaman produktif lainnya, berbagai varietas tanaman bambu di Indonesia pada saat ini dalam kondisi terancam punah. Berbagai jenis tertentu dari tanaman ini hanya bisa ditemui di daerah-daerah tertentu.
”Kebutuhan akan tanaman bambu yang sangat besar untuk kepentingan ekonomi, serta kurangnya upaya budi daya bambu, membuat bambu semakin menjadi tanaman langka di Indonesia. Upaya budi daya secara massal perlu dilakukan.”