• Sat, 27 April 2024

Breaking News :

Studi Sebut Infeksi Covid-19 Bisa Rusak Sperma dan Sebabkan Kemandulan

Para peneliti mengatakan sistem reproduksi pria harus dianggap sebagai jalur yang rentan terhadap infeksi Covid-19.

JEDA.ID-Temuan penelitian terbaru ini membuktikan infeksi Covid-19 bisa rusak sperma. Tak hanya rusak sperma, pada beberapa kasus yang parah, Covid-19 bisa berpotensi memicu kemandulan.

Simak ulasan lengkapnya tentang potensi Covid-19 rusak sperma di info sehat kali ini. Infeksi Covid-19 diketahui bisa menyerang banyak organ selain paru-paru. Belum lama ini, infeksi Covid-19 juga disebut berdampak negatif pada kualitas sperma.

Dalam jurnal Reproduction, peneliti menemukan pada beberapa kasus yang parah, infeksi Covid-19 dapat menyebabkan peningkatan kematian sel sperma, peradangan, dan stres oksidatif, sehingga menurunkan kualitas sperma dan berpotensi menurunkan kesuburan dan menyebabkan kemandulan.

“Laporan ini memberikan bukti langsung pertama bahwa infeksi Covid-19 merusak kualitas air mani dan berdampak pada reproduksi pria,” kata studi tersebut, dikutip dari CNN dan ditulis detikcom, Selasa (2/2/2021).

Baca Juga: Ini Beda Sariawan Pada Covid-19, Tidak Perlu Panik Duluan!

Studi tersebut membandingkan 105 pria subur tanpa Covid-19 dengan 84 pria subur yang didiagnosis dengan virus corona dan menganalisis air mani mereka pada interval 10 hari selama 60 hari.

Dibandingkan dengan pria sehat tanpa Covid-19, studi tersebut menemukan peningkatan signifikan pada peradangan dan stres oksidatif pada sel sperma milik pria dengan Covid-19. Konsentrasi, mobilitas, dan bentuk sperma mereka juga dipengaruhi secara negatif oleh virus.

Pada pria dengan Covid-19, peradangan dan stres oksidatif dalam sel sperma meningkat secara signifikan lebih dari 100 persen dibandingkan dengan kontrol sehat, pengendapan sperma berkurang 516 persen, mobilitas berkurang 209 persen, dan bentuk sel sperma berubah 400 persen.

Kondisi ini mewakili oligoasthenoteratozoospermia, yang merupakan salah satu penyebab paling umum dari subfertilitas pada pria. Tingkat keparahan infeksi juga merupakan faktor yang berkontribusi signifikan dalam mengubah kesehatan sperma. Semakin parah penyakitnya, semakin parah efeknya.

Baca Juga: Tesla Model S dan X Adopsi Kemudi Pesawat Terbang Timbulkan Kehebohan

Para peneliti mengatakan sistem reproduksi pria harus dianggap sebagai jalur yang rentan terhadap infeksi Covid-19  dan karenanya harus dinyatakan sebagai organ berisiko tinggi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebelumnya pernah beredar kabar vaksin Covid-19 bisa menyebabkan kemandulan pada pria. Dokter dan ilmuwan mengatakan dugaan ini tidak benar. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan vaksin akan memengaruhi kemampuan Anda untuk memiliki anak di masa depan.

Informasi menyesatkan seputar vaksin Covid-19 dan kesuburan mengklaim vaksin mengandung protein lonjakan atau disebut syncytin-1, yang terkait dengan fungsi plasenta (organ yang berkembang selama kehamilan untuk memberikan oksigen dan nutrisi kepada bayi).

“Informasi ini tidak benar, karena protein lonjakan SARS-CoV-2 sama sekali tidak mirip dengan syncytin-1,” kata dokter spesialis kandungan di The Ohio State University Wexner Medical Center, Michael Cackovic seperti dikutip dari Shape dan dikutip dari Antaranews.com, Minggu (21/1/2021).

Dia menegaskan, tidak ada alasan untuk percaya kalau memblokir syncytin-1 menyebabkan kemandulan dan hal senada diungkapkan pakar penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh A. Adalja.

Intinya, tidak ada bukti yang mendukung anggapan vaksin Covid-19 berdampak pada kesuburan. Para ahli kesehatan dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) setuju mengenai hal ini.

Baca Juga: Benarkah Cuka Putih Bisa Membunuh Virus Corona? Cek Faktanya

ACOG merekomendasikan vaksinasi bagi individu yang berusaha untuk hamil atau sedang mempertimbangkan untuk hamil dan memenuhi kriteria untuk vaksinasi.

Anda tidak perlu menunda kehamilan setelah menyelesaikan kedua dosis vaksin Covid-19.

Lebih lanjut, beberapa wanita yang berpartisipasi dalam uji klinis untuk dua vaksin (Pfizer dan Moderna) hamil selama percobaan, dan tidak ada bukti ada masalah kesuburan terjadi pada mereka.

Selama uji coba vaksin Moderna, 13 peserta hamil, dan selama uji coba vaksin Pfizer, terjadi 23 kehamilan. Sementara satu dari kelompok Pfizer mengalami keguguran, dan orang tersebut menerima plasebo – bukan vaksin.

Dokter spesialis penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner mendesak wanita yang ingin hamil untuk mempertimbangkan risiko tidak mendapatkan vaksinasi, yang mencakup potensi penyakit parah dan persalinan prematur jika mereka hamil.

Jika Anda masih khawatir tentang bagaimana vaksin Covid-19 dapat memengaruhi kesuburan di masa depan, Schaffner merekomendasikan Anda untuk berbicara dengan dokter agar mendapatkan kepastian langsung dari penyedia medis, bukannya Internet.

Dia menambahkan, vaksin Covid-19 baik itu dari Pfizer maupun Moderna menggunakan bahan genetik yang disebut mRNA yang memicu respons imun dalam tubuh, dan sebagai hasilnya Anda mengembangkan antibodi terhadap virus.

Tubuh Anda kemudian menghilangkan protein, bersama dengan mRNA, tetapi antibodi tetap ada.

 

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.