Belanja online tampaknya menjadi pilihan utama masyarakat di tengah meningkatkan stres akibat pandemi virus corona.
JEDA.ID — Belanja online tampaknya menjadi pilihan utama masyarakat di tengah meningkatkan stres akibat pandemi virus corona. Kasus positif virus corona (Covid-19) terus bertambah hari demi hari. Di Indonesia, jumlah kasus positif virus yang pertama kali ditemukan di China tersebut bahkan telah mencapai lebih dari 1.000 kasus per 1 April 2020.
Pandemi Covid-19 membuat masyarakat di dunia cemas, termasuk Indonesia. Tidak hanya itu, beberapa negara melakukan karantina dan membatasi kegiatan sosial dengan menjaga jarak fisik antara satu individu dan individu lainnya juga memberikan rasa kecemasan tersendiri.
Rasa cemas ini mempengaruhi aktivitas individu dalam melakukan pembelian atau belanja. Dilansir Bisnis.com dari Psychologytoday.com, berikut beberapa penelitian terkait dengan kecemasan di masa pandemi ini.
Pertama, konsumen dengan tingkat stres tinggi cenderung melakukan pembelian secara impulsif. Namun, berbelanja secara impulsif juga dapat menjadi terapi ritel lantaran akan membantu individu merasa lebih baik dan mendapatkan kendali atas situasi yang terasa di luar kendali.
Studi menunjukkan bahwa ketika individu yang merasa sedih membuat pilihan untuk berbelanja, maka belanja itu mengurangi kesedihan mereka.
Kedua, kecemasan meningkatkan preferensi untuk opsi yang aman dan memberikan rasa kontrol. Ketika merasa cemas, maka secara alami individu mencari kenyamanan dan kendali atas situasi.
Dalam satu studi penelitian, peserta yang memiliki rasa cemas menyatakan lebih menyukai mobil yang penuh dengan fitur keselamatan seperti sistem anti selip dibandingkan dengan mobil mewah.
Di bawah kondisi kecemasan yang tiba-tiba dan ekstrem, penekanan pada pencarian keamanan dan penegakan kontrol ini dapat menyebabkan perilaku berbahaya seperti pembelian dan penimbunan panik.
Ketiga, Kecemasan meningkatkan keinginan untuk berbelanja secara royal pada merek-merek mewah. Kecemasan yang terkait dengan pertanyaan tentang kematian dan kelangsungan hidup di masa juga memiliki efek paradoks pada perilaku pembelian.
Secara singkat ini mempromosikan nilai-nilai dan keputusan materialistis. Banyak orang mengandalkan pembelian dan konsumsi sebagai salah satu cara inti untuk menghasilkan makna dalam hidup dan untuk mengalami kebahagiaan, bahkan jika kebahagiaan itu tidak lama.
Individu bertindak dengan cara-caranya untuk menekan teror alami kematian ketika mengalami rasa cemas yang meningkat.
Kisah Dokter Tangani Pasien Corona, Kesulitan ADP hingga Risiko Terpapar
Pandemi Mengubah Perilaku
Dalam beberapa pekan terakhir, pandemi Covid-19 telah meningkatkan kecemasan dan secara dramatis mengubah perilaku belanja masyarakat. Namun, sulit untuk belanja barang-barang pilihan secara impulsif dalam keadaan banyak toko tutup dan banyak penjual online memprioritaskan penjualan dan pengiriman barang-barang penting.
Pendekatan yang efektif dalam kondisi ini adalah mengembalikan sebanyak mungkin rutinitas dan kebiasaan belanja. Ini akan sangat berguna bagi masyarakat yang merupakan konsumen bijaksana, yang rutinitasnya mendukung pembelian sedikit demi sedikit yang stabil dan konsumsi yang terukur.
Kebiasaan belanja masyarakat mengalami banyak perubahan semenjak virus corona menjadi pandemi dunia. Dengan anjuran meminimalisasi keluar rumah, masyarakat memilih belanja melalui online.
Belanja online memang menjadi pilihan terbaik dalam kondisi seperti ini. Anda bisa membeli kebutuhan cukup bermodal aplikasi belanja online di handphone dan mobile banking atau kartu kredit.
Hampir semua kebutuhan sehari-hari tersedia di toko-toko online, mulai bahan makanan hingga peralatan rumah tangga.
Namun, apakah paket yang Anda beli terjamin keamanan dan kebersihannya? Bagaimana pun paket-paket tersebut telah disentuh oleh banyak orang sebelum sampai di tangan Anda.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine (NEJM), virus corona bisa bertahan selama 2-3 hari pada permukaan plastik dan stainless steel, serta bertahan selama 24 jam di atas permukaan kardus.
Jadi, Anda tetap harus berhati-hati saat menerima paket dari luar supaya terhindar dari risiko terpapar virus corona.
Berikut lima cara aman saat menerima dan membuka paket di tengah-tengah wabah virus corona, seperti dilansir dari Liputan6.com.
Tak Sampai 10 Menit Kelar, Begini Proses Pengajuan Keringanan Kredit di Bank
1. Usahakan Menerima Paket Tanpa Kontak
Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah tidak melakukan kontak dengan pengirim paket. Cara ini demi keamanan Anda dan juga petugas pengirim paket, supaya tidak ada kontak yang berisiko penularan virus corona.
Apalagi petugas pengantar paket biasanya berinteraksi dengan banyak orang dalam sehari. Jadi, risiko sekecil apa pun pasti ada.
Sebagai alternatif, Anda bisa meminta petugas pengirim meletakkan paket di depan pintu atau pagar. Bisa juga jika dibungkus plastik, paketnya digantungkan di pagar atau pintu rumah. Tentu saja Anda harus berkoordinasi dulu dengan petugas pengirim paket.
2. Buka Paket di Luar Rumah
Setelah menerima paket sebaiknya langsung dibuka saja. Usahakan paket dibuka di luar rumah, supaya kondisi dalam rumah tetap terjaga dari risiko terpapar virus corona.
Ada baiknya Anda membuka paket menggunakan sarung tangan. Tindakan itu lebih aman dalam pencegahan penyebaran virus corona.
3. Buang Sampah Bungkus Paket ke Tempat yang Aman
Setelah bungkus paket dibuka dan isinya diambil, sebaiknya paket langsung dibuang ke tempat sampah. Usahakan tempat sampahnya diletakkan di luar rumah. Membuang bungkus paket di luar rumah lebih aman bagi Anda dan anggota keluarga lainnya.
4. Semprot Barang dengan Cairan Disinfektan
Jika paket yang Anda terima berupa barang alias bukan makanan, ada baiknya permukaan luar barang tersebut atau bungkus plastiknya disemprot dengan cairan disinfektan.
Langkah tersebut dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan masih ada virus yang tertinggal di permukaan benda yang Anda beli.
5. Segera Cuci Tangan
Setelah membuka keseluruhan paket, segera lah mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalur. Cara mencuci tangannya sesuai anjuran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu selama 20 detik.
Pastikan Anda belum memegang benda lain sebelum memastikan tangan Anda sudah dicuci bersih dengan sabun. Mencuci tangan dengan sabun menjadi salah satu langkah yang sangat direkomendasikan untuk pencegahan persebaran Covid-19.
Meskipun para peneliti mengatakan risiko tertular virus dari permukaan yang terkontaminasi, seperti kantung dan kemasan itu rendah, lebih baik aman daripada menyesal.