Masa-masa keemasan industri perposan ada di tahun-tahun 1970 hingga 1980-an.
JEDA.ID–PT Pos Indonesia yang kini diisukan bangkrut punya sejarah panjang di Tanah Air. Sejarah Pos Indonesia dimulai pada 26 Agustus 1746 saat Belanda membangun Kantor Pos Besar di Batavia (Jakarta).
Kala itu Gubernur Jenderal G.W. Baron van Imhoff membangun kantor pos untuk menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda.
Sebagaimana dikutip dari laman PT Pos Indonesia, posindonesia.co.id, sejak berdiri pelayanan pos mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.
”Setelah Kantor Pos Batavia didirikan, empat tahun kemudian didirikan Kantor Pos Semarang untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara kedua tempat itu dan untuk mempercepat pengirimannya. Rute perjalanan pos kala itu ialah melalui Karawang, Cirebon dan Pekalongan,” sebagaimana dikutip dari laman PT Pos Indonesia, Senin (22/7/2019).
Puluhan tahun berselang, berkembangnya telegram menjadikan usaha pos digabungkan. VOC kemudian menyatukan dinas pos dengan dinas telegrap dengan status jawatan dengan nama Posten Telegrafdienst pada 1875.
Hanya dua tahun berselang, dinas pos berkembang karena berhubungan dengan pelayanan surat dan barang secara internasional. ”Sejak pemerintahan kolonial dinas pos pemerintahan Belanda sudah berhubungan dalam pengiriman surat dan barang secara internasional sehingga tercatat sebagai anggota Union Postale Universelle [UPU].”
Selama di bawah kendali Jepang, jawatan PTT dikuasai militer Jepang. Sejarah Pos Indonesia mencapai puncak pada 27 September 1945. Angkatan Muda PTT mengambil alih kekuasaan PTT dan secara resmi perusahaan ini berubah menjadi Jawatan PTT Republik Indonesia. Peristiwa tersebut diperingati menjadi hari bakti PTT atau hari bakti Postel.
Setelah kemerdekaan, perkembangan sektor pos mengalami perkembangan. Pemerintah pada 1965 kemudian mengubah Jawatan PTT Republik Indonesia menjadi Perusahan Negara dan Giro (PN Pos dan Giro).
Sejarah Pos Indonesia berubah lagi pada 1978. Pemerintah Orde Baru mengubah Pos Indonesia menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro. Sejak itulah Pos Indonesia ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giropos untuk hubungan dalam maupun luar negeri.
Masa Keemasan
Era 1990-an, Pos Indonesia berubah lagi menjadi perseroan terbatas denngan nama PT Pos Indoensia. Perusahaan ini resmi menjadi PT sejak 20 Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).
Pasang surut mewarnai perjalanan panjang dua setengah abad Pos Indonesia. Masa-masa keemasan industri perposan ada di tahun-tahun 1970 hingga 1980-an. Masyarakat pengguna jasa pos sangat setia memanfaatkan layanan pos.
Namun, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perubahan gaya hidup, serta tren liberalisasi bisnis jasa pos membuat Pos Indonesia mengalami pergeseran bisnis yang sangat signifikan.
Seperti juga dialami banyak perusahaan pos di dunia, Pos Indonesia sempat mengalami penurunan kinerja usahanya di tahun 2000-2007.
”Bisnis surat pos di tahun-tahun tersebut menurun drastis. Penggunaan pesan singkat melalui telepon seluler dan Internet menggantikan peran surat pos individu. Demikian juga persaingan kiriman barang dengan para perusahaan kurir swasta membuat pangsa pasar Pos Indonesia tergerus,” sebut Kementerian BUMN di laman bumn.go.id.
Keadaan tersebut memaksa Pos Indonesia untuk berubah dan melakukan transformasi bisnis. Manajemen perusahaan mencanangkan masa kebangkitan perusahaan di 2009 dan menyusun visi dan misi baru serta perencanaan jangka panjang untuk membangun kompetensi perusahaan agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.
Kementerian BUMN menyebut melalui berbagai program transformasi internal dan bisnis perusahaan, pendapatan Pos Indonesia di tahun 2013 mencapai lebih dari Rp4 triliun atau meningkat hampir tiga kali lipat dari periode 2006-2007. Pada 2018, target pertumbuhan pendapatan perusahaan menjadi tiga kali lipat menjadi Rp11 triliun.
”Penopang pendapatan Pos Indonesia masih ada di bisnis suratpos dan jasa keuangan. Kendati volume pengiriman surat individu tengah menurun, namun volume pengiriman surat bisnis dan kiriman korporasi terus meningkat. Sumber pendapatan terpenting lainnya adalah jasa pembayaran, jasa pengiriman uang, dan pengiriman paket,” sebut Kementerian BUMN.
”Bahwa perusahaan struggle dalam menghadapi disrupsi itu wajar saja. Saat ini Pos sedang melakukan transformasi meliputi semua aspek, bisnis, sumber daya manusia, anak usaha, pengembangan produk baru,” sebut Direktur Keuangan Pos Indonesia Eddi Santosa.