Sampel serum atau larutan antibodi yang akan diuji dilarutkan dan dicampur dengan suspensi virus.
JEDA.ID-Para peneliti rupanya sedang menciptakan alat ukur antibodi. Alat ukur antibodi bertujuan mengukur kadar antibodi dalam plasma darah, sehingga diketahui berapa kadar antibodi yang cocok diberikan kepada pasien Covid-19.
Info sehat kali ini bakal membahas alat ukur antibodi ini. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, penelitian penciptaan alat ukur kadar antibodi turut melibatkan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman.
“Jadi, Lembaga Eijkman, khususnya tim yang dipimpin oleh Profesor David Handojo Muljono melakukan upaya untuk membuat metode pengukuran kadar antibodi dari plasma, yang nanti akan diberikan kepada penderita Covid-19,” ungkap Bambang saat meghadiri Pencanangan Gerakan Donor Plasma Konvalesen di Markas Palang Merah (PMI) Jakarta seperti dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (20/1/2021).
Bagaimana Cara Tepat Menghemat Sampah?
“Metode pengukuran awalnya dikembangkan Prof David dan tim dengan goal standar yang disebut Plaque Reduction Neutralization Test [PRNT]. Memang rumit dan ini membutuhkan lab BSL-3.”
PRNT digunakan menghitung titer antibodi penetralisasi suatu virus. Sampel serum atau larutan antibodi yang akan diuji dilarutkan dan dicampur dengan suspensi virus. Lalu diinkubasi untuk memungkinkan antibodi bereaksi dengan virus–dalam hal ini virus Sars-CoV-2 penyebab Covid-19.
Pengembangan PRNT dengan metode lab BSL-3 yang rumit menjadi tantangan tersendiri. Peneliti pun sedang mencari metode yang lebih sederhana.
“Makanya, sekarang sedang dikembangkan metode yang lebih sederhana, yang tidak membutuhkan lab dan bisa mengukur kadar antibodi dengan waktu yang relatif cepat,” kata Bambang.
Alat ukur antibodi yang sedang diciptakan, lanjut Bambang dapat menentukan plasma mana yang dapat digunakan sebagai plasma utama pembentuk antibodi bagi pasien Covid-19.
“Kita tahu bahwa penderita Covid-19 ada beberapa kategori, termasuk yang penyintas Covid-19. Ada kategori gejala berat, sedang, bahkan sampai Orang Tanpa Gejala (OTG). Nah, tentunya kadar antibodi yang ada dalam plasma darah masing-masing itu beda,” ujarnya.
Apabila seluruh proses telah berjalan baik, diharapkan alat pengukur bisa mengukur kadar antibodi yang paling cocok.
Tips Menjaga Kulit Wajah Saat Pakai Masker
“Sehingga nanti dari donor [plasma konvalesen] yang ada, setelah dicek standar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kemudian diukur kadar antibodi sehingga bisa berikan donor plasma yang cocok untuk kesembuhan pasien Covid-19, baik kategori sedang sampai berat,” jelas Bambang.
Menurut Ketua Komunitas Pendonor Plasma Darah, Ariani, terapi plasma konvalesen telah dipakai dokter di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Berdasarkan penelitian, plasma darah berisikan antibodi dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19 dengan derajat berat mencapai 95 persen, dan derajat kritis hingga 59 persen.
“Intinya, semuanya masih dalam taraf penelitian, tapi menjanjikan di saat belum ada obat pasti,” ujar Ariani dalam keterangan resminya seperti dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (20/1/2021).
Penjelasan Ariani sekaligus membantah keraguan dari sebagian kalangan dokter yang mengatakan terapi plasma konvalesen tidak efektif menolong pasien terjangkit virus Corona, bahkan sudah ditinggalkan negara maju seperti Inggris.
Pencanangan Gerakan Nasional Pendonor Plasma Kovalesen oleh Wakil Presiden Maaruf Amin, dikatakan Ariani, menunjukkan bahwa terapi plasma konvalesen efektif dan menjadi pilihan saat ini.
“Jika memang tidak efektif sepertinya mustahil pemerintah lakukan ini. Terapi plasma kovalesen memang dalam taraf uji klinis di seluruh negara di dunia,” Ariani menjelaskan.
Ariani menambahkan, saat ini minat penyintas Covid-19 untuk mendonorkan plasma darahnya masih rendah, sementara permintaan sangat tinggi. Sejak berdiri 25 Desember 2020, Komunitas Pendonor Plasma sudah memfasilitasi 241 penyintas.
Berapa Lama Masa Inkubasi Covid-19? Cek di Sini
Di saat permintaan plasma konvalesen terus meningkat, tidak semua Palang Merah Indonesia (PMI) melayani donor plasma darah. Jika pun ada, kata Ariani, tidak membuka pendaftaran secara sukarela tapi berdasarkan permintaan dari rumah sakit.
Jika tidak ada permintaan, PMI tidak akan mencari pendonor. Di satu sisi, stok plasma darah antardaerah tidak merata.
“Padahal, sebetulnya antar-PMI dapat saling mengirim plasma darah jika ada kebutuhan,” Ariani melanjutkan.