Filter ini dapat berguna di bandara dan di pesawat terbang, di gedung-gedung perkantoran, sekolah dan kapal pesiar untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
JEDA.ID-Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui pedoman terkait rute penularan virus corona jenis baru penyebab Covid-19. Disebutkan bahwa rute penularan corona lewat udara bisa terjadi di ruangan tertutup.
Dikutip dari Science Daily dan ditulis detikcom, Jumat (10/7/2020), para peneliti dari University of Houston bekerja sama dengan yang lain merancang filter udara yang diklaim bisa bunuh virus Corona secara instan.
Direktur Texas Center for Superconductivity di UH, Zhifeng Ren, berkolaborasi dengan Monzer Hourani, CEO Medistar, sebuah perusahaan yang berbasis di Houston, dan peneliti lain untuk merancang filter tersebut dan dijelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Material Today Fisika
Para peneliti melaporkan bahwa tes yang dilakukan di Galveston National Laboratory menemukan 99,8 persen SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, diklaim terbunuh melalui filter dibuat dari busa nikel yang dipanaskan hingga 200 derajat Celcius. Filter ini juga disebut-sebut membunuh 99,9 persen spora antraks dalam pengujian di lab nasional, yang dijalankan oleh University of Texas Medical Branch.
“Filter ini dapat berguna di bandara dan di pesawat terbang, di gedung-gedung perkantoran, sekolah dan kapal pesiar untuk menghentikan penyebaran Covid-19,” kata Ren, Ketua MD Anderson Physics di UH dan penulis yang juga menjadi penulis makalah.
“Kemampuannya untuk membantu mengendalikan penyebaran virus bisa sangat berguna bagi masyarakat,” jelas eksekutif Medistar.
Para peneliti meyakini virus corona dapat tetap bertahan di udara selama tiga jam. Dengan pembukaan kembali bisnis, para peneliti menyebut sulit mengendalikan penyebaran di ruangan ber-AC terutama penuh dengan banyak orang.
Mendominasi Layanan Musik Streaming, Ini Kiat Maksimalkan Spotify Premium
Peneliti juga menyebut virus corona tidak dapat bertahan pada suhu di atas 70 derajat Celcius, sehingga para peneliti memutuskan untuk menggunakan filter yang dipanaskan. Dengan membuat suhu filter lebih panas sekitar 200 derajat Celcius, filter ini diklaim dapat membunuh virus corona hampir secara instan.
“Teknologi perlindungan udara dalam ruangan biodefense novel ini menawarkan pencegahan garis-pertama terhadap transmisi yang dimediasi lingkungan dari SARS-CoV-2 melalui udara dan akan berada di garis depan teknologi yang tersedia untuk memerangi pandemi corona saat ini, ” jelas para peneliti.
Waspadai Microdroplet
Ahli paru dari RS Persahabatan, dr Erlang Samoedro, SpP menjelaskan penularan lewat udara atau airborne menyebar karena ukuran droplet lebih kecil atau disebut dengan microdroplet. Ukuran microdroplet bahkan hampir mirip dengan ukuran virus corona sendiri.
“Itu kan kalau droplet biasa lebih besar daripada ukuran virus biasa, ini kalau microdroplet itu kecil banget udah kaya seukuran virus itu sendiri sehingga dia bisa berterbangan sampai jauh,” jelas dr Erlang saat dihubungi detikcom, Jumat (10/7/2020).
Karena ukuran microdroplet lebih kecil maka menurut Erlang dia bisa menyebar lebih jauh. Bahkan lebih dari jarak aman yang selama ini disebut yaitu 1 hingga 2 meter.
“Kalau mikro kan lebih kecil jadi dia beratnya ringan sangat ringan jadi dia bisa jaraknya lebih jauh daripada droplet, droplet kan sejauh 2 meter, kalau microdoplet lebih jauh lagi,” lanjut dr Erlang.
Meski begitu, dr Erlang menyebut jika microdoplet menyebar di luar ruangan ada kemungkinan langsung mati jika terpapar sinar matahari. Mengapa begitu?
“Nah masalah yang airborne transmission itu kalau di udara luar dengan angin terbuka gitu. Itu seharusnya sih mati dengan sinar matahari ya. Nah yang ditakutkan sekarang ini bisa airborne dalam ruangan tertutup itu, WHO nyebutnya seperti itu, satu ruangan gedung kawinan ruangan rapat itu bisa airborne,” kata Erlang.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk meminimalkan persebaran virus corona lewat udara atau airborne di ruangan tertutup?
“Pakai masker dan pastikan ventilasi udara sudah baik,” bebernya.
Intip Kepribadian Berdasarkan Masker yang Anda Gunakan
Hal senada juga diungkapkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto . Dia mengatakan penularan virus Corona ini terjadi melalui mikrodroplet atau droplet yang berukuran sangat kecil.
“Microdroplet ini akan melayang-layang dalam waktu yang cukup lama,” kata Yuri dalam siaran langsung BNPB, Kamis (9/7/2020).
Yuri mengingatkan untuk disiplin dalam menerapkan protokol pencegahan Covid-19 agar terhindar dari penularan penyakit ini.
“Gunakan masker apa pun alasannya karena ini melindungi kita, kedua jaga jarak. Kemudian sering mencuci tangan dengan sabun,” tegasnya.
Selain itu, Yuri menjelaskan ada beberapa cara untuk menghindari risiko penularan virus corona melalui mikrodroplet di lingkungan kantor.
“Untuk kita yang bekerja di ruang tetap seperti di ruang kerja kantor pastikan sirkulasi udara atau ventilasi ruang kerja kita setiap hari terganti udaranya,” jelasnya.
“Kemudian sebisa mungkin kalau akses mendapatkan udara segar bisa dilakukan, lakukan itu,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Yuri juga menyarankan masyarakat yang menggunakan mobil untuk rutin membuka kaca jendela setiap di pagi hari agar sirkulasi udara bersih tetap terjaga.
Hal senada diungkapkan anggota tim pakar medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Budiman Bela. Menurutnya tempat tertutup memang berpotensi menularkan virus corona, terlebih jika kondisi udara cukup dingin sehingga menjaga sirkulasi udara cukup penting untuk mencegah transmisi virus corona. Adanya sirkulasi udara yang baik memungkinkan pergantian udara terjadi dengan cepat sehingga mengurangi kemungkinan terpapar corona dari partikel aerosol.
Selain itu, dia menekankan pentingnya mengenakan masker meski berada di dalam ruangan dan tetap menjaga jarak antar satu sama lain ketika di kantor atau ruang tertutup lainnya.
“Pada saat itu aktivitas yang berpotensi mengeluarkan virus seperti berbicara atau bernyanyi atau batuk, akan tertampung oleh masker. Jadi untuk pencegahannya tetap gunakan masker,” sebut dr Budiman.