• Thu, 28 March 2024

Breaking News :

Mengenal Cryptic Pregnancy, Seseorang Tidak Menyadari Kehamilannya

Sebuah riset pada 2011 menemukan bahwa 1 dari 475 wanita mengingkari kehamilannya pada usia 20 pekan atau lebih.

JEDA.ID-Kasus tentang kehamilan mendadak tanpa didahului hubungan seks bukan 1-2 kali saja terdengar. Sebelum kasus wanita Cianjur, ada wanita Tasikmalaya mengaku hamil dan melahirkan satu jam kemudian. Dalam banyak kasus, klaim semacam ini dikaitkan dengan cryptic pregnancy yakni kondisi seseorang tidak menyadari kehamilannya.

Meski tidak selalu, cryptic pregnancy juga sering dikaitkan dengan kondisi kejiwaan tertentu. Butuh pemeriksaan psikologis untuk memastikannya.

Dokter kandungan dari RS Pondok Indah, Ni Komang Yeni Dhana Sari, menjelaskan bahwa kehamilan secara alami pada manusia harus didahului dengan penetrasi dan masuknya sel sperma. Itupun dengan syarat kualitas sperma baik dan terjadi saat sedang masa ovulasi.

Baca Juga: 10 Masalah Kepercayaan Ini Bisa Merusak Hubungan Asmara

Tanpa penetrasi, vagina secara anatomis akan menutup sehingga sperma sulit masuk begitu saja. Adanya penetrasi dan ejakulasi akan mendorong sperma untuk langsung meluncur menuju sel telur hingga terjadi pembuahan.

“Secara anatomi, vagina itu tertutup kalau ada sesuatu yang mendorong. Bayangkan dia bentuknya seperti benda yang masuk ke situ, saking elastisnya. Kalau jari ya [berbentuk] jari. Kalau tidak ada yang masuk ya bentuknya collapse saja,” jelas Yeni seperti dikutip dari detikcom, Senin (15/2/2021).

Apa itu cryptic pregnancy? Simak ulasannya di info sehat dan info kesehatan kali ini.

Dikutip dari Medicalnewstoday, cryptic pregnancy terjadi ketika seorang wanita tidak sadar dirinya hamil. Mereka kadang baru menyadarinya beberapa saat sebelum melahirkan.

Sebuah riset pada 2011 menemukan bahwa 1 dari 475 wanita mengingkari kehamilannya pada usia 20 pekan atau lebih.

Kadang-kadang, wanita dengan cryptic pregnancy juga tidak mengalami gejala-gejala kehamilan seperti mual dan perut membesar. Bayi yang lahir umumnya berat badannya kurang dan tidak mendapat layanan prenatal sebagaimana seharusnya.

Riset lain menyebut, wanita yang mengalami psychotic denial terhadap kehamilan mungkin punya penyakit mental seperti skizofrenia atau gangguan bipolar.

Baca Juga: Vitamin C Tak Signifikan Kurangi Gejala Covid-19, Bagaimana Vitamin D?

Beberapa fakta cryptic pregnancy terangkum sebagai berikut.

1. Tidak menyadari tanda-tanda kehamilan

Berbeda dengan wanita pada umumnya, cryptic pregnancy atau kehamilan samar biasanya tidak dirasakan oleh sang ibu.

Dikutip dari Medicalnewstoday, cryptic pregnancy terjadi ketika seorang wanita tidak sadar dirinya hamil. Mereka kadang baru menyadarinya beberapa saat sebelum melahirkan.

2. Biasanya dialami pada kehamilan anak kedua atau ketiga

Ketua Komite Koordinasi Pendidikan sekaligus Dokter Kandungan Rumah Sakit Hasan Sadikin Ruswana Anwar mengatakan bahwa untuk kasus anak pertama biasanya lebih mudah dikenali tanda-tanda kehamilan, seperti pada umumnya. Akan tetapi pada kasus anak kedua atau ketiga, tubuh sang ibu sudah terbiasa mengalami kehamilan, sehingga gejala tersebut menjadi tidak diperhatikan oleh sang ibu.

“Tapi kalau anak kedua atau ketiga tubuh sudah biasa, karena sudah pernah mengalami hamil, sehingga tanda-tanda hamil tidak lagi diperhatikan ibunya,” ujar Ruswana.

3. Flek kehamilan dianggap darah menstruasi

Sang ibu yang mengalami cryptic pregnancy menganggap bahwa flek yang dikeluarkan melalui organ vagina merupakan darah menstruasi.

“Sang ibu tidak menyadari, siklus haidnya kapan terakhir terjadi. Kalaupun dia mengatakan tetap keluar darah setiap bulannya, artinya ia juga tidak menghitung seberapa panjang siklusnya,” ujar dr Dinda Derdameisya SpOG saat diwawancarai via WhatsApp seperti dikutip dari detikcom, Senin (20/7/2020).

Ruswana Anwar juga menambahkan bahwa pada usia kehamilan 8 sampai 10 pekan atau bahkan sampai 12 pekan, beberapa ibu hamil akan mengeluarkan flek yang berlangsung tiga sampai lima hari. Oleh sebab itu, seorang cryptic pregnancy akan menduga flek pada kehamilan adalah darah menstruasi.

4. Testpack negatif bukan berarti tidak hamil

Hasil test pack negatif tidak selalu berarti tidak hamil (ilustrasi Freepik)

Hasil test pack negatif tidak selalu berarti tidak hamil (ilustrasi Freepik)

Dokter kandungan dari RS Brawijaya, Jakarta Selatan, dr Dinda Derdameisya, SpOG, mengatakan bahwa jika tes kehamilan yang dihasilkan oleh sang ibu bisa saja ‘False Negative’. Artinya, hasilnya negatif meski sebenarnya positif. Ini bisa terjadi jika pemeriksaan baru dilakukan setelah 20 minggu terjadi kehamilan, sehingga hormon HCG nya sudah menurun.

“Tes kehamilan dengan mendeteksi hormon Hcg itu puncaknya berada di 11 pekan. Setelah itu fungsinya digantikan dengan ari-ari atau plasenta. Jadi kalau baru melakukan tes kehamilan pada 20 pekan, pasti hasilnya negatif karena Hormon Hcg nya sudah turun.” ujar dr Dinda.

5. Pentingnya pemeriksaan USG

Menurut Dinda, upaya yang paling mungkin dilakukan sang ibu adalah mendeteksi keberadaan bayi adalah lewat USG. Pada usia 20 pekan dalam mendeteksi secara subjektif sang ibu seharusnya sudah bisa merasakan pergerakan bayi di dalam perutnya.

Lalu apakah risiko dari cryptic pregnancy? Dokter menyebut ada risiko yang ditanggung bayi karena kurangnya pemeriksaan prenatal.

Dokter kandungan dari RS Brawijaya Jakarta Selatan, Dinda Derdameisya, mengatakan bahwa perkembangan janin tidak akan terpantau jika ibu yang tidak menyadari kehamilannya. Karenanya, risikonya bisa bermacam-macam.

“Apabila perempuan tidak melakukan pemeriksaan dan tidak terpantau perkembangan janin, termasuk bagaimana nutrisinya tercukupi atau tidak, apakah ada anemia atau tidak pada janin nya, apakah ibunya memiliki diabetes atau tidak, maka risiko pada kesehatan bayi pun bermacam-macam bahkan fatal,” jelasnya.

Baca Juga: Menyingkap Sosok Sukanto Tanoto, Yang Dikabarkan Beli Gedung di Jerman

“Pecah ketuban, hipertensi pada ibunya. Bisa jadi kejang-kejang,” lanjut dr Dinda saat dihubungi detikcom.
Idealnya, ibu hamil secara berkala memeriksakan kandungannya. Termasuk USG (ultrasonografi) dan pemeriksaan nutrisi. Jika tidak, maka kemungkinan ada gangguan pada bayi akan sulit terdeteksi.

Beberapa risiko yang mungkin dialami bayi antara lain lahir dengan bobot rendah, juga anemia.

 

 

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.