Rencananya akan ada 2,9 hektar (ha) lahan untuk pembangunan Masjid Agung di Solo.
JEDA.ID – Indonesia menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab dalam perjanjian yang ditandatangani pada 11-13 Januari 2020. Perjanjian tersebut salah satunya memuat kesepakatan pembangunan masjid Grand Mosque Muhammad bin Zayyed di Solo, Jawa Tengah.
Disampaikan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhur Binsar Pandjaitan, Masjid ini adalah hibah dari pemerintah UEA karena kedekatan Presiden Joko Widodo dengan pemimpin UEA.
Rencananya akan ada 2,9 hektar (ha) lahan untuk pembangunan Masjid Agung di Solo. “Ini semacam hibah karena dekat dengan presiden,” ungkap Luhut dilansir Detik.com, Senin (6/1/2020).
Masjid ini akan menjadi duplikat dari Grand Mosque Abu Dhabi. Dia memperkirakan biaya membangun Masjid ini berkisar US$ 40 juta atau berkisar Rp 5,6 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
“Tidak tahu persis (biayanya) tapi itu duplikatnya Masjid Grand Mosque Abu Dhabi. di bangun di Solo hadiahnya putra mahkota Abu Dhabi. Tapi kalau dikira-kira ya sekitar US$40 juta,” kata Luhut.
Lahan yang digunakan untuk membangun Masjid ini adalah bekas lahan Pertamina. Dihibahkan oleh Pemda Solo untuk masyarakat.
Dilansir Solopos.com, 22 Desember 2019, lokasi yang dimaksud adalah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Gilingan. SPBU ini telah ditutup per 18 Desember 2019.
Penutupan ini berkaitan dengan pembangunan bangunan yang disebut Arya Yusa Dwi Candra sebagai Islamic Center. Arya adalah Senior Supervisor Communication and Relations Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV.
Selain pembangunan masjid, ada sejumlah hal lain yang disepakati dalam draf kerjasama itu. Kabag Kerja Sama Luar Negeri Setjen Kemeng Thobib Al-Asyhar memaparkan salah satu poin dalam draf kerja sama Indonesia-UEA yakni mengenai wakaf.
Kenali Tahapan Sebelum Masuk Daftar Tunggu Haji
Mou Indonesia-UEA
Thobib Al-Asyhar yang sekarang sudah berada di Abu Dhabi mengatakan bahwa draft MoU telah dinyatakan final dan siap ditandatangani kedua pimpinan negara.
“Draft sudah siap untuk ditandatangani saat pertemuan antara Presiden Jokowi dan Crown Prince Muhammed Bin Zayyed (MBZ) di Istana Kepresidenan Qasr al-Watan, Abu Dhabi,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman resmi Kemenag, Jumat (10/1/2020).
Menurutnya, draft MoU dinyatakan final setelah dibahas bersama Tim Aju Substansi antara delegasi Indonesia-UEA. Selain bidang urusan wakaf, pemimpin kedua negara akan menandatangani sekitar 7 poin lagi mengenai urusan Islam.
Pertama, pertukaran pengalaman dan keahlian untuk mempromosikan konsep-konsep moderasi beragama, nilai-nilai toleransi, dan meningkatkan kesadaran publik dalam menghadapi bahaya ekstremisme.
Kedua, pengembangan kapasitas imam, khatib, dan mufti melalui berbagi praktik terbaik. Ketiga, pertukaran keahlian di bidang penghafalan, pembacaan, serta terjemahan Alquran dan Sunnah.
Keempat, pertukaran pengalaman di bidang manajemen wakaf, pengembangan dan investasinya. Kelima, bertukar cetakan, publikasi, dan terjemahan Kitab Suci Alquran serta hasil cetakan, hasil penelitian, publikasi, dan majalah.
Keenam, pertukaran keahlian dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan masjid yang bertujuan untuk mempromosikan masjid sebagai tempat ibadah dan bimbingan keagamaan moderat yang aman.
“Terakhir, pertukaran delegasi dan peserta di semua tingkatan dan partisipasi pada forum, konferensi, dan Musabaqah Alquran,” ujarnya.
Bantuan ini merupakan bagian dari komitmen UEA bersama Indonesia untuk membangun masjid yang ramah bagi semua orang, sekaligus sebagai wadah penyebaran Islam wasathiyah (moderasi beragama).
Dalam penandatangan nanti, hadir juga Menteri Agama Fachrul Razi, beserta Sekjen Kemenag M Nurkholis Setiawan. Sedangkan Tim Advance yang telah diutus sebanyak dua orang dari Biro Hukum dan KLN, Thobib Al-Asyhar, dan Ditjen Bimas Islam, Achmad Zamroni.
Belajar dari Masjid di Sukoharjo, Cegah Tanah Wakaf Diagunkan