Memberikan akar bajakah tidak selalu efektif karena ada yang tidak sempat menjemur atau merebus. Alhasil Helana memilih membagikan air rebusan siap minum.
JEDA.ID–Akar bajakah yang bisa menjadi penyembuh kanker payudara tengah naik daun. Penjualan akar ini kian marak baik di pasar-pasar tradisional sampai toko online. Namun, di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, ramuan akar bajakah dibagikan cuma-cuma.
Nama akar bajakah menjadi perhatian setelah tiga siswa SMA 2 Negeri Palangkaraya (Kalteng) menyabet medali emas dalam olimpiade ilmiah di Seoul, Korea Selatan, Agustus 2019.
Ketiga siswa ini mempresentasikan hasil penelitian mereka terhadap khasiat akar ini. Menurut ketiga siswa sang juara, dari hasil uji laboratorium, akar pohon bajakah mampu mengobati penyakit mematikan seperti kanker dan tumor.
Bajakah adalah tumbuhan yang jika dipotong, akarnya mengucurkan cairan seperti air. Sebenarnya akar tanaman ini sudah digunakan masyarakat etnis Dayak di Kalimantan secara turun-temurun.
Mengenal Lestari Moerdijat, Penyintas Kanker yang Jadi Wakil Ketua MPR
Salah seorang dari mereka yang mengidap kanker payudara stadium empat telah mengungkapkan testimoninya setelah merasakan khasiat dari akar bajakah. Kanker payudaranya sembuh.
Kepala Laboratorium Bio Kimia dan Molekuler dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM), Eko Suhartono, tak menyangka saat ditawari meneliti kayu bajakah ada banyak kandungan senyawa antioksidan pada kayu bajakah yang bisa berfungsi melawan sel kanker.
“Hasil penelitian di lab, yang jelas bajakah ini memiliki senyawa-senyawa yang bisa berperan sebagai antioksidan yang sekaligus bisa berperan sebagai antikanker,” ujar dia sebagaimana dilansir dari laman indonesia.go.id, Kamis (9/1/2020).
Bertebaran di Pasar
Melambungnya akar bajakah sebagai penyembuh kanker payudara menjadikan banyak warga di Kalimantan yang melihat sebagai peluang emas. Di pasar-pasar di Balikpanan atau Penajam Paser Utara, banyak pedagang yang menjajakan akar ini.
Di beberapa pasar di Balikpapan misalnya akar kayu ini dijual Rp150.000 per kilogram untuk yang sudah dikupas dan dikeringkan. Ada yang menjualnya dengan harga Rp100.000 untuk 15 potong akar kering dengan panjang 30 sentimeter yang sudah dikemas dalam bungkus plastik.
Ada juga yang mematok harga Rp50.000 untuk setengah kilogram. Pedagang akar bajakah memiliki pelanggan yang tersebar di Indonesia mulai Papua, Jawa, NTT, NTB, Bali, dan Sumatra.
Saat akar ini naik daun, Ketua Adat Dayak di Penajam Paser Utara, Helana, memilih memberikan cuma-cuma air rebusan dari bajakah.
Kerap Tidak Disadari, Ini Gejala Awal Kanker
Helana yang saat ini menjabat Kepala Seksi Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Penajam Paser Utara ini mengatakan bajakah sudah lama ada di hutan Benuo Taka.
”Terinspirasi dari keluarga kami, banyak yang meninggal karena kanker, termasuk ayah saya, ipar dan tante saya. Berangkat dari kejadian di masa lalu itu, kami sekeluarga bersepakat membantu orang-orang yang membutuhkan, artinya orang yang terkena tumor dan kanker,” kata dia.
Helana mendapatkan akar pohon iini dari hutan dan kebun keluarga besarnya. Setiap harinya, dia merebus dua galon air akar bajakah. Kepada warga yang meminta, ia memberi dengan takaran satu minggu konsumsi, yakni 4 botol, karena khawatir air tersebut akan basi jika terlalu banyak.
Tersebar Luas
Dia membagikan air rebusan dari bajakah bukan tanpa alasan. Memberikan akar bajakah tidak selalu efektif karena ada yang tidak sempat menjemur atau merebus akar itu. Alhasil dia memilih membagikan dalam bentuk air siap minum.
Aksi Helana membagi-bagikan air rebusan ini kemudian tersebar luas. Banyak masyarakat yang mencarinya untuk mendapatkan air rebusan itu. Tidak hanya warga setempat, warga dari berbagai daerah juga mendapatkan air rebusan itu secara cuma-cuma.
”Dari Aceh, Sumatera, Jawa sampai Bali, saya kirimkan semua, meskipun saya tidak kenal. Yang jelas melampirkan foto pasien dan KTP pasien. Saya kirim gratis melalui ekspedisi dan menggunakan jasa kirim yang ongkirnya mereka yang bayar,” kata dia.
Ketua Adat Dayak di Penajam Paser Utara ini menyayangkan banyak warga yang mengambil akar bajakah lantas memperjualbelikannya. Di mata dia, akan lebih membawa berkah bila akar itu digunakan untuk membantu orang lain tanpa imbalan.
Populatitas akar bajakah yang melambung ini menjadi tantangan tersendiri karena eksistensi tumbuhan bajakah menjadi rawan. Dinas LIngkungan Hidup (DLH) Penajam Paser Utara menyatakan tanaman bajakah banyak tumbuh di hitan dan lahan negara. Ini yang menjadi perhatian pemerintah agar pemanfaatan akar bajakah tidak sampai mengganggu pelestarian tumbuhan.