Hipersomnia merupakan salah satu bentuk gangguan tidur. Jika mengalami hipersomnia, Anda harus segera mengatasinya.
JEDA.ID-Hipersomnia merupakan salah satu bentuk gangguan tidur. Hipersomnia bisa menimpa siapa saja terlebih di situasi serba tak pasti seperti sekarang.
Hipersomnia tentu sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, di samping berdampak buruk pada kesehatan.
Penderitanya akan merasa lelah, stres, dan mengantuk berlebihan. Lalu, apakah hipersomnia itu? Apakah perbedaannya dengan insomnia? Tips kesehatan kali ini membahas masalah hipersomnia.
Begini Cara Kerja Vaksin Membentuk Kekebalan Tubuh
Menurut Psikolog dan Konsultan Kesejahteraan, Lee Chambers, hipersomnia adalah kondisi di mana seseorang merasa ingin tidur sepanjang hari.
Hipersomnia bisa terbagi dalam dua kategori, yaitu primer dan sekunder. Di golongan primer, orang akan susah mengontrol tidur dan bangun karena adanya masalah di otak. Sementara di kelas sekunder semata menyebabkan kurangnya tidur.
“Ini juga mungkin akibat fungsi tiroid yang rendah atau cedera otak traumatis, dan obat-obatan tertentu dapat memicu hipersomnia pada individu,” kata Lee.
Dikutip dari The Sun dan ditulis Liputan6.com, berikut tanda-tanda hipersomnia yang harus Anda waspadai.
1. Lelah Terus
Gejala hipersomnia akan mengakibatkan kelelahan secara terus-menerus. Kemungkinan Anda kekurangan energi dan ingin tidur sepanjang hari.
Hope Bastine sebagai ahli perusahaan teknologi Simba, menjelaskan bahwa hipersomnia juga akan terjadi jika seseorang kekurangan sinar matahari. Ia menambahkan, menghirup udara segar adalah cara bagus untuk meningkatkan energi.
2. Mudah Tersinggung
Ketika penderita hipersomnia bangun dari tidur, mereka akan merasakan perasaan tak enak dan cenderung kesal sepanjang hari.
Para ahli menyarankan, rutinitas tidur adalah cara terbaik untuk meminimalkan gejala hipersomnia. Ketika mudah tersinggung, buatlah buku harian dan menetapkan apa yang boleh maupun tak boleh dilakukan sebelum tidur.
3. Kehilangan Nafsu Makan
Gangguan tidur ini biasanya memicu hilangnya nafsu makan. Para ahli mengatakan, penderita gangguan tidur ini harus memiliki pola makan yang seimbang. Mereka juga menyarankan untuk mengurangi alkohol dan tidak mengonsumsi sembarang obat.
4. Cemas
Jika kekurangan tidur, sebagian besar seseorang akan dilanda perasaan cemas tanpa sebab. Ahli saraf mengatakan, kurang tidur akan memperkuat tingkat kecemasan antisipatif.
Hari Oeang, Sejarah Panjang RI Punya Mata Uang Sendiri
Ketika ini terjadi, amigdala otak dan korteks insular akan hidup, bagian otak akan terhubung dengan emosional. Hasilnya adalah pola meniru aktivitas otak yang juga terlihat pada orang menderita gangguan kecemasan.
5. Kesulitan Mengingat
Menurut para ahli dari University of California, lupa merupakan gejala yang biasanya diderita orang tua. Jika kualitas tidur buruk, hal ini dapat memicu otak kehilangan memori secara signifikan, bahkan memperburuk kondisi otak.
Kurang tidur juga dapat menstimulasi bagian otak secara berlebihan, biasanya disebut plastisitas saraf otak.
Pengobatan gangguan tidur ini biasanya tergantung kondisi penderita. Dokter akam memberi resep obat stimulan yang dapat membantu merasa lebih terjaga.
“Mengubah gaya hidup adalah bagian penting dari hasil jangka panjang, termasuk rutinitas tidur yang konsisten dan jam malam untuk makan besar, olahraga, juga stimulan di malam hari,” kata Lee.
Akhirnya, lingkungan tidur yang tenang, gelap, sejuk, dan bebas dari stimulasi adalah tempat yang tepat untuk memulai, serta bereksperimen menemukan keseimbangan optimal diri.