• Wed, 24 April 2024

Breaking News :

Ilmuwan Ini Sebut Efikasi Vaksin Pfizer Cuma 19%-29%

Opini sang ilmuwan dari AS ini cukup menuai pro dan kontra, termasuk di China.

JEDA.ID-Ilmuwan Amerika Serikat (AS) sebut efikasi vaksin Pfizer Cuma 19-29%. Pernyataan ini bertentangan dengan klaim perusahaan bahwa vaksin Pfizer disebut punya efikasi  yang sangat tinggi.

Perusahaan farmasi itu menyebut efikasi atau kemanjuran vaksin Pfizer mencapai 95%. Akan tetapi ilmuwan asal Amerika Serikat ini mengutarakan keraguannya.

Keraguan itu dilontarkan oleh asisten profesor riset layanan kesehatan di University of Maryland School of Pharmacy, Peter Doshi. Dia juga merupakan editor di British Medical Journal.

Self-love, Cara untuk Berterima Kasih pada Diri Anda

Awalnya, dia menyebut hasil uji coba vaksin Pfizer dan juga Moderna yang ada di domain publik hanya berupa protokol penelitian dan siaran pers, sehingga dipandang kurang memadai. Setelah publikasi uji coba dirilis pun, Doshi tetap tidak puas dengan hasilnya.

Pada 4 Januari 2021 silam, Doshi menulis artikel dalam blog di jurnal tersebut yang mempertanyakan efikasi Pfizer. Pfizer telah menyebutkan bahwa mereka menemukan 170 kasus Covid-19 terkonfirmasi dengan tes PCR dalam uji coba fase III dan secara total ada 3.140 kasus terduga kena Corona.

Nah, jika semua kasus terduga itu terkonfirmasi benar sebagai penderita Corona, efikasi vaksin Pfizer menurut Doshi anjlok hanya 19%.

“Bahkan setelah dihilangkan kasus yang terjadi dalam 7 hari setelah vaksinasi [409 di vaksin Pfizer vs 287 pada plasebo], yang seharusnya mencakup sebagian besar gejala karena reaktogenitas vaksin jangka pendek, angka efikasi tetap rendah di 29%,” tulisnya seperti dikutip detikcom, Selasa (19/1/2021).

Opini dari Doshi ini cukup menuai pro dan kontra, termasuk di China. Media corong pemerintah China, Global Times, menghubungi beberapa pakar, sebagian meragukan pendapat Doshi. Sebab metode Doshi menghitung semua partisipan uji coba yang menunjukkan gejala adalah penderita Corona, meskipun tes PCR menunjukkan hasil negatif.

Ini Makanan Ikan Koi yang Tepat Agar Tetap Sehat

“Tes PCR itu sangat tinggi sensitivitasnya, 98,6% pada tahun silam. Tapi sensitifitasnya bisa hanya berada di bawah 5% menurut metode perhitungan Doshi ini,” cetus Zhuang Shilihe, pakar vaksin di Guangzhou.

Doshi juga disebut ada indikasi anti vaksin. Sebelumnya, dia pernah mengkritik vaksin lain, seperti vaksin untuk flu.

Pfizer sendiri yakin vaksinnya efektif dengan efikasi lebih dari 90% dan beberapa negara termasuk Amerika Serikat dan Kanada telah menyetujui penggunaannya, walaupun ada kehebohan kasus puluhan lansia di Norwegia meninggal dunia setelah diberi vaksin Pfizer itu.

Sebelumnya, vaksin Pfizer telah diberikan di berbagai negara, termasuk di Norwegia. Akan tetapi di negara Skandinavia ini, dilaporkan 29 lansia meninggal dunia setelah diberikan vaksin Pfizer. Bagaimana tanggapan Pfizer mengenai peristiwa ini?

Perusahaan asal Amerika Serikat ini, yang bermitra dengan perusahaan Jerman BioNtech dalam pembuatan vaksin Corona, mengaku sudah menerima laporan kematian usai divaksin tersebut dan sedang bekerja sama dengan Norwegian Medicines Agency (NOMA) untuk mengumpulkan informasi yang relevan.

“Otoritas Norwegia memprioritaskan imunisasi warga di panti jompo, kebanyakan sudah sangat tua dengan kondisi medis bawaan dan sebagian sudah berada di tahap akhir penyakitnya,” sebut Pfizer dikutip detikcom dari ABC, Senin (18/1/2021).

Bus Social Distancing Mengaspal, Ini Spesifikasinya

“NOMA memberi konfirmasi bahwa angka insiden sejauh ini tidak mengkhawatirkan dan sesuai dengan ekspektasi. Semua laporan kematian akan dievaluasi secara menyeluruh oleh NOMA untuk menentukan apakah insiden itu berhubungan dengan vaksin,” tambah Pfizer.

Sebagian pakar menyebutkan insiden kematian di Norwegia mungkin telah diperkirakan mengingat penerima vaksin Pfizer sudah sangat berumur dan ada yang penyakitnya sudah parah. “Siapapun yang berada di fasilitas perawatan untuk orang tua biasanya sangat rapuh dan juga punya beberapa penyakit,” sebut Dr Rob Grenfell, pakar kesehatan di Australia.

Seperti diberitakan, penyebab kematian yang sebenarnya memang belum terungkap dan sedang diinvestigasi secara intensif. Dalam keterangan tertulisnya, NOMA menyebut semua kematian tersebut setelah pemberian vaksin Pfizer.

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.