JEDA.ID–Apakah Anda memiliki hand sanitizer non-alkohol? Jika jawabannya iya, jangan buru-buru membuang hand sanitizer non-alkohol itu ya. Loh kenapa?
Berdasarkan temuan terbaru hand sanitizer non-alkohol sama efektifnya membunuh virus corona. Tips kesehatan ini bakal membahas efektivitas hand sanitizer non-alkohol dalam membunuh virus corona.
Sebuah studi baru dari para peneliti di Brigham Young University menemukan bahwa pembersih tangan (hand sanitizer) bebas alkohol sama efektifnya dengan yang mengandung alkohol dalam mendesinfeksi permukaan dari virus Covid-19.
Dilansir dari News Medical Net dan ditulis Bisnis.com pada Kamis (3/12/2020), para ilmuwan itu menduga bahwa preferensi Center for Disease Control and Prevention (CDC) untuk pembersih alkohol berasal dari penelitian yang masih terbatas, tentang apa yang benar-benar berfungsi untuk mendisinfeksi SARS-CoV-2.
Untuk mengeksplorasi opsi lain peneliti merawat sampel virus corona baru dengan benzalkonium klorida yang biasa digunakan dalam pembersih tangan bebas alkohol, dan beberapa senyawa amonium kuaterner lainnya yang biasa ditemukan dalam disinfektan.
Perhatian! Ini Pedoman Terbaru Soal Masker dari WHO, Kini Diperketat
Dalam sebagian besar kasus uji coba, senyawa tersebut ternyata dapat memusnahkan hingga 99,9 persen virus dalam waktu 15 detik. Efektivitas ini sama dengan cairan pembersih tangan yang menggunakan alkohol sebagai kandungannya.
Benjamin Ogilvie, penulis utama studi mengatakan bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan pembersih tangan bebas alkohol bekerja sama baiknya, jadi bisa digunakan. Pembersih tangan itu juga efektif melawan virus flu, dan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan yang mengandung alkohol.
Dia mengatakan benzalkonium klorida dapat digunakan dalam konsentrasi yang jauh lebih rendah dan tidak menyebabkan perasaan terbakar, seperti yang mungkin terjadi ketika menggunakan hand sanitizer beralkohol.
“Ini dapat membuat hidup lebih mudah bagi orang yang harus sering membersihkan tangan mereka, seperti petugas kesehatan dan mungkin bahkan meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap pedoman sanitasi,” katanya.
Antonio Solis Leal, yang juga terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa memiliki lebih banyak pilihan untuk mendisinfeksi rumah sakit dan tempat umum sangat penting. Berilah ke pembersih tangan bebas alkohol juga lebih mudah dilakukan.
Telah Lama Ditinggalkan
Profesor di Brigham Young University, Brad Berges, mengatakan selama pandemi, pembersih tangan non-alkohol telah ditinggalkan karena pemerintah mengatakan hal tersebut tidak efektif lantaran kebaruan virus dan keunikannya.
Akan tetapi, penelitian ini membantah hal tersebut. Benzalkonium klorida biasanya bekerja dengan baik melawan virus yang dikelilingi oleh lipid, seperti virus corona baru. Para peneliti percaya bahwa itu akan cocok untuk mendisinfeksi virus tersebut.
Pare, Si Pahit yang Punya Segudang Manfaat
Dalam menguji hipotesis mereka, para peneliti menempatkan sampel Covid dalam tabung reaksi dan mencampurnya dengan senyawa berbeda, termasuk larutan benzalkonium klorida 0,2 persen dan tiga disinfektan yang tersedia secara komersial dengan senyawa amonium kuaterner serta air sadah.
Dengan simulasi kondisi dunia nyata, para peneliti menetralkan senyawa desinfektan, mengekstraksi virus dari tabung, dan menempatkan virus pada sel hidup. Hasilnya virus gagal menyerang dan membunuh sel, yang menunjukkan bahwa ia telah dinonaktifkan oleh senyawanya.
“Beberapa orang telah melihat penggunaan senyawa ini untuk melawan Covid-19. Akan tetapi kami yang pertama secara benar, melihatnya dalam kerangka waktu praktis, menggunakan 4 opsi berbeda, dengan keadaan realitas yang memiliki kotoran di tangan,” kata Berges.
Sementara itu, Ogilvie berharap memperkenalkan kembali pembersih bebas alkohol ke pasar dapat meringankan kekurangan dan mengurangi kemungkinan orang menghadapi beberapa pembersih beralkohol yang berpotensi memunculkan masalah.
“Hand sanitizer bisa memainkan peran yang sangat penting dalam pengendalian Covid-19. Ini adalah informasi yang dapat memengaruhi jutaan orang,” pungkasnya. Studi ini dipublikasikan secara daring di Journal of Hospital Infection.