Hasil studi menunjukkan jumlah sperma pria yang terinfeksi berkurang setengahnya, 30 hari setelah dinyatakan positif Covid-19. Motilitas pria juga disebut terhambat.
JEDA.ID-Baru-baru ini, sebuah studi mengungkap virus corona merusak sel testis. Jika corona merusak sel testis, apakah terinfeksi corona bisa bikin pria mandul?
Tips kesehatan kali ini membahas virus corona merusak sel testis dan dampaknya terhadap kesuburan kaum Adam. Hasil studi menunjukkan jumlah sperma pria yang terinfeksi berkurang setengahnya, 30 hari setelah dinyatakan positif Covid-19. Motilitas pria juga disebut terhambat.
Akibatnya, para peneliti menyimpulkan sperma tidak bisa berenang dengan baik. Peneliti juga menyebut hal ini terjadi pada pasien bergejala ringan Covid-19.
“Virus corona dapat merusak testis dengan mengikat sel reseptor ACE2,” sebut dokter dari Sheba Medical Center, yang memimpin penelitian tersebut, Dan Aderka, mengatakan kepada Jerusalem Post, dikutip dari The Sun seperti dikutip dari detikcom, Kamis (8/10/2020).
5 Industri Ini Cari Banyak Pekerja di Tengah Badai PHK
Menurut Dr Aderka, penelitian dilakukan pada 12 pasien yang meninggal usai tertular Covid-19 mengungkapkan bahwa virus corona terdeteksi di 13 persen sperma mereka.
“Ada penurunan 50 persen dalam volume, konsentrasi, dan motilitas sperma pada pasien dengan penyakit sedang, bahkan 30 hari setelah diagnosis,” beber Aderka.
Namun, ahli lain menanggapi kemungkinan menurunnya jumlah sperma tidak semata-mata didasari infeksi Covid-19. Mengapa?
Para ahli mengklaim bahwa itu lebih mungkin disebabkan oleh demam, salah satu gejala utama Covid-19 daripada penyebab langsung infeksi. Demam disebut dapat mempersulit tubuh untuk membuat sperma, tetapi produksinya pulih setelah infeksi berlalu.
“Orang yang terkena Covid-19 kemungkinan sedang tidak enak badan, bahkan influenza akan menyebabkan penurunan jumlah sperma untuk sementara,” sebut mantan ketua British Fertility Society, Allan Pacey.
“Pertanyaannya adalah apakah itu permanen dan apakah itu dapat dipulihkan?” lanjutnya.
Trik Cari Kerja saat Pandemi agar Sukses Dilirik
Menanggapi studi tersebut, ia mengingatkan pasien yang meninggal usai terinfeksi Covid-19 memiliki kondisi tertentu yang umumnya lebih parah. Studi di Israel pun belum peer-reviewed.
“Mereka juga cenderung lebih tua, yang akan menyebabkan jumlah sperma mereka turun,” katanya, menanggapi studi.
Sementara itu, Profesor Virologi Ian Jones dari University of Reading mengatakan virus Corona perlu berjalan dalam aliran darah untuk mencapai testis, yang menurutnya ‘tidak secara umum’ seperti yang dilakukan virus.
“Situs utama replikasi virus adalah saluran pernapasan dan untuk mencapai tempat lain, virus harus berjalan dalam aliran darah,” beber Ian Jones.
Sebelumnya, peneliti China dan Amerika Serikat (AS) menemukan virus corona dapat memperbesar dan menyerang sel-sel yang menghasilkan sperma. Kemungkinan dengan cara mengikat enzim pada permukaan sel.
Namun para peneliti mengatakan hampir tidak ada gen virus yang ditemukan di dalam air mani. Hal ini menunjukkan bahwa virus corona yang menyerang testis bukan infeksi menular seksual.
“Donasi sperma dan rencana kehamilan bagi pasien Covid-19 sebaiknya dipertimbangkan,” jelas para peneliti dalam makalah peer-review yang diterbitkan dalam European Urology Focus, belum lama ini.
Sejak kali pertama ditemukan di Wuhan ada perdebatan apakah virus corona berdampak pada kesuburan pria. Beberapa penelitian menemukan kelainan hormon pada pria pengidap Covid-19 tetapi tidak ada jejak virus yang ditemukan pada sampel sperma pasien.
5 Manfaat Rutin Minum Air Hangat di Pagi Hari
Mengutip South China Morning Post, dalam studi terbaru, sampel 11 pasien yang meninggal karena virus corona di Wuhan dianalisis oleh tim yang dipimpin oleh Ming Zhou, seorang profesor di Tufts Medical Center di Boston, dan Dr Nie Xiu, dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan.
Mereka menguji gen virus di jaringan yang terlibat dalam produksi sperma dan testosteron. Beberapa sampel yang mengalami kerusakan oleh virus juga diteliti.
Hanya satu sampel yang menunjukkan jejak virus, yaitu dari pasien dengan viral load yang tinggi. Peneliti menduga virus itu berada dalam darah bukan di jaringan testis.
Meski begitu lebih dari 80 persen sampel menunjukkan kerusakan signifikan pada tubulus seminiferus yaitu bagian testis yang memproduksi sperma.
Tidak diketahui bagaimana virus merusaknya tanpa memasuki sel testis. Yang pasti, testis mengandung enzim ACE2, yang dapat diikat oleh virus corona menggunakan protein spike.
“Kami berspekulasi protein membran virus, seperti protein lonjakan, dapat berperan dalam cedera,” tulis European Urology Focus.
Peneliti dari Pusat Kesehatan Masyarakat Shanghai di Universitas Fudan, Zhang Zhuye, mengatakan tidak ada bukti ilmiah langsung untuk teori bahwa virus menyebabkan kerusakan tanpa benar-benar memasuki sel.
“Sejumlah strain virus dapat mengikat dengan ACE2, dan dapat mempengaruhi fungsi normalnya. Ini dapat menyebabkan kerusakan sel tipe tertentu, yang tergantung pada enzim,” kata Zhang.
Kerusakan yang ditemukan dalam sampel penelitian juga bisa disebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Beberapa pasien Covid-19 kritis mengidap kegagalan multi organ dan penelitian sebelumnya memperkirakan semua ini disebabkan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan yang rusak.
Tim Zhou menyimpulkan penelitian harus dilanjutkan untuk menemukan cara mengurangi risiko cedera testis selama perjalanan penyakit Covid-19.