penjahat siber masih akan mencatut Covid-19 dalam menjalankan serangannya di tahun 2021.
JEDA.ID–Contact tracing Covid-19 diprediksi turut menjadi serangan para hacker pada 2021 ini.Hal ini karena contact tracing Covid-19 memiliki banyak data penting dan data pasien.
Simak terus ulasannya di tips gadget dan teknologi kali ini. Ya, seperti kita ketahui memasuki tahun 2021, pandemi Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Perusahaan keamanan siber Trend Micro memprediksi penjahat siber masih akan mencatut Covid-19 dalam menjalankan serangannya di tahun 2021.
Country Manager untuk Trend Micro Indonesia Laksana Budiwiyono mengatakan salah satu sektor yang rawan dibobol oleh hacker adalah contact tracing.
Ini Deretan Artis Pemain Saham, Siapa Saja Ya?
“Di situ banyak data penting, data pasien. Itu potensi serangan bisa tinggi di sana karena jadi sorotan di sana,” kata Laksana dalam media briefing virtual seperti dikutip dari detikcom, Kamis (7/1/2021)
Laksana pun meminta pemerintah dan rumah sakit yang berperan dalam contact tracing untuk berhati-hati dan mengetatkan protokol keamanan sibernya agar tidak terjadi pencurian data.
Perusahaan pengembang vaksin juga harus berhati-hati karena ada aktor jahat yang bisa menyusup untuk mengumpulkan intelijen dan mencuri data penelitian vaksin. Penyusupan seperti ini sendiri telah beberapa kali terjadi di tahun 2020.
Selain lewat contact tracing, penjahat siber juga menebar serangan malware lewat link berita palsu yang berkaitan dengan Covid-19 dan email spam.
Laksana mengatakan pada kuartal ketiga tahun 2020, Trend Micro menemukan Indonesia merupakan negara dengan peringkat pertama di dunia yang menerima serangan malware yang berkaitan dengan Covid-19 dengan jumlah 11.088.
Sepertiga Penyintas Covid-19 Alami Masalah Neurologis
“Sometimes setiap kali ada berita atau link yang kaitannya dengan Covid-19, kita berusaha untuk klik karena pengen tahu. Itu yang dimanfaatkan, berita palsu atau link itu sudah tercemar, sudah ter-compromise. Itu titik awal untuk menyusup,” jelas Laksana.
Selain itu, serangan siber lewat email spam yang memanfaatkan Covid-19 juga cukup tinggi yaitu sebanyak 11.889. Angka ini menjadikan Indonesia negara pertama dalam serangan email spam yang berkaitan dengan Covid-19.
“Salah satu media masuknya serangan adalah lewat email, dan cukup tinggi persentasenya sekitar 90% lebih. Jadi email protections adalah satu hal yang penting juga untuk dijaga,” pungkas Laksana.