• Thu, 18 April 2024

Breaking News :

Berwisata ke Sawah Berbentuk Sarang Laba-Laba di Manggarai

Pembagian sawah yang berbentuk sarang laba-laba ini mengikuti ketentuan adat yang ditentukan dari kedudukan di kampung dan jumlah anggota keluarga.

JEDA.ID–Bila sawah di Bali terkenal dengan sistem pengairan subak, sawah di Manggarai, Nusa Tenggara Timur ini punya pesona lain. Sawah berbentuk sarang laba-laba di Manggarai ini menjadi pesona wisata.

Biasanya petak-petak sawah berbentuk persegi atau persegi panjang dan digarap sejajar dengan rapi. Namun, di Desa Cancar, Ruteng, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, petak-petak sawah berbentuk menyerupai sarang laba-laba.

Petak sawah unik itu yang bisa menjadi tempat wisata ini disebut Lingko dalam bahasa lokal. Lingko merupakan sebuah warisan adat dan tradisi yaitu tanah adat yang dimiliki secara komunal harus dibagi dan digunakan secara adil untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Manggarai.

Bagaimana awal mula sawah berbentuk sarang laba-laba ini terbentuk? Awalnya, tanahnya dibagi dengan cara menentukan titik pusat hamparan tanah adatnya terlebih dahulu. Di lokasi itu kemudian ditanam pohon Teno. Ini sebagai wujud simbolisasi pengesahan secara adat. Nama titik yang ada pohon Teno disebut Lodok.

Menjelajah 10 Tempat Wisata di Blitar Paling Menarik

Dari Lodok, pembagiannya dilanjutkan hingga ke bidang terluar atau cicing. Filosofinya mengikuti bentuk sarang laba-laba yaitu pada bagian dalam ukuran sawahnya kecil, dan melebar pada bagian luar.

Pembagian petak sawah tidak boleh sembarangan, namun harus berdasarkan ketentuan adat. Besar dan kecilnya tanah yang didapat masyarakat ditentukan dengan kedudukannya dalam kampung ia tinggali dan jumlah anggota keluarga yang dimiliki.

Semakin tinggi kedudukan seseorang dan semakin besar anggota keluarganya, tanah yang didapat pun semakin besar. ”Tanah sawah diprioritaskan bagi petinggi kampung dan keluarganya, diikuti warga biasa dari warga suku dan setelahnya warga di luar suku,” sebagaimana dikutip dari Pesona Indonesia, Jumat (20/12/2019).

Warga luar suku bisa memiliki lahan sawah, namun harus meminta lahan kepada tetua kampung. Warga luar suku harus membawa seekor ayam jantan dan arak, atau kapu manuk lele tuak. Kemudian permintaannya itu disahkan lewat sidang dewan kampung yang dipimpin seorang Tu’a Golo.

Pesona dari Ketinggian

Wisata ke sawah berbentuk jaring laba-laba ini sangan menarik karena di Ruteng setidaknya ada 11 sawah yang seperti ini. Tiap sawah sarang laba-laba memiliki nama sendiri-sendiri misalnya Lingko Molo, Lingko Lindang, Lingko Pong Ndung, Lingko Temek, Lingko Jenggok, dan Lingko Lumpung.

Bagi yang penasaran melihat sawah berbentuk sarang laba-laba tinggal datang ke desa itu. Tentu akan menarik bila melihat dari ketinggian. Wisatawan bisa mendaki bukit di Kampung Meler.

Penduduk setempat dengan ramah dan senang hati akan mengantarkan kita untuk menikmati pemandangan sawah dari ketinggian. Kita juga bisa melihatnya dari atas Bukit Weol yang memiliki 250 anak tangga.

Sawah berbentu laba-laba ini hanya salah satu budaya bertani di Manggarai. Selama ini masyarakat setempat melakukan berbagai macam ritual adat dalam bertani. Mulai pembukaan lahan hingga musim panen.

Misalnya upacara saat membuka kebun di lahan baru yaitu lea lose yang dipimpin ketua adat. Bagi masyarakat Manggarai, ritual ini sangatlah penting. Tak hanya untuk memohon berkat dari nenek moyang, tapi juga dapat menghindarkan sial bagi lahan baru yang sebelumnya adalah hutan.

Sejarah Kebun Teh Kemuning: Dulu Kopi, Kini Daun Emas

Saat padi, jagung, maupun benih lain telah berumur 1-2 bulan, masyarakat Manggarai mengadakan ritual wasa. Ritual tersebut dilakukan masyarakat Manggarai untuk memohon perlindungan atas benih yang telah tumbuh, supaya benih-benih yang telah tumbuh tidak diacak-acak dan diincar kera atau babi hutan.

Setelah sawah-sawah mereka siap panen, maka hang latung weru dan hang rani akan dilakukan. Semua yang memiliki lahan sawah tidak ada yang boleh memanennya duluan, tetapi harus bersama-sama.

Ketika semua lahan sawah telah dipanen, maka upacara penti dilakukan. Mereka melakukannya untuk mengungkapkan rasa syukur atas apa yang telah didapat, yaitu panen dan kehidupan yang telah dilalui selama setahun terakhir.

Keunikan budaya masyarakat Manggarai, Flores ini tentu memikat wisatawan lokal dan asing termasuk sawah berbentu sarang laba-laba dan berbagai upacara adat yang menjadi khazanah budaya Nusantara.

Ditulis oleh : Danang Nur Ihsan

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.