• Tue, 23 April 2024

Breaking News :

3 Masalah Kesehatan yang Bisa Terjadi Usai Jadi Pasien Covid-19

Setelah mengalami penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 ini ada juga risiko efek jangka panjang yang menghantui.

JEDA.ID-Ada sejumlah masalah kesehatan yang bisa terjadi setelah pasien Covid-19 dinyatakan sembuh. Ketahui masalah kesehatan apa saja yang bisa terjadi pada para penyintas Covid-19.

Tips kesehatan kali ini membahas masalah kesehatan yang bisa terjadi pada para penyintas Covid-19. Saat ini Covid-19 sendiri sudah menjadi masalah. Namun ternyata setelah mengalami penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 ini ada juga risiko efek jangka panjang yang menghantui.

Dikutip dari The Vox, mulai masalah menstruasi sampai penyumbatan darah ternyata dapat menjadi risiko di masa mendatang usai mengalami Covid-19. Berikut ini penjelasannya seperti dikutip dari detikcom, Jumat (25/12/2020):

Hormonal berpengaruh

The Patient-Led Research Group, tim peneliti yang juga pasien Covid-19, melakukan survei terhadap 640 pasien lama Covid-19 dan mencatat lebih dari 200 gejala total, termasuk nyeri testis, masalah kencing, dan perubahan menstruasi.

Ingin Perayaan Natal Ramah Lingkungan? Simak Caranya

“Banyak orang dengan Covid-19 yang lama menyadari bahwa gejala mereka menjadi lebih buruk sebelum menstruasi terjadi,” kata Louise Newson, seorang dokter dan spesialis menopause.

Dia mengatakan bahwa hormon yang mungkin terpengaruh lainnya dari gejala Covid-19 adalah kabut otak, kelelahan, pusing, sampai nyeri sendi yang mana merupakan gejala dari menopause juga.

Newson juga memiliki tanggapan 842 pasien sejauh ini untuk sebuah survei dan menurutnya ini mengonfirmasi dampak kemungkinan terkena Covid-19 dalam waktu yang lama kemungkinan besar akan berpengaruh pada tingkat hormon yang rendah (estrogen dan testosteron).

Estrogen memainkan peran kunci dalam kesehatan wanita, dan memiliki kadar yang sangat rendah dapat menyebabkan kemandulan, osteoporosis, kurangnya dorongan seks, dan depresi.

Namun, Newson mengatakan pasien dengan Covid-19 yang berkepanjangan yang pergi ke klinik menopause melaporkan adanya kondisi yang membaik dengan dosis dan jenis terapi penggantian hormon yang tepat.

Masalah paru

Satu penelitian menemukan bahwa 81% pasien yang berventilasi mengalami delirium, dan satu dari lima pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut mengalami gangguan kognitif jangka panjang.

Mutasi Corona dari Inggris Mendunia, Sudah Ada di Negara Mana Saja?

Masalah paru-paru jangka panjang mungkin merupakan dampak Covid-19 yang paling jelas, karena virus dapat secara langsung mengobarkan jaringan paru-paru, mengisi kantung udara dengan cairan dan membuatnya kurang elastis dan lebih sulit untuk mengembang saat seseorang bernapas.

Bahkan pada awal pandemi diketahui bahwa wabah virus corona sebelumnya telah menyebabkan jaringan parut pada paru-paru pada beberapa pasien.

Satu studi selama 15 tahun terhadap 71 pasien SARS dari wabah 2003 menemukan sepertiga mengalami penurunan kapasitas paru-paru; sepertiga dari penderita MERS dalam penelitian tahun 2017 juga mengalami kerusakan paru-paru jangka panjang.

Penelitian baru menunjukkan bahwa sekitar setengah dari infeksi Covid-19 tanpa gejala juga dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru.

Masalah kardiovaskular

Pada awal pandemi, dokter memperhatikan banyak pasien Covid-19 mengalami masalah pembekuan darah yang serius. Sulit untuk mengetahui seberapa umum masalah pembekuan pada pasien corona, tetapi laporan tentang kondisi yang terkait dengan pembekuan telah meningkat.

Waduh! Amuba Pemakan Otak Mudah Menyebar Melalui Air

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Vascular Surgery baru-baru ini menemukan peningkatan dua kali lipat selama pandemi pada amputasi mayor, yang terkadang diperlukan setelah bekuan ditemukan. Banyak peneliti juga telah melaporkan lonjakan jumlah pasien stroke, termasuk orang muda yang biasanya tidak berisiko tinggi terkena stroke.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Science pada pertengahan November mungkin telah mengidentifikasi salah satu alasan pembekuan abnormal ini. Pada setengah dari 172 pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit, para ilmuwan menemukan autoantibodi – protein yang seharusnya bertahan dari penyerang yang malah mulai menyerang tubuh sendiri.

Ketika autoantibodi ini disuntikkan ke tikus laboratorium, hewan tersebut mengalami pembekuan darah. Para peneliti mengira protein inilah yang dapat memicu lingkaran berbahaya antara pembekuan dan hiperinflamasi.

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.