Sejarah awal pencak silat mulanya bernuansa kontinental (India-Cina), perlahan diadaptasi oleh orang-orang Nusantara berdasarkan ciri khas masing-masing.
JEDA.ID–Sosok Donald Frederick “Donn” Draeger adalah legenda. Sepak terjangnya di militer sampai bela diri tidak ada yang meragukan. Kepingan sejarah pencak silat tergambar jelas dari kisah Donn bersama dua rekannya saat berkeliling Indonesia pada 1968.
Donn adalah veteran Korps Marinir Amerika Serikat. Bersama Quintin Chambers, veteran Angkatan Laut Inggris, dan Howard Alexander, pejudo asal Kanada, Donn menjelajah Tanah Air mempelajari seni bela diri di Indonesia yang akhirnya dituangkan dalam catatan perjalanan.
Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Jumat (13/12/2019), reputasi Donn sebagai pionir yang mempelajari ilmu bela diri di Asia Timur sangat panjang. Dia awalnya mempelajari Juijitsu saat berusia 7 tahun. Dalam perkembangan dia beralih ke Judo.
Menginjak usia 10 tahun, Donn sudah menerima sabuk coklat pemula. Kemudian pada 1948 dia sudah Dan 4 Judo dan menjadi salah seorang ketua asosiasi sabuk hitam judo Amerika Serikat yang kala itu baru dibentuk.
Di tahun itu pula Donn masuk Marinir dan terlibat dalam Perang Dunia Kedua di kawasan Asia Pasifik. Pangkat terakhirnya adalah kapten hingga selesai tugasnya pada 1956. Setelah lepas dinas dari militer, Donn kian aktif mempelajari bela diri Asia Timur.
Sejumlah Tarian Tradisional Ini Sering Diidentikkan dengan Hal Mistis
Cerita Quintin Chambers tidak jauh berbeda. Dia mempelajari Judo pada 1954. Setelah dua tahun bertugas di Angkatan Laut Inggris, dia masuk Cambridge University. Pada 1959, dia lulus dari Jurusan Bahasa-Bahasa Modern sehingga mahir bicara Bahasa Jepang, Cina, Melayu, hingga Jawa.
Donn, Quintin, dan Howard yang tidak lain adalah murid Donn dibuat penasaran dengan sejarah pencak silat dari Indonesia. Kala itu, seni bela diri ini relatif tidak dikenal pada era 1960-an. Mereka kemudian ingin melihat langsung kisah pencak silat.
Mereka naik kapal dari Hong Kong, melewati Singapura, menuju Jakarta, selama dua belas hari. Howard Alexander, yang paling muda di antara mereka mencatat perjalanan dua minggu di tahun 1968 itu sebagai perjalanan yang penuh dengan berjam-jam latihan Jodo-tarung Judo.
Sangat Khas
Dalam pengantar buku Pentjak Silat: The Indonesian Fighting Art (1970), mereka melihat pencak silat sebagai seni bela diri Nusantara sebagai sesuatu yang sangat khas.
Orang awam mungkin akan menganggap pencak silat dianggap sama dengan seni bela diri lain seperti Judo, Karate, atau Kung Fu. Selama 1968-1969, ketiganya melihat sejarah panjang pencak silat dengan mendatangi berbagai perguruan silat dari Jawa, Madura, Sumatra, hingga Bali.
Pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa pencak silat memang berbeda dengan seni bela diri lainnya. Dalam buku mereka, sejarah pencak silat dalam bentuk paling primitif adalah ketika orang Nusantara mempertahankan diri dari binatang-binatang liar.
”Saat koloni-koloni pemburu dan peramu terbentuk, kontak dan konflik yang terjadi antara kelompok satu dan kelompok lain membuat seni mempertahankan diri yang berciri khas kawasan ini mulai berkembang.”
Donn dan kawan-kawannya mengisahkan sejarah pencak silat bisa dimulai dari abad ke-8 Masehi. Kala itu, seni bela diri untuk bertempur telah berkembang di kalangan orang-orang kepulauan kawasan Riau dan sekitarnya.
Jejak 8 Minuman Beralkohol Tradisional di Indonesia
Saat ini, wilayah itu membentang dari pedalaman Palembang dan Riau sampai Semenanjung Melayu. Sejarah awal pencak silat mulanya bernuansa kontinental (India-Cina), perlahan diadaptasi oleh orang-orang Nusantara berdasarkan ciri khas masing-masing.
Orang Minangkabau, misalnya, mereka mempunyai seni bela diri yang sangat khas dengan warna pedalaman. Sementara itu, orang-orang Sriwijaya yang berkuasa dari abad ketujuh hingga empat belas Masehi, mempunyai kemampuan bela diri yang sangat efisien.
Sedangkan di Jawa pada abad ke-11, banyak yan telah mengembangkan kemampuan bela diri dengan menggunakan berbagai ragam senjata dan kemampuan teknik bela diri yang khas.
”Awalnya yang mempunyai seni bela diri ini hanyalah kalangan pasukan pengawal raja dan bangsawan. Tetapi dalam perkembangannya kalangan petani berhasil mengembangkan seni bela diri dengan derajat efisiensi tersendiri.”
Pencak dan Silat
Penelusuran sejarah yang dilakukan tiga orang ini akhirnya membawa mereka kepada kesimpulan bahkan pencak silat merupakan perpaduan antara pencak dan silat.
Pencak adalah metode berlatih untuk pertahanan diri. Pencak merupakan gabungan dari kemampuan mengontrol gerakan tubuh untuk pertahanan diri.
Sedangkan silat adalah cara melakukan gerakan pertahanan diri yang sesungguhnya. Silat adalah pertarungan. Tidak ada silat tanpa pencak, demikian juga sebaliknya. Pencak tanpa silat hanyalah kembang kosong belaka.
”Tujuan utama pencak silat adalah pertahanan diri. Lain itu tidak terlalu penting. Tidak ada tradisi dalam pencak silat untuk menjadikannya sebagai bentuk olahraga atau latihan fisik.”
Ngayau, Tradisi Suku Dayak Penggal Kepala Manusia
Mereka menyebut dasar-dasar pencak silat selalu berkait dengan penggunaan senjata. Gerakan-gerakan pencak silat ketika dilakukan dengan tangan kosong harus sama dan seluwes ketika senjata digunakan.
Bila dilihat dari sejarah awal mulanya, secara tradisional pencak silat adalah seni untuk menghindari segala hal yang mencelakai. Karakteristik menghadapi serangan adalah gerakan yang ringan, cepat, dan terperkirakan.
Gerakannya dibuat untuk menghindari benturan yang mematahkan tulang. Biasanya gerakan itu tidak bersifat melawan kekuatan penyerang, melainkan cenderung menyesuaikan dengan arah serangan dan membawanya ke dalam situasi melumpuhkan.
Mereka menyebut secara umum sifat pencak silat adalah bertahan. Seorang ahli pencak silat akan memilih untuk menunggu serangan sebelum membalas, walaupun bukan sesuatu keharusan.
Teknik-teknik pencak silat di mata mereka merupakan teknik yang halus dan lentur. Siap terhadap berbagai situasi, mampu menyesuaikan diri dan membalas dengan cepat hingga serangan yang datang menjadi lumpuh.
Gerakan Hewan
Karakter jurus-jurus pencak silat berdasar pada gerakan-gerakan yang meniru gerakan hewan atau gerakan khas manusia. Tak heran jika ada jurus garuda atau macan. Tak sedikit pula gerakan menyerupai pendeta atau begawan.
Satu hal yang sangat khas pencak silat adalah dia dibuat sebagai gerakan pertahanan diri, tanpa melalui bentuk pemanasan atau persiapan. Pencak silat dibuat untuk menghadapi situasi genting.
”Seorang pesilat harus mampu siap dalam kondisi menghadapi berbagai serangan kapan saja. Tubuh harus luwes dan lentur untuk menyikapinya. Kuda-kuda dan gerakan yang halus dalam sikap tubuh yang rendah menyiratkan kelenturan dan kekuatan sepadan yang mengalir dari kaki dan pinggang.”
Penjelajahan mereka juga membuahkan kesimpulan mengenai bentuk-bentuk dasar pencak silat. Misalnya pencak silat gaya Sumatra dengan ciri khas kemampuan olah kaki dan tendangan. Contohnya adalah gerakan Harimau, Patai, Baru, dan gaya Kumango.
Alasan Jogja Layak Disebut Surga Makanan Tradisional Indonesia
Kemudian pencak silat Jawa Barat. Kebanyakan berupa teknik tangan dan pukulan seperti Cimande, Cingkrik, Mustika, hingga Jurus Kwitang. Jawa Tengah adalah sintesis dari gerakan pukulan dan tendangan. Contoh pada gerakan-gerakan Setia Hati hingga Merpati Putih.
Di Jawa Timur mirip seperti Jawa Tengah, tetapi melingkupi pula gerakan-gerakan membanting atau memiting. Bisa dilihat di perguruan Perisai Diri, Bhakti Negara, hingga Setia Hati Terate.
Di mata mereka pencak silat adalah kemampuan untuk membela diri pada situasi dan kondisi apa pun. Perjalanan sejarah pun membawa mereka ke kesimpulan bahwa pencak silat sifatnya ganas dan mematikan.