Breaking News :

Pelangi dalam Klip Lagu Taylor Swift Penuh Makna dan Cerita

Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Queer (LGBTQ) menggunakan simbol bendera seperti warna pelangi. Warna-warna itu punya makna dan sejarah tersendiri.

 

Pelangi LGBTQ

Taylor Swift membubuhkan warna-warna pelangi bendera LGBTQ dalam klip lagunya. (Youtube)

JEDA.ID-Jauh hari sebelum Taylor Swift mengganti foto profil akun Youtube miliknya menjadi warna pelangi, kelompok LGBTQ telah menancapkan bendera itu sebagai simbol eksistensi sekaligus perlawanan.

Semangat itu juga yang ingin ditunjukkan Swift saat menggunakan pelangi sebagai simbol dalam video klip single terbarunya berjudul You Need to Calm Down di Youtube. Penyanyi Amerika Serikat (AS) ini juga ingin menunjukkan keberpihakannya kepada kelompok LGBT.

Lagu You Need to Calm Down juga menjadi awal rebranding Swift dalam album terbarunya Lover yang rencananya dirilis Agustus 2019. Dalam video klip itu, Swift menggambarkan sebuah perkampungan yang dihuni LGBTQ dengan kehidupan yang aman, tentram dan semarak.

Lalu ada sekelompok orang yang menentang kehidupan di perkampungan itu dengan berdemonstrasi. Penggambaran itu digunakan Swift untuk memaparkan kondisi riil belakangan ini terkait dengan maraknya kebencian terhadap kelompok LGBTQ.

Dalam lirik lagunya Swift mendendangkan: “You need to calm down, you’re being too loud [kalian perlu tenang, kalian terlalu bising].”

Misi meredam kebisingan para pembenci sebenarnya juga ada dalam makna setiap warna dalam simbol warna pelangi yang dipakai kelompok LGBTQ. Lalu bagaimana awalnya simbol pelangi mewakili eksistensi dan perlawanan kelompok LGBTQ?

Awal Mula Pelangi

Pelangi

Gilbert Baker (Reuters)

 

Kisah simbol pelangi dimulai pada 1978. Bendera pelangi simbol LGBTQ dibikin oleh mendiang Gilbert Baker, seniman queer yang bertempat tinggal di San Francisco, Amerika Serikat.

Baker mendeskripsikan dirinya sebagai “geeky kid from Kansas”, memang pindah ke San Fancisco saat wajib militer (wamil) pada 1970. Seperti dilansir Huffpost, setelah selesai wamil , dia memutuskan menetap untuk mengejar karier di bidang desain grafis.  

Pada 1974, hidup Baker berubah ketika dia berkenalan dengan Harvey Milk aktivis queer yang sedang naik daun. Saat itu Milk punya sebuah toko kamera di Distrik Castro, San Francisco. Milk juga sedang mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Kota San Francisco dan kemudian terpilih sebagai gay pertama yang secara terbuka menjadi pejabat publik di California.

Bersama penulis Cleve Jones dan filmmaker Artie Bressan, Milk menekan Baker untuk membuat sebuah emblem yang mudah dikenali sebagai simbol pergerakan komunitas queer. Baker kemudian menilik kembali peringatan berbagai perayaan di Amerika Serikat (AS) pada tahun-tahun sebelumnya, dan menjadikannya sebagai inspirasi.

Dalam sebuah catatan memoar yang dimuat dalam situsnya setelah ia meninggal, Baker menulis: “Saya rasa masyarakat gay juga harus punya bendera, sebagai [simbol] pernyataan kekuatan ide mereka. Sebagai sebuah komunitas, lokal dan internasional, orang-orang gay selalu berada di tengah pergolakan, perjuangan untuk menyetarakan hak, sebuah pergeseran status di mana kami sekarang menuntut kekuasaan, mengambilnya. Ini adalah revolusi baru kami: visi kesukuan, individualistik dan kolektif. Layak [mendapatkan] sebuah simbol baru.”

Dalam memoar itu, Baker mencatat bendera Amerika Serikat memiliki 13 garis dan 13 bintang, simbol koloni yang diberikan Inggris kepada AS. “Saya terpikirkan sebuah warna merah vertikal, putih, tiga warna biru dari Revolusi Prancis dan kedua bendera menyuarakan dimulainya sebuah huru-hara, pemberontakan atau revolusi. Saya pikir, sebuah masyarakat gay harus punya bendera juga, untuk menyuarakan ide kekuatan ide.”

Delapan Warna

Charles Beal, teman dekat mendiang Baker mengatakan Baker tak pernah menuntut hak cipta dari karya desain bendera pelangi itu. “Dia ingin bendera ini menjadi milik semua orang,” ujar Beal.

Bendera pelangi karya Baker dengan delapan garis warna dikibarkan kali pertama oleh Harvey Milk dalam parade San Francisco Gay Freedom Day pada June 1978 (hanya dua bulan sebelum ia tewas dibunuh).

Baker yang meninggal dunia pada 2017, tak pernah menjadi kaya raya karena desain ini. Namun sejak saat itu bendera pelangi digunakan sebagai simbol solidaritas gerakan LGBTQ , tak hanya di AS tetapi juga di seluruh dunia.

Jumlah setrip warna awal yang dirancang Baker adalah delapan, namun kemudian menyusut menjadi enam warna dan digunakan hingga saat ini. Delapan warna awal sebagai simbol memiliki arti masing-masing, yaitu:

  1. Merah muda menyimbolkan seks
  2. Merah diartikan sebagai kehidupan
  3. Oranye adalah penyembuhan
  4. Kuning melambangkan cahaya Matahari
  5. Hijau mewakili alam
  6. Toska adalah simbol kekuatan gaib
  7. Biru menyuarakan kedamaian
  8. Violet mewakili semangat

Penghapusan Dua Warna

pelangi LGBTQ

Enam warna bendera pelangi LGBTQ yang digunakan hingga saat ini. (Freepik)

 

Penghapusan dua setrip warna, seperti dilansir Vox dimulai pada 1979. Alasannya sebenarnya demi kepraktisan semata. Warna pertama yang dihilangkan adalah pink (merah muda). Pertimbangannya jika dicetak menjadi kaus atau bendera warna ini akan menyulitkan dan harganya mahal. Warna kedua yang dihilangkan adalah toska. Alasannya simpel, toska dikhawatirkan bakal membaur dengan biru dan malah hilang.

Warna merah muda yang dihilangkan sebenarnya juga punya sejarah kelam. Dulu Nazi Jerman menggunakan simbol segitiga merah muda untuk menandai baju para gay di kamp tahanan mereka. Seperti dikutip History simbol itu adalah identitas untuk dehumanisasi terhadap kaum gay. Sampai pada 1970an aktivis menyatakan simbol itu adalah bagian dari kebebasan.

Kepada Museum of Modern Art, Baker menyatakan alasan mengubah bendera pelangi dari delapan warna menjadi versi enam setrip (yang sampai hari ini digunakan) adalah karena pada 1978, delapan warna itu, jika dicetak sangat mahal. Jadi dia berkompromi agar simbol ini benar-benar bisa berfungsi.

Ditulis oleh : Maya Herawati

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.