Sebenarnya faktor apa yang mendasari seseorang memutuskan untuk selingkuh? Padahal keluarganya terlihat bahagia?
JEDA.ID – Sebenarnya faktor apa yang mendasari seseorang memutuskan untuk selingkuh? Padahal keluarga yang dimiliki tampak bahagia?
Baru-baru ini drama korea (drakor) The World Married dengan tema perselingkuhan tengah viral di kalangan pencinta drakor maupun warganet. Para penonton dibuat geram dengan alur cerita serta kelakuan perebut laki orang (pelakor) yang diperankan aktris cantik Han So-hee.
Drama atau film tentang perselingkuhan memang gambaran sekilas kehidupan nyata. Tak jarang kita sering mendengar kasus perselingkuhan yang berujung pada berceraian baik di kalangan biasa, pejabat, hingga artis. Yang kadang bikin heran, ada kasus perselingkuhan yang dilakukan seseorang meskipun keluarganya harmonis.
Jadi sebenarnya faktor apa yang mendasari seseorang memutuskan untuk berselingkuh? Padahal keluarganya terlihat bahagia?
Terkadang, beberapa orang tidak bisa mencegah dirinya untuk berselingkuh sekalipun pernikahannya baik-baik saja.
Terapis pernikahan Aron Anderson di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa kebanyakan orang berpikir perselingkuhan hanya terjadi ketika pernikahan seseorang tidak bahagia. Padahal, ada banyak orang yang memiliki hubungan keluarga yang bahagia namun tetap saja berselingkuh.
Berikut ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berselingkuh seperti melansir dari Brightside.me, Sabtu (25/4/2020):
Kurangnya keterbukaan antarpasangan
Ketidakmampuan melakukan percakapan dari hati ke hati dengan pasangan dan kurangnya dukungan antara satu sama lain, membuat baik perempuan maupun laki-laki untuk berselingkuh. Konselor pernikahan Gary Neuman, dalam bukunya berjudul The Truth on Cheating, mengatakan bahwa 47 persen klien pria yang berselingkuh mengaku tak memiliki kedekatan emosional dengan pasangannya.
Situasi menjadi lebih sulit ketika kebanyakan pria tidak suka menunjukkan perasaan mereka. Padahal, banyak perempuan yang sangat menginginkan agar pasangannya memiliki perasaan terbuka.
Hindari Kebiasaan Tidur Setelah Sahur, Ini Dampak Buruknya
Krisis paruh baya
Memasuki usia tertentu, beberapa orang mungkin mulai mengalami krisis paruh baya. Dalam kondisi ini, orang-orang tersebut mungkin menjadi rentan terhadap godaan. Penelitian yang dipublikasikan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences, pada 2014 melalui situs kencan Ashley Madison, menemukan bahwa para laki-laki cenderung mencari hubungan di luar pernikahan ketika usia mereka berakhir di angka sembilan (misalnya 29, 39, 49 dan seterusnya).
Dengan kata lain, semakin bertambahnya usia pernikahan, bukan berarti aman dari perselingkuhan. Justru, mereka semakin tertantang untuk mencari pasangan lain di luar hubungan pernikahan mereka. Efek serupa ditemukan pada perempuan, namun dengan skala yang lebih kecil.
Tapi bukan berarti kalau seorang pria berkeluarga yang baik atau seorang suami yang penuh kasih tiba-tiba berselingkuh begitu dia berumur 39. Namun, usia seseorang memang dapat menjadi salah satu faktor yang membuat beberapa orang untuk berselingkuh.
Kurangnya waktu bersama pasangan
Selain kurangnya keterbukaan antar pasangan, perlunya waktu luang yang hanya dihabiskan bersama pasangan juga menjadi faktor lainnya. Menurut survei dalam buku berjudul ‘The Normal Bar’ oleh Chrisianna Northrup, Pepper Schwartz, dan James Witte, lebih dari sepertiga orang yang berselingkuh adalah peerja kantoran atau yang sering melakukan perjalanan bisnia dapat menipu istrinya selama perjalanan bisnis.
Sedangkan 13 persen perempuan dapat berselingkuh di tempat kerja. Kemungkinan perselingkuhan di tempat kerja meningkat selama tahun ke 6 hingga 9 masa perkawinan, yang merupakan saat-saat yang paling rapuh bagi suatu pernikahan.
Faktor genetik
Tak hanya lewat fisik saja, rupanya faktor genetik juga berpengaruh pada perselingkuhan. Seperti diterangkan studi dari University of Queensland yang diterbitkan dalam jurnal Evolution and Human Behavior, ditemukan bahwa perselingkuhan umumnya terjadi pada orang-orang yang memiliki tipe gen oksitosin dan reseptor vasopresin.
Vasopresin adalah hormon yang berkaitan dengan perilaku sosial, termasuk kepercayaan, empati dan ikatan seksual. Diduga, orang yang berselingkuh memiliki kadar vasopresin yang tinggi. Menurut laman New York Times, orang dengan varian gen reseptor vasopresin cenderung terlibat dalam perselingkuhan.
Ketergantungan ekonomi pada pasangan
Masalah ekonomi juga menjadi penentu seseorang melakukan perselingkuhan. Menurut studi yang dipublikasikan American Sociological Review menunjukkan bahwa seseorang yang bergantung secara ekonomi pada pasangannya memiliki kecenderungan untuk tidak setia.
Studi yang dilakukan pada tahun 2015 ini mengambil 2.800 responden berusia 18-32 tahun, seperti menyadur dari laman Business Insider Singapore.
Hasil yang didapat, persentase angka selingkuh lebih besar pada laki-laki, yakni sekitar 15 persen. Sementara, perempuan hanya sekitar 5 persennya saja.
Catat, Ini Makanan Minuman yang Boleh dan Tidak untuk Buka Puasa
Kehidupan percintaan yang membosankan
Karena menjalani kehidupan rumah tangga yang monoton dan membosankan, membuat sebagian orang berselingkuh. Chrisianna Northrup, Pepper Schwartz, dan James Witte melakukan survei dan dimuat dalam buku berjudul The Normal Bar mereka menemukan bahwa sebanyak 70 persen pria dan 49 persen wanita memutuskan untuk berselingkuh karena alasan kurangnya emosi, hilangnya romansa serta kehidupan percintaan yang membosankan.
Terlalu sering bermain media sosial
Hubungan virtual di dunia maya dapat menyebabkan argumen bagi pasangan di dunia nyata, hal ini akan menjadi faktor dikemudian hari mengapa seseorang memutuskan untuk berselingkuh.
Penelitian berjudul The Third Wheel: The Impact of Twitter Use on Relationship Infidelity and Divorce mengatakan bahwa ketika salah seorang dari pasangan sering mencurahkan waktunya ke media sosial seperti Twitter maka risiko perselingkuhan akan meningkat. (Ria Sari Febrianti)