Tenaga medis di Italia mendapatkan bantuan dari robot"Tommy" yang berperan sebagai robot perawat untuk merawat pasien virus corona baru (Covid-19).
JEDA.ID- Tenaga medis di Italia mendapatkan bantuan lain dari robot berteknologi canggih dan cerdas bernama “Tommy” yang berperan sebagai robot perawat untuk merawat pasien virus corona baru (Covid-19).
Seperti dilansir Reuters, Kamis (2/4/2020), Tommy adalah satu dari enam robot baru yang membantu para dokter dan perawat yang merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Circolo di Varese, Lombardy Utara, yang merupakan pusat penyebaran wabah di Italia.
“Ini seperti memiliki perawat lain tanpa masalah yang berkaitan dengan infeksi,” kata Dokter Francesco Dentali, direktur perawatan intensif di rumah sakit tersebut.
“Tommy” berukuran setinggi anak kecil dengan mata besar yang berkedip dan diarahkan ke kamar, lalu ditinggalkan di samping tempat tidur pasien, sehingga dokter dapat menjaga orang lain yang berada dalam kondisi yang lebih serius.
Mereka memantau parameter dari peralatan di ruangan, menyampaikannya ke staf rumah sakit. Robot ini memiliki wajah layar sentuh yang memungkinkan pasien untuk merekam pesan dan mengirimkannya ke dokter.
Yang paling penting, Tommy dan rekan-rekan setimnya yang berteknologi tinggi memungkinkan rumah sakit membatasi jumlah kontak langsung antara dokter dan perawat dengan pasien, sehingga mengurangi risiko infeksi.
Lebih dari 4.000 petugas kesehatan Italia telah terjangkit virus ketika merawat korban di Italia, dan 66 dokter telah meninggal dunia.
Italia merupakan negara dengan jumlah korban jiwa terbanyak di dunia karena wabah ini, dengan mencapai 13.000 jiwa pada Rabu (1/4/2020).
“Dengan menggunakan kemampuan saya, staf medis dapat berhubungan dengan pasien tanpa kontak langsung,” kata Tommy si robot, menjelaskan kepada seorang wartawan yang berkunjung pada Rabu.
7 Rempah yang Diyakini Bisa Tangkal Virus Corona
Pasien Sempat Takut
Reaksi pasien pun beragam, bahkan ada yang enggan untuk dirawat oleh robot-robot canggih ini. Sehingga, dokter harus menjelaskan kepada pasien tujuan dan fungsi robot.
“Reaksi pertama tidak positif, terutama untuk pasien berusia lanjut. Tetapi, jika Anda menjelaskan tujuan Anda, pasien senang karena ia dapat berbicara dengan dokter [melalui robot],” kata dr Dentali.
Robot juga membantu rumah sakit membatasi jumlah masker dan alat pelindung diri (APD) yang harus digunakan staf.
“Saat ini, mereka adalah sumber daya yang langka,” kata Dokter Gianni Bonelli, direktur rumah sakit.
Kekurangan masker telah menjadi salah satu masalah terbesar yang mengganggu sistem kesehatan nasional sejak penularan muncul pada akhir Februari.
Selain itu, Tommy dan sesama perawat robotnya memiliki satu keuntungan lagi, yaitu mereka tidak mengalami kelelahan. Baterai cepat diisi dan mereka dapat kembali bekerja di bangsal.
Bagaimana dengan Indonesia?
Isolasi pasien yang terjangkit virus corona baru (Sars-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19 memang menimbulkan masalah baru yang perlu diatasi, yaitu risiko tertularnya para tenaga medis yang merawat para pasien tersebut. Masalah ini terjadi hampir di setiap negara yang terjangkit termasuk Indonesia.
Mengatasi hal ini, tim dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mencoba mengembangkan teknologi robot pelayan untuk meminimalkan kontak tenaga medis dengan pasien selama perawatan.
Muhtadin MT, salah satu tim dosen menuturkan, hingga saat ini sudah ada puluhan tenaga medis di Indonesia yang tertular penyakit Covid-19 dari pasien dan beberapa di antaranya sampai meninggal dunia.
Melihat fakta tersebut, ITS bekerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) untuk mengembangkan robot pelayan pasien Covid-19.
“ITS sendiri sudah dikenal dengan kemampuannya untuk mengembangkan teknologi robot, jadi kita bekerja sama dengan Unair untuk mengembangkan teknologi ini,” tutur dosen Teknik Komputer ini, Rabu (1/4/2020) seperti dilansir Liputan6.com.
Jarak Jauh
Pengembangan robot pelayan pasien Covid-19 ini merupakan sebuah kerja sama antara ITS melalui Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) dengan Universitas Airlangga (Unair).
Dari ITS, dosen dari berbagai departemen bekerja sama untuk mengembangkan robot ini. Beberapa di antaranya dari Departemen Teknik Elektro, Departemen Teknik Komputer, dan Departemen Desain Komunikasi Visual.
Robot yang sedang dikembangkan ini, menurut dia, akan dioperasikan oleh tenaga medis dari jarak jauh untuk melakukan berbagai tugas seperti mengantarkan makanan, pakaian, serta peralatan lain yang dibutuhkan pasien.
“Selain itu, bisa juga digunakan untuk mengecek kondisi visual menggunakan kamera yang dipasang di robot, dan juga untuk berkomunikasi dengan pasien menggunakan fitur audio yang ada,” ujar dosen Bidang Studi Teknik Sistem Komputer ini.
Muhtadin menambahkan, sampai saat ini sudah ada satu robot yang merupakan modifikasi dari robot yang pernah dibuat oleh ITS dan sudah memasuki tahap uji coba.
Sejumlah Orang Ini Mengaku Para Penjelajah Waktu, Anda Percaya?
Kendala Finansial
Beberapa robot yang lain masih dalam proses pembuatan mekanik dan elektroniknya. “Kira – kira dalam waktu satu minggu, robot yang lain sudah bisa masuk tahap uji coba,” ungkapnya.
Lelaki kelahiran 1981 ini mengaku, banyak kendala dalam proyek yang telah berjalan selama dua pekan ini. Kurangnya finansial diakibatkan oleh belum adanya dana awal negara, dan akibat dari physical dan social distancing, menyebabkan tutupnya toko-toko mekanik dan elektronik.
“Mahasiswa yang pulang ke kampung, dan tidak berani ke kampus karena adanya lockdown ITS juga membuat kami kekurangan sumber daya manusia,” sambungnya.
Setelah robot untuk melakukan kebutuhan mendesak ini sudah bisa beroperasi dengan lancar, ITS berencana untuk mengembangkan robot yang bisa beroperasi tanpa perlu operator. “Setelah kebutuhan yang mendesak ini terpenuhi, akan dibuat robot yang bisa otomatis melayani pasien,” tandasnya.