Peluang bisnis ini untuk tumbuh masih sangat terbuka mengingat layanan pesan-antar makanan di Indonesia baru menyumbang kurang dari 1 persen.
JEDA.ID–Indonesia menjadi pasar potensial bagi bisnis pesan antar makanan. Apa yang menjadikan RI pasar potensial bisnis pesan antar makanan?
Simak ulasannya di info keuangan dan investasi kali ini. Jawaban atas pertanyaan apa yang menjadikan RI pasar potensial bagi bisnis pesan antar makanan ternyata adalah populasi yang besar. Ya, jumlah penduduk yang besar ini menjadikan Indonesia sebagai pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2020 jumlah penduduk di Indonesia sekitar 270,2 juta jiwa.
Chief Executive Officer Momentum Works Jianggan Li mengatakan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar membuat bisnis layanan pesan-antar makanan tumbuh subur di Tanah Air.
Baca Juga: Kucing Suka Pipis Sembarangan? Kenali Penyebabnya
Menurutnya, peluang bisnis ini untuk tumbuh masih sangat terbuka mengingat layanan pesan-antar makanan di Indonesia baru menyumbang kurang dari 1 persen dari pasar layanan makanan negara itu sendiri, yang seharusnya mencapai US$61 miliar pada 2019.
“Walau hal ini menggambarkan ruang pertumbuhan yang signifikan bagi perusahaan layanan pesan-antar makanan di Indonesia, fakta ini juga mencerminkan kurangnya kesiapan pasar dalam mengadopsi layanan pesan-antar makanan di kota-kota tier kedua dan ketiga,” kata Li dalam konferensi virtual, Kamis (28/1/2021), sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, Jumat (5/2/2021).
Momentum Works, perusahaan konsultan yang bermarkas di Singapura, menyatakan nilai total volume transaksi (gross merchandise volume/GMV) layanan pesan-antar makanan di Indonesia mencapai US$3,7 miliar pada 2020. Grab mengusai 53 persen pangsa pasar layanan pesan-antar makanan di Indonesia dan Gojek 47 persen.
Jianggan Li mengatakan dengan GMV US$3,7 miliar, Indonesia menjadi pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara pada 2020. Indonesia unggul atas Thailand (US$2,8 miliar), Singapura (US$2,4 miliar), Filipina (US$1,2 miliar), Malaysia (US$1,1 miliar), dan Vietnam (US$0,7 miliar).
Adapun jika digabungkan GMV layanan pesan-antar makanan di enam negara besar Asia Tenggara, menurut Laporan Momentum Works yang berjudul Food Delivery Platforms in Southeast Asia, totalnya mencapai US$11,9 miliar pada 2020.
Grab Lebih Dominan
Laporan tersebut juga menyebutkan Grab yang mengoperasikan layanan GrabFood di enam pasar Asia Tenggara menyumbang US$5,9 miliar GMV secara regional, dan gojek yang mengoperasikan Gofood di Indonesia, Thailand, dan Vietnam, menyumbang total GMV sebesar US$2 miliar. Secara pangsa pasar, Grab tampil lebih dominan di Indonesia dibandingkan dengan Gojek.
Baca Juga: 6 Jenis Kanker Pada Anak, Lakukan Deteksi Dini Sebelum Terlambat!
“Grab memegang 53 persen pangsa pasar layanan pesan-antar makanan di Indonesia, diikuti oleh Gojek sebesar 47 persen,” kata dalam konferensi virtual, Kamis (28/1/2021).
Li juga berpendapat sebagian besar pertumbuhan layanan pengiriman makanan pada 2020 akan bersifat permanen mengingat adanya tren digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen karena pandemi Covid-19.
Dia meyakini prospek layanan pesan-antar makanan di Indonesia gemilang, meskipun kemungkinan memakan waktu beberapa tahun sebelum sektor ini dapat diadopsi secara massal.
“Pemain layanan pesan-antar makanan harus memiliki strategi jangka panjang agar dapat memanfaatkan peluang di pasar yang sangat besar ini secara optimal,” kata Li.
Kendati merupakan pasar potensial bisnis layanan pesan-antar makanan, namun diprediksi bisnis ini tumbuh lebih rendah pada tahun ini dibandingkan dengan 2020. Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia Handito Joewono mengatakan pandemi membuat sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor makanan makin inovatif di sisi produk dan pengantaran makanan. Alhasil, perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pesan-antar makanan memiliki kesempatan untuk tumbuh.
Meski demikian, kata Handito, layanan ini tidak akan tumbuh terlalu signifikan seperti tahun lalu. Dia menilai layanan pesan-antar makanan merupakan layanan yang memiliki karakteristik cepat tumbuh dan cepat turun.
Baca Juga: Shinkansen Berubah Jadi Tempat Kerja, Kereta Malam Berhenti Beroperasi
“Jangan lupa ini [bisnis layanan pesan-antar makanan] adalah bisnis yang memiliki siklus pendek. Jadi kalau hanya mengandalkan sesuatu yang terjadi di 2020, belum tentu Grab dan Gojek mengulang sukses di 2021,” kata Handito seperti dikutip dari Bisnis.com.
Dia berpendapat dengan pertumbuhan layanan pesan-antar makanan yang signifikan pada 2020, akan banyak perusahaan yang mulai melirik dan mengembangkan layanan pesan-antar makanan pada tahun ini sehingga persaingan makin ketat.
Di samping itu, kata Handito, program vaksinasi dan keinginan untuk bersosialisasi membuat ketergatungan masyarakat terhadap layanan pesan-antar makanan berkurang.
Berbeda dengan tahun lalu, masyarakat masih khawatir untuk keluar rumah dan pembatasan sosial diterapkan dengan cukup ketat.
Handito pun menilai pencapaian layanan pesan-antar makanan akan tumbuh sekitar 10- 20 persen pada tahun ini.
“Menurut saya tahun ini tumbuh sekitar 10 persen – 20 persen sudah sangat luar biasa,” kata Handito.