Proses pembuatan mujair asap di Sidoarjo membutuhkan batok kelapa sebagai bahan bakar. Sebab yang dibutuhkan asapnya, bukan api.
JEDA.ID–Udang dan bandeng dari Sidoarjo, Jawa Timur, sudah terkenal seantero Indonesia. Hasil perikanan di kawasan minapolitan Sidoarjo lainnya yang tidak boleh dilupakan yaitu ikan mujair asap.
Potensi perikanan di Sidoarjo membentang di sepanjang daerah pesisir pantai. Banyak budi daya tambak di Kecamatan Jabon, Candi, dan Sedati. Sebagian besar yang dibudidayakan adalah udang dan bandeng.
Olahan udang dan bandeng asap pun sudah terkenal. Keduanya biasanya diolah dengan cara diasap, kemudian disajikan ketika sudah berwarna kecokelatan. Tidak hanya udang dan bandeng asap saja yang terkenal dari Kota Delta ini.
Masih ada ikan mujair asap yang wajib dicicipi saat singgah di Sidoarjo. Sentra ikan mujair asap di Sidoarjo ada di Desa Permisan, Jabon dan Desa Penatar Sewu, Tanggulangin. Mencari pengrajin ikan mujair asap di dua desa ini tidak terlalu sulit.
Cerita Orang Terkaya dan Kuliner Sederhana Mereka
”Kepulan asap yang membubung ke atas dan banyaknya tumpukan tempurung (batok) kelapa yang dijemur di depan rumah warga adalah cara yang paling mudah untuk menemukan pemilik usaha pengasapan ikan mujair ini,” sebagaimana tertulis di indonesia.go.id yang dikutip beberapa waktu lalu.
Usaha pengasapan ikan ini sudah berlangsung sejak 1940-an. Hampir 90 persen warga di Dua desa itu menggantungkan hidupnya dari usaha tersebut. Aktivitas pengasapan ikan mujair biasanya dilakukan sekitar pukul 06.00 hingga 13.00 WIB setiap harinya.
Ikan mujair asap asal Sidoarjo diawali dari pengrajin yang membeli ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di lingkar timur Sidoarjo, membeli dari nelayan tambak, atau langsung dari tambak sendiri. Proses ini biasanya dilakukan dini hari hingga pagi.
Bagaimana mujair asap buatan Sidoarjo ini bisa lezat? Awalnya ikan mujair segar dibersihkan dan dicuci dengan air yang mengalir. Setelah itu, ikan ditusuk seperti satai dengan tusuk ikan berbahan besi.
Tempurung Kelapa
Tiap tusuknya terdiri atas 10 ikan. Kemudian, ikan yang sudah ditusuk tersebut dipanggang di tungku pembakaran. Bahan bakarnya pun hingga saat ini masih menggunakan tempurung kelapa. Tempurung kelapa dipilih karena menghasilkan bara yang stabil.
Sebab yang dibutuhkan untuk memanggang bukan api, melainkan asapnya. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam sampai ikan mujair terlihat berwarna kecokelatan.
”Ikan ini sebelum diasap dibersihkan secara manual. Setelah selesai dicuci baru diasap. Pengasapannya perlu hati-hati agar ikan tidak terlalu hitam,” kata Masruroh, 25, salah satu penjual mujair asap sebagaimana dikutip dari Detikcom.
Warga Desa Penatar Sewu RT 008/RW 002 ini mengaku setiap harinya menghabiskan 2,5-3,5 kuintal ikan mujair segar. Ikan mujair segar ini didapat dari tambak.
Usaha penopang dari ikan mujair asap di Sidoarjo ini beragam. Mulai petambak yang membudidayakan ikan, penjual ikan segar atau pemasok. Ada juga penjual batok kelapa, pembuatan petis ikan, kerupuk ikan, penjual ikan mujair asap siap saji, dan lain sebagainya.
Kuliner Banyuwangi: Ayam Pedas Berkuah sampai Nasi Bungkus
Ikan mujair ketika dijual di pasar-pasar tradisional dipatok harga sekitar Rp30.000-an per kilogram. Sedangkan ketika sudah dalam wujud olahan ikan mujair asap, harganya menjadi Rp60.000-Rp65.000 per kilogram.
Harga yang terpaut jauh tersebut dikarenakan ketika ikan sudah dalam bentuk olahan, kandungan air dan kotoran yang terkandung di dalamnya berkurang. Kini usaha ikan mujair asap di Sidoarjo telah menyentuh perhatian beberapa pihak karena sangat berkontribusi dalam ekonomi rakyat lokal.
Misalnya ada pembangunan pelelangan ikan di Wilayah Jabon, seperti Wisata Bahari Tlocor agar dapat memangkas dana mobilitas ke dermaga kota. Jadi tak ada salahnya mencicipi ikan mujair asap saat datang ke Sidoarjo. Jangan lupa pula dengan sambal terasinya.