Proses lelang teknologi multi lane free flow di gerbang tol akan dimulai pada April 2020. Pemenang lelang untuk proyek ini akan diketahui akhir 2020.
JEDA.ID–Pemerintah menyeriusi penerapan teknologi nirsentuh atau multi lane free flow (MLFF) di gerbang tol. Bila teknologi ini diterapkan, pengguna tol tidak perlu lagi berhenti digerbang tol.
Penerapan multi lane free flow ini bisa berbasis Radio Frequency Identification (RFID) dan Global Navigation Satelite System (GNSS). Terakhir, Hungaria menawarkan teknologi multi lane free flow yang berbasis GNSS.
Hal itu menjadi pembahasan dalam pertemuan antara Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dengan Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hungaria Peter Szijjarto.
Basuki menyatakan salah satu pembahasan dalam pertemuan itu adalah prakarsa dukungan Hungaria dalam teknologi nirsentuh di gerbang tol. Pemerintah Hungaria sedang menyiapkan dokumen untuk proses lelang.
”Meskipun pemerintah Hungaria merupakan pemrakarsa teknologi tersebut, mereka harus tetap mengikuti proses lelang. Selayaknya proses lelang, jika nanti ada pihak lain menawarkan teknologi yang sama dengan harga yang lebih rendah, maka pihak dari Hungaria berhak untuk menyamakan penawaran [right to match],” tutur Basuki sebagaimana dikutip dari laman jpp.go.id, Senin (27/1/2020).
Jawa akan Dikelilingi Tol di Utara, Tengah, dan Selatan
Menteri PUPR mengatakan proses lelang teknologi multi lane free flow di gerbang tol akan dimulai pada April 2020. Ditargetkan pengumuman pemenang sudah keluar pada akhir tahun 2020.
Kementerian PUPR telah menerima prakarsa proyek tersebut dari perusahaan asal Hungaria, yakni Roatex Ltd. Zrt dan telah disetujui sebagai pemrakarsa proyek sejak 31 Oktober 2019 lalu.
Saat ini Roatex Ltd. Zrt sedang menyempurnakan studi kelayakan dan penyiapan dokumen badan usaha yang akan melaksanakan dan mengelola pembayaran nontunai MLFF paling lambat 31 Januari 2020.
Butuh Rp1,26 Triliun
Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hungaria Peter Szijjarto menyatakan untuk membangun sistem multi lane free flow di gerbang tol membutuhkan perkiraan biaya sekitar US$90 juta atau sekitar Rp1,26 triliun. ”Namun nanti akan tergantung proses lelang dengan kompetisi,” ujar Peter.
Direktur Perumusan Kebijakan dan Evaluasi Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR Hery T.Z. mengatakan perusahaan asal Hungaria tersebut menawarkan teknologi GNSS.
”Jika dibandingkan dengan RFID yang telah diterapkan saat ini membutuhkan alat pembaca di setiap tempat, tapi kalau satelit alat pembacanya tidak harus di setiap tempat. Sehingga bisa lebih murah,” ujar Hery.
KRL Solo-Jogja Vs Tol, Mana Lebih Cepat dan Hemat?
GNSS merupakan sistem pembayaran yang menggunakan alat yang dipasang di mobil dan dibaca lewat satelit. Penggunaan GNSS banyak diterapkan di negara-negara Eropa Timur termasuk Hungaria.
Meskipun begitu, Hery menyatakan penerapan teknologi nirsentuh (MLFF) pada gerbang jalan tol akan dilakukan secara bertahap dengan peralihan ke sistem RFID terlebih dulu.
”Kalau teknologi MLFF nanti semua kendaraan harus diregistrasi terlebih dulu. Sehingga pada tahap awal akan dipakai dulu sistem RFID untuk meregister. Setelah semua 100 persen terdaftar baru pindah ke GNSS,” kata dia.
Uji Coba Sudah Dilakukan
Pada Maret 2019, uji coba multi lane free flow diterapkan. Awalnya dengan simulasi single lane free flow (SLFF) di Jalan Tol Tangerang-Merak.
Sebagaimana dikutip dari laman Kementerian PUPR, SLFF adalah sistem pembayaran tanpa henti dalam setiap lajur transaksi. Sistem SLFF merupakan tahapan menuju multi lane free flow yang nantinya akan diterapkan di semua jalan tol.
PT Marga Mandalasakti selaku operator Jalan Tol Tangerang-Merak menggunakan teknologi SLFF menggunakan Dedicated Short Range Communication (DSRC) untuk memungkinkan penyimpanan data atau identitas kendaraan di dalam alat yang diletakkan di dalam kendaraan atau On Board Unit (OBU).
Sistem kerja DSRC dengan berbasis pada pertukaran alat informasi antara alat dan pembaca atau reader menggunakan gelombang 5,8 Ghz dengan jarak dekat dan penggunaan emisi energi yang rendah.
Reader yang diletakkan di atas jalan yang berada di gerbang atau gantries, akan mendeteksi dan mengklasifikasikan kendaraan yang melintas sehingga tarif yang dibayarkan akan lebih akurat sesuai dengan jenis kendaraan dan jarak tempuh.
Kebiasaan Orang Indonesia saat Memacu Mobil di Tol
Uji coba juga dilakukan di Tol Bali Mandara pada Maret 2019. Kala itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan belum dapat diputuskan untuk identifikasi kendaraan akan melekat pada kendaraan atau dapat ditransfer. Opsi besarnya ada di RFID dan GNSS.
”Dua itu masing-masing klaim paling murah paling bagus tapi kan sebenarnya kita masih perlu dan harus melakukan asessment sendiri mengenai itu dari Kementerian PUPR harus punya firm seperti apa. Kami sudah bicara dengan tim BI jadi ini memang sedang on going,” ujar dia sebagaimana dikutip dari Bisnis.com.
Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan teknologi meliputi kemampuan menangkap transaksi hingga biaya yang dibebankan dalam penggunaan teknologi. Semakin kecil kegagalan transaksi yang terjadi, semakin besar pula kesempatan untuk terpilih.
Ketika multi lane free flow diterapkan, pengguna tol tidak perlu lagi berhenti di gerbang tol. saat uji coba, kendaraan cukup melajukan kendaraan tanpa henti dengan kecepatan 20-30 km per jam. Saat mereka melewati pintu tol, saldo uang elektronik yang ada pada aplikasi di ponsel akan langsung terpotong.