• Mon, 25 November 2024

Breaking News :

Mulai Pikirkan Dampak Ekonomi, WHO Kini Tak Sarankan Lockdown?

Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 mulai terasa di sejumlah negara. Dampak ekonomi ini sepertinya juga mulai dipikirkan WHO.

JEDA.ID-Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 mulai terasa di sejumlah negara, bahkan sejumlah perusahaan bertumbangan. Dampak ekonomi ini sepertinya juga mulai dipikirkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Berbagai kebijakan terkait penanganan pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 kerap mengalami perubahan. Tak terkecuali soal lockdown, yang baru-baru ini tidak lagi disarankan sebagai pendekatan utama.

Setidaknya, itu yang disampaikan utusan organisasi kesehatan dunia WHO  David Nabarro dalam sebuah wawancara video dengan majalah Inggris, The Spectator. Menurutnya, pembatasan semacam itu hanya boleh dilakukan sebagai pendekatan terakhir.

“Kami di WHO tidak mengadvokasi lockdown sebagai cara utama mengendalikan virus ini,” kata Nabarro, dikutip dari Nypost dan ditulis detikcom, Senin (12/10/2020).

“Satu-satunya kesempatan yang kami yakini lockdown dibenarkan adalah untuk memberi Anda waktu mereorganisasi, menata kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya, melindungi tenaga kesehatan yang kelelahan, tapi pada umumnya kami memilih tidak melakukannya,” lanjutnya.

Minum Kopi Sebelum atau Sesudah Sarapan, Mana yang Lebih Baik?

Nabarro mengatakan, ada dampak signifikan terkait pembatasan ketat, terutama terkait ekonomi global.

Lockdown hanya punya satu konsekuensi yang tak boleh diremehkan, yakni membuat orang miskin menjadi lebih miskin,” kata Nabarro.

Lockdown, menurut Nabarro, paling berdampak pada negara yang menggantungkan diri pada pariwisata. Ia mencontohkan pariwisata di Karibia yang kelabakan.

WHO sebelumnya memperingatkan negara-negara untuk tidak mencabut lockdown terlalu cepat selama gelombang pertama pandemi Covid-19.

“Hal terakhir yang perlu dilakukan oleh negara manapun adalah membuka sekolah dan bisnis, hanya untuk menutupnya kembali karena kebangkitan,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tembang “Lingsir Wengi” Bukan Lagu Pemanggil Arwah, Ada Makna Mendalamnya Loh

Namun Tedros juga menekankan upaya lain yang harus dilakukan. Di antaranya melakukan testing dan pelacakan kontak secara luas agar kelak setelah lockdown dicabut tidak perlu mengalami lockdown kembali.

Sebelumnya pada September lalu, WHO mengkritik keputusan kepala negara yang menghadapi dilema antara memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) demi menekan persebaran corona , atau mengorbankan kesehatan masyarakat demi membuka kembali sektor perekonomian.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik pilihan tersebut sebagai sebuah dikotomi ‘palsu’ di tengah pandemi corona.

“Itu adalah pilihan yang salah. WHO mendesak negara-negara untuk fokus pada empat prioritas penting [menghadapi pandemi],” jelas Tedros dalam rekaman video yang diputar pada webinar yang diselenggarakan Universitas Nasional Singapura (NUS)

Dikutip dari laman Channel News Asia, empat prioritas yang dimaksud oleh Tedros yakni pertama yakni melarang acara pertemuan dalam skala besar misalnya di stadion dan klub malam, yang di beberapa tempat menjadi klaster baru penularan Corona.

Kedua adalah melindungi kelompok yang rentan, menyelamatkan nyawa, dan mengurangi beban sistem kesehatan.
Ketiga yakni kebutuhan untuk mendidik masyarakat untuk disiplin menjaga jarak, mencuci tangan, mengenakan masker untuk mencegah penularan. Terakhir adalah dengan melacak, mengisolasi, mengkarantina, menguji, dan merawat orang yang memiliki riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi Corona.

“Sudah ada banyak contoh negara yang secara efektif mencegah atau mengendalikan wabah dengan menerapkan empat cara ini, dan melakukannya dengan baik,” paparnya dengan mencontohkan kesuksesan di Selandia Baru, Islandia, dan Singapura.

“Secara umum, semua negara butuh komitmen untuk menjaga persatuan nasional dan solidaritas global” tambahnya.

Selain itu, Tedros mengatakan pandemi telah mengubah pilihan politik dan ekonomi dunia. Hal ini terlihat dari minimnya kesiapan negara-negara global dalam menghadapi serangan virus mematikan.

“Dalam 20 tahun terakhir, negara-negara telah berinvestasi besar-besaran dalam mempersiapkan serangan terorisme. Tetapi relatif sedikit kesiapan dalam menghadapi serangan virus, seperti yang dibuktikan dengan adanya pandemi, bisa jauh lebih mematikan, mengganggu, dan merugikan,” pungkasnya.

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.